Studi Ungkap Misteri Asal-usul Bau Bunga Bangkai

Selain itu, bungai bangkai memiliki tubuh tumbuhan yang sangat besar jika dibandingkan dengan beragam jenis bunga lainnya. Bahkan, bunga ini disebut-sebut sebagai bunga tertinggi di dunia.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 16 Nov 2024, 05:00 WIB
Bunga bangkai mekar sempurna di Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat. Tinggi bunga raksasa ini mencapai 3 meter lebih. (Foto: BRIN)

Liputan6.com, Jakarta - Bunga Titan atum (Amorphophallus titanium) atau bunga bangkai merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae), dari genus Amorphophallus. Tidak seperti bunga lainnya yang mengeluarkan aroma wangi, bunga bangai berbau busuk serupa namanya.

Selain itu, bungai bangkai memiliki tubuh tumbuhan yang sangat besar jika dibandingkan dengan beragam jenis bunga lainnya. Bahkan, bunga ini disebut-sebut sebagai bunga tertinggi di dunia.

Bunga bangkai merupakan tumbuhan khas dataran rendah yang tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropis. Bunga berbau busuk seperti bangkai ini memiliki sekitar 170 spesies di dunia, dengan penyebaran yang sebagian besar yakni sekitar 25 ditemukan di Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Lalu mengapa bunga bangkai bisa mengeluarkan bau yang kurang sedap? Melansir laman Live Science pada Jumat (15/11/2024), bunga bangkai Titan arum tak berbunga tiap tahun, dengan siklus mekar setiap lima hingga tujuh tahun sekali.

Para ilmuwan sudah sejak lama meneliti bunga bangkai secara kimiawi untuk mengetahui dari mana asal bau bunga ini. Misteri tersebut berhasil dipecahkan berkat penelitian dari tim di Dartmouth College di New Hampshire, Amerika Serikat.

Penelitian yang diterbitkan Oxford Academic pada 4 November 2024 ini mengulas bau busuk bunga bangkai berasal dari senyawa organik. Bau yang dihasilkan bunga bangkai merupakan kombinasi dengan proses biologis yang biasanya hanya ditemukan pada hewan.

Bunga akan mengeluarkan bau saat mekar sempurna. Dalam beberapa hari setelah tumbuh, lapisan kelopak merah tua yang berjumbai terbuka.

Bunga bangkai sebenarnya bukan bunga tunggal, melainkan kumpulan bunga yang disebut inflorescence. Inflorescence bunga bangkai terdiri dari dua bagian utama, yaitu spadix dan spathe.

Spadix adalah tongkol besar yang berdiri tegak di tengah, sedangkan spathe adalah daun berbentuk corong yang melingkupi spadix. Spathe berwarna hijau di luar dan merah tua di dalam, menyerupai daging mentah.

Di dasar spadix, terdapat dua lingkaran bunga, yaitu bunga jantan di atas dan bunga betina di bawah. Bunga-bunga ini tidak terlihat dari luar, karena tertutup oleh spathe.

Nantinya setelah terpapar penyerbuk potensial, spadix mulai menghangat hingga 6,6 derajat Celcius. Suhu bunga ini lebih hangat dari suhu sekitar dalam proses yang disebut termogenesis.

Baru saat itu, bunga bangkai mulai mengeluarkan zat kimia sulfur yang dimaksudkan untuk menarik lalat dan serangga lainnya. Termogenesis umum terjadi pada hewan tapi sangat jarang terjadi pada tumbuhan.

Untuk memecahkannya, ilmuwan itu meneliti bunga bangkai berusia 21 tahun milik Dartmouth, dijuluki Morphy, terakhir mekar di 2016 dan 2022. Di kedua kesempatan itu, peneliti yang dipimpin profesor ilmu biologi G. Eric Schaller mengumpulkan sampel jaringan dan daun untuk analisis urutan RNA.

Mereka mengidentifikasi apa yang memicu termogenesis bunga bangkai serta penyebab kimia spesifik di balik baunya. Saat bunga mulai mekar, rupanya ada ekspresi gen lebih besar yang terlibat dalam transportasi dan metabolisme sulfur, serta gen yang mengkodekan pembentukan protein yang terlibat dalam termogenesis tanaman, disebut oksidase alternatif.

Para peneliti juga menemukan kadar tinggi asam amino yang disebut metionina yang baunya sangat tidak sedap.

 


Fakta Menarik Bunga Bangkai

Bunga bangkai termasuk tumbuhan yang sangat langka dan sulit ditemukan di alam. Tumbuhan ini tumbuh dari umbi yang tersembunyi di dalam tanah.

Umbi bunga bangkai bisa mencapai berat 50 kilogram dan merupakan umbi terbesar di dunia. Umbi bunga bangkai membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyimpan energi yang cukup untuk menghasilkan inflorescence.

Oleh karena itu, bunga bangkai jarang mekar, biasanya hanya sekali dalam 7 hingga 10 tahun. Selain itu, bunga bangkai juga hanya mekar selama beberapa hari saja.

Menurut laman Missouri Botanical Garden yang dikutip pada Jumat (15/11/2024), bunga bangkai biasanya mekar pada sore atau malam hari, dan akan layu pada pagi atau siang hari berikutnya. Lama waktu mekarnya bunga bangkai bervariasi, tergantung pada suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya.

Rata-rata, bunga bangkai hanya bertahan selama 24 hingga 36 jam saja. Bunga bangkai termasuk dalam kategori tumbuhan pemakan daging, yaitu tumbuhan yang bisa mendapatkan nutrisi dari hewan.

Tumbuhan pemakan daging biasanya hidup di lingkungan yang miskin nutrisi, seperti tanah yang asam, basah, dan berpasir. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, tumbuhan pemakan daging mengembangkan mekanisme untuk menangkap, mencerna, dan menyerap hewan, terutama serangga.

Bunga bangkai menangkap hewan dengan memanfaatkan bau busuknya. Bau busuk bunga bangkai menarik serangga yang berharap mendapatkan makanan atau tempat bertelur di dalam inflorescence.

Namun, ketika serangga masuk ke dalam inflorescence, mereka akan terjebak oleh rambut-rambut halus yang mengarah ke bawah. Rambut-rambut ini berfungsi sebagai pintu masuk, tetapi bukan pintu keluar. Serangga yang terjebak akan terus bergerak ke bawah, menuju bunga-bunga yang mengeluarkan cairan lengket dan enzim pencernaan.

Cairan dan enzim ini akan mencerna serangga dan menyerap nutrisinya.

(Tifani)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya