Liputan6.com, Jakarta - Kaukus Masyarakat Kesehatan Jiwa (Kaukus Keswa) baru-baru ini merilis hasil penelitian yang mengungkapkan fakta mengejutkan terkait kesehatan jiwa pekerja di sektor keuangan di Indonesia.
Penelitian ini melibatkan lebih dari 5.500 responden dari 36 provinsi dan menemukan bahwa hampir 30% pekerja di sektor keuangan mengalami stres yang cukup parah, yang disebabkan oleh berbagai faktor di lingkungan kerja.
Advertisement
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sejumlah peristiwa krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, termasuk krisis moneter 1997-1998, krisis akibat nilai tukar dan pasar modal pada tahun 2008, serta krisis ekonomi global yang dipicu oleh pandemi COVID-19.
Semua peristiwa ini memberikan tekanan besar bagi pekerja di sektor keuangan, yang dihadapkan pada tugas berat mengelola keuangan orang lain dalam situasi yang penuh ketidakpastian.
“Orang-orang yang bekerja di sektor keuangan harus mengelola uang orang lain. Ini yang membuat pekerja di sektor keuangan memiliki tanggung jawab,” ucap Kepala Program MM FEB UI dan Inisiator Kaukus Keswa, Prof Rofikoh Rohim, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Penelitian yang melibatkan pekerja dari berbagai sub-sektor keuangan—mulai dari pegawai bank, pegawai asuransi, perusahaan gadai, fintech, akuntan, hingga debt collector—mengungkapkan bahwa hampir 30% pekerja mengalami stres berat.
Stres ini disebabkan oleh dua masalah utama: vigor (kekurangan semangat) dan fatigue (kelelahan kerja). Terlebih lagi, pekerja muda di bawah usia 40 tahun dilaporkan dua kali lebih rentan terhadap kedua masalah ini.
Stres dan kelelahan kerja ini, menurut para ahli, disebabkan oleh tiga faktor utama yang sering tidak disadari oleh perusahaan: instruksi pekerjaan yang tidak jelas, beban kerja yang berlebihan, dan kurangnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (work-life balance).
“Instruksi pekerjaan yang tidak jelas dan beban kerja yang terlalu banyak membuat karyawan bingung. Mereka sering harus membawa pekerjaan ke rumah, yang berujung pada kelelahan dan menurunnya produktivitas,” kata Prof. Rofikoh.
Pekerja di sektor debt collector, yang menjadi salah satu bagian dari sektor keuangan, tercatat sebagai yang paling tertekan. Sebanyak 53,8% pekerja di sektor ini mengalami kelelahan dan stres yang sangat tinggi, akibat tekanan kerja yang sangat besar.
Tekanan ini sering kali terkait dengan praktik pinjaman online (pinjol) yang belakangan marak di Indonesia, serta tingginya tingkat tunggakan yang harus ditangani oleh para kolektor utang.
“Ya itu karena tekanan kerjanya luar biasa besar dan berkaitan dengan tempat pihak bekerja. Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini banyak yang melakukan pinjol,” ungkap Dr. dr. Ray Wagiu Baswori.
Rey juga menambahkan bahwa hal ini dikaitkan dengan kemampuan orang indonesia untuk membayar hutang membuat banyak tunggakan. Akibatnya terdapat tekanan memengaruhi stressor dari pekerja debt collector.
Perusahaan di bidang keuangan perlu mengadakan beberapa program untuk meningkatkan kebahagiaan karyawan sehingga kesehatan jiwa para pekerja meningkat.
3 dari 10 pekerja industri mengalami stres juga disebabkan karena kejenuhan bekerja. Perusahaan perlu membuat komunitas yang dapat diikuti oleh pekerja membuat komunitas seperti menjahit atau memasak, mendesain ruangan tampak menarik, hingga memberikan beasiswa, workshop, pelatihan di luar kota dan luar negeri.
Pekerja Perempuan Sektor Keuangan Rentan Terhadap Stres Akibat Vigor dan Fatigue
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pekerja perempuan di sektor keuangan rentan mengalami stres saat bekerja.
Hal ini disebabkan oleh peran ganda yang dimilik oleh perempuan yaitu melakukan pekerjaan di perusahaan tempat bekerja dan melakukan pekerjaan domestik di rumah.
“Secara subjektif perempuan di Indonesia yang bekerja di sektor keuangan mengalami stres bekerja ditambah peran mengurus anak serta suami. Perempuan dituntut multitasking, membuat lebih gampang kena stres karena jam kerja yang tidak ada batas,” ucap Rey.
Selain itu, pekerjaan di bidang industri keuangan memiliki aturan ketat dari Bank Indonesia (BI) dan Otritas Jasa Keungan (OJK). Sehingga, dalam pekerjaannya perempuan dituntut untuk melakukan pekerjaan sekacara hati-hati agar tidak keliru.
Advertisement
Langkah yang Harus Dilakukan Perusahaan untuk Mengurangi Stres Karyawan
Untuk mengurangi stres pekerja sektor keuangan, perusahaan dan pemerintah perlu melakukan mitgasi untuk mengatasinya.
Solusi pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengindetifikasi penyebab pekerja di sektor keuangan mengalami stres bekerja dengan cara melakukan screening priskologis sesuai dengan analisis kedokteran.
Kemudian dilanjutkan dengan investasi psikologis sebagai Employee Assistance Program (EAP) yang tidak hanya memberikan layanan psikologis di tempat kerja, tetapi juga sebagai bagian dari Improvement Compensation and Benefits.
“Ini merupakan faktor loyalitas dan menekan potensi stres di tempat kerja. Mindset perusahaan harus menjadi dukungan psikologis di tempat kerja. Ini dapat dijadikan sebagai investasi oleh perusahaan untuk karyawan,” kata Rey.
Rey juga menambahkan bahwa beban kerja mungkin menjadi salah satu faktor para pekerja menjadi stres. Namun, mengurangi beban kerja bukan menjadi salah satu strategi utama.
“Karena yang paling penting itu mental well-being sebagai kesepatan meningkatkan passion dan melakukan pekerjaan dengan passion. Ini mejadi paket mitigasi gangguan kesehatan jiwa di tempat kerja," tambahnya.