Liputan6.com, Yogyakarta - Di jantung Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, berdiri sebuah lembaga yang memegang peran penting dalam menjaga dan mengelola warisan budaya Yogyakarta: Kawedanan Hageng Punakawan Datu Dana Suyasa. Di bawah kepemimpinan GKR Mangkubumi sebagai Penghageng, lembaga ini mengemban tugas sebagai pengelola aset Kasultanan yang tersebar di berbagai penjuru Yogyakarta.
Mengutip postingan yang diunggah @komifodiy (11/11) di Instagram, Kawedanan Hageng Punakawan Datu Dana Suyasa memiliki tiga cabang utama yang masing-masing memiliki fungsi khusus. Pertama, Kawedanan Reksa Suyasa, yang bertanggung jawab atas pemeliharaan bangunan-bangunan bersejarah di dalam kompleks Karaton. Setiap sudut, setiap ukiran, dan setiap detail arsitektur yang menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Kasultanan berada di bawah pengawasan mereka.
Cabang kedua, Kawedanan Panitikisma, mengurus segala hal yang berkaitan dengan pertanahan. Mereka berperan dalam mengelola dan mengatur penggunaan tanah Kasultanan, memastikan bahwa warisan tanah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sambil tetap menjaga nilai-nilai budaya yang melekat padanya.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Kawedanan Sasana Pura mengambil tanggung jawab untuk mengelola situs-situs cagar budaya yang berada di luar tembok Karaton. Mereka memastikan bahwa tempat-tempat bersejarah ini tetap terjaga keasliannya dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Keberadaan Kawedanan Hageng Punakawan Datu Dana Suyasa mencerminkan komitmen Kasultanan dalam melestarikan warisan budaya Yogyakarta. Melalui sistem pengelolaan yang terstruktur dan pembagian tugas yang jelas, lembaga ini menjadi tulang punggung dalam upaya mempertahankan eksistensi budaya Kasultanan di tengah arus modernisasi.
Lebih dari sekadar lembaga administratif, Kawedanan Hageng Punakawan Datu Dana Suyasa adalah penjaga warisan, pemelihara tradisi, dan penghubung antara masa lalu yang gemilang dengan masa depan yang berkelanjutan. Melalui kerja keras dan dedikasi mereka, nilai-nilai luhur dan kekayaan budaya Kasultanan Yogyakarta tetap hidup dan relevan untuk generasi masa kini dan masa depan.
Penulis: Ade Yofi Faidzun