17 November 1558: Kematian Ratu 'Bloody Mary' Jadi Awal Era Elizabeth I

Ratu Elizabeth I, yang dikenal sebagai “Ratu Perawan” karena keengganannya untuk membahayakan kekuasaannya melalui pernikahan, dianggap sebagai salah satu pemimpin Inggris terhebat.

oleh Siti Syafania Kose diperbarui 17 Nov 2024, 06:00 WIB
Lukisan yang menampilkan Ratu Elizabeth I sekitar tahun 1588. (Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Pada 17 November 1558, Ratu Mary I, pemimpin Inggris dan Irlandia sejak tahun 1553 yang dikenal dengan alias Bloody Mary, wafat dan digantikan oleh adik tirinya yang berusia 25 tahun, Elizabeth.

Dilansir dari History.com, Kedua saudari tiri yang sama-sama putri Raja Henry VIII ini memiliki hubungan yang tidak harmonis selama lima tahun masa pemerintahan Mary. 

Mary, yang dibesarkan sebagai seorang Katolik, memberlakukan undang-undang pro-Katolik dan melakukan upaya untuk mengembalikan supremasi paus di Inggris. Pemberontakan Protestan pun terjadi, dan Ratu Mary memenjarakan Elizabeth, seorang Protestan, di Menara London karena dicurigai terlibat. 

Setelah kematian Mary, Elizabeth selamat dari beberapa konspirasi Katolik yang menentangnya. Meskipun demikian, kenaikan takhtanya disambut dengan baik oleh sebagian besar bangsawan Inggris, yang mayoritas adalah penganut Protestan dan berharap adanya toleransi beragama yang lebih kuat di bawah ratu Protestan. 

Di bawah bimbingan awal Menteri Luar Negeri Sir William Cecil, Ratu Elizabeth mencabut undang-undang pro-Katolik Mary, mendirikan Gereja Protestan Inggris yang permanen, dan mendorong para reformis Calvinis di Skotlandia.

Dalam urusan luar negeri, Elizabeth mempraktikkan kebijakan untuk memperkuat sekutu-sekutu Protestan Inggris dan memecah belah musuh-musuhnya. Elizabeth ditentang oleh Paus, yang menolak untuk mengakui legitimasinya, dan oleh Spanyol, sebuah negara Katolik yang sedang berada di puncak kekuasaannya. 

Pada tahun 1588, persaingan Inggris-Spanyol menyebabkan invasi Spanyol ke Inggris yang gagal di mana Armada Spanyol, kekuatan angkatan laut terbesar di dunia pada saat itu, dihancurkan oleh badai dan angkatan laut Inggris yang gigih.

Dengan meningkatnya dominasi Inggris di laut, Elizabeth mendorong pelayaran penjelajahan, seperti pelayaran keliling dunia yang dilakukan oleh Sir Francis Drake dan ekspedisi Sir Walter Raleigh ke pesisir Amerika Utara.

Masa pemerintahan Elizabeth yang panjang bertepatan dengan berkembangnya Renaisans Inggris, yang dikenal dengan munculnya para penulis terkemuka, seperti William Shakespeare. 

Menjelang kematiannya pada tahun 1603, Inggris telah menjadi kekuatan besar dunia dalam segala hal, dan Ratu Elizabeth I masuk ke dalam sejarah sebagai salah satu pemimpin terhebat dalam sejarah Inggris.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya