Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Veronica Tan menyatakan bahwa masalah kesehatan perempuan saat ini menjadi tantangan besar untuk diatasi. Salah satunya dipengaruhi oleh konten-konten di media sosial, seperti TikTok.
"TikTok adalah platform yang memiliki dua sisi, seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, TikTok memberikan peluang besar untuk berkreasi, tetapi di sisi lain, platform ini juga memiliki potensi untuk menyebarkan kekerasan, eksploitasi seksual, dan perundungan," ujar Veronica dalam jumpa pers di Jakarta pada Kamis, 14 November 2024.
Advertisement
Salah satu upaya untuk menyelamatkan kesehatan mental perempuan Indonesia, menurutnya, dapat dilakukan dengan menyebarkan edukasi positif melalui platform digital tersebut. "Platform ini bisa menjadi ruang yang mendukung kreativitas dan kesadaran sosial, namun tanpa pengawasan yang tepat, platform ini juga bisa menyebabkan kita terpecah-belah," sebut Veronica.
Ia meminta regulasi yang lebih tegas terkait penggunaan platform tersebut. "Kita juga harus bisa menciptakan kebijakan yang melindungi pengguna, serta mengumpulkan data untuk mengantisipasi dan mencegah hal-hal negatif sejak awal," tambahnya.
Veronica juga menyebut masalah kesehatan mental perempuan disumbang oleh kasus kekerasan dan diskriminasi. Berdasarkan pengalamannya selama dua minggu awal bekerja di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak, ia menyadari jumlah kasus kekerasan, khususnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan pengasuhan anak, sangat tinggi.
"Ini adalah masalah yang luar biasa besar. Dampak dari segala usaha yang kita lakukan tidak akan maksimal jika persentase kekerasan dan ketidaksetaraan ini masih sangat tinggi," tuturnya.
Faktor Ekonomi dan Rendahnya Edukasi Kaum Perempuan
Untuk mengatasi masalah kekerasan dan diskriminasi, Veronica menyodorkan dua langkah, yaitu pencegahan dan promosi. "Di sisi lain, hukum juga harus ditegakkan dengan tegas. Tanpa adanya penegakan hukum yang kuat, usaha-usaha kita akan menjadi sangat sulit," imbuhnya.
Di samping itu, ia juga menyoroti faktor ekonomi dan minimnya tingkat edukasi kaum perempuan di Indonesia yang juga berdampak pada masalah kesehatan mental. "Jika ekonomi perempuan tidak terjaga, itu akan berimbas pada banyak hal, seperti stres, dan akhirnya menimbulkan perilaku yang negatif. Ini menjadi masalah yang sangat besar, terutama bagi perempuan dan anak-anak," kata Veronica.
Selain pendidikan formal, hal itu juga bisa dibantu lewat penyebaran informasi positif di media sosial. "Kita harus menolak segala bentuk dampak negatif terhadap masyarakat, terutama perempuan dan anak-anak. Semua orang berhak mendapatkan ruang yang aman dan mendukung perkembangan positif mereka," katanya.
"Jika kita ingin mengedukasi perempuan untuk menjadi lebih tangguh, platform seperti TikTok bisa menjadi sarana juga untuk mendidik dan mengedukasi perempuan. Karena dengan perempuan yang lebih pintar dan lebih berdaya, kita tidak perlu khawatir tentang masa depan anak-anak kita," kata Veronica.
Advertisement
Butuh Kolaborasi Banyak Pihak Tuntaskan Masalah Perempuan
Menurutnya, untuk menciptakan perubahan yang signifikan, perlu ada peningkatan kesadaran mengenai pentingnya edukasi dan pemberdayaan perempuan. Ia menegaskan bahwa jika perempuan sudah tangguh, anak-anak bangsa akan terpelihara dengan baik. Hal ini merupakan langkah penting untuk mencegah kekerasan dan memperbaiki kehidupan keluarga.
"Mari kita berbicara lebih banyak tentang peran perempuan dalam masyarakat. Mari kita tolak segala bentuk kekerasan. Ini bukan hanya masalah politik, tapi masalah kemanusiaan yang harus kita selesaikan bersama," ujar Veronica.
TikTok dan WHO berkolaborasi menggelar Program Kesehatan Mental TikTok di Indonesia. Kolaborasi melibatkan kreator terpilih yang bekerja sama dengan ahli kesehatan mental. Kolaborasi berlangsung dari November 2024 hingga April 2025, dengan menyebarkan edukasi konten mengenai isu kesehatan mental.
Veronica berharap kerja sama antara TikTok dan WHO dapat menjadi wadah untuk mendukung perempuan dan anak-anak yang membutuhkan dukungan, terutama terkait dengan kesehatan mental yang terus meningkat.
"Kita perlu menyediakan tempat-tempat atau saluran yang bisa membantu, seperti psikolog atau konselor yang siap mendampingi. Ada banyak orang yang membutuhkan tempat untuk berbicara, tempat untuk mendapatkan dukungan, dan itu adalah hal yang sangat penting," kata Veronica.
Kondisi Kesehatan Mental Anak Indonesia
Mengutip kanal Health Liputan6.com, menurut survei terbaru dari Survei Kesehatan Mental Remaja Nasional Indonesia (I-NAMHS) 2022, 34,9 persen remaja Indonesia, atau sekitar 15,5 juta orang, mengalami kesulitan kesehatan mental dalam setahun terakhir. Dari jumlah tersebut, 5,5 persen (2,45 juta) didiagnosis dengan setidaknya satu gangguan kesehatan mental.
Namun, hanya 2,6 persen yang mencari bantuan profesional, menunjukkan adanya kesenjangan besar dalam sistem perawatan kesehatan mental. Kondisi ini menuntut kita untuk membawa isu kesehatan mental ke permukaan, mengurangi stigma yang sering melekat, dan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi mereka yang berjuang.
Intervensi dini sangat penting untuk mencegah konsekuensi yang lebih serius. Untuk membantu, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Psikolog Offie Dwi Natalia menekankan pentingnya kegiatan kreatif dalam mengelola kesehatan mental.
"Menggambar dan mengekspresikan emosi melalui seni dapat menjadi sarana yang efektif untuk meredakan stres," katanya. Kegiatan kreatif tidak hanya membantu kita menyalurkan perasaan. Namun, juga meningkatkan kesadaran diri.
Anda juga bisa memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk menemukan informasi terkait kesehatan mental, pilihan pengobatan, dan sumber daya dukungan yang tersedia. Tapi, perlu dicatat bahwa teknologi dan AI bukanlah pengganti untuk koneksi manusia dan perawatan profesional. Jika seseorang merasa kesulitan dalam menghadapi tantangan kesehatan mental, mencari panduan dari profesional kesehatan yang berkualifikasi adalah langkah yang tepat.
Advertisement