Polisi Rohul Duduk Bersama Kades dan Tokoh Masyarakat Sambut Hari Pemungutan Suara

Personel Polres Rokan Hulu gelar diskusi bersama kepala desa, aparatur desa dan tokoh masyarakat menyambut hari pemungutan suara yang kian dekat.

oleh M Syukur diperbarui 15 Nov 2024, 20:14 WIB
Personel Polres Rokan Hulu bersama aparatur desa dan tokoh masyarakat membahas persiapan Pilkada 2024 di pedesaan. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Jakarta Polsek Kepenuhan, jajaran Polres Rokan Hulu (Rohul) menyambangi kantor Desa Kepenuhan Raya. Polisi berdiskusi dengan kepala desa dan tokoh masyarakat terkait persiapan tahapan puncak Pilkada yaitu pemungutan suara pada 27 November.

Kapolsek Kepenuhan Iptu Ulik Iwanto menanyakan lokasi yang akan dijadikan tempat pemungutan suara pada Pilkada 2024. Termasuk daftar pemilih dan teknis pembagian surat undangan memilih agar tidak ada kendala saat pencoblosan.

 

Ulik berharap aparat desa selalu netral agar tidak ada pelanggaran. Tokoh masyarakat diajak menjadi filter serta mengajak masyarakat menyalurkan hak politiknya atau tidak golput.

"Partisipasi masyarakat menjadi ukuran kesuksesan Pilkada, jangan golput untuk Rokan Hulu lebih baik kedepannya," tegas Ulik, Jumat pagi, 15 November 2024.

Ulik menerangkan, Pilkada hanya berlangsung sekali dalam 5 tahun. Masyarakat diminta tidak melewatkan kesempatan ini untuk memilih kepala daerah terbaik tanpa terpengaruh politik uang.

"Hak suara dianggap penting dalam mendukung proses demokrasi yang adil dan menciptakan pemimpin yang berintegritas," kata Ulik.

Selain keikutsertaan, menjaga keamanan dan ketertiban selama tahapan Pilkada serentak sangat penting. Apapun potensi konflik antar pendukung serta tindak pidana harus diantisipasi sejak dini.

"Ini adalah tanggung jawab bersama antara kepolisian, aparatur desa dan para tokoh," ujar Ulik.

Menjelang hari pemungutan suara, kampanye atau menarik perhatian pemilih oleh tim pemenangan akan gencar dilakukan. Tak jarang ada pihak tak bertanggungjawab menggunakan kampanye negatif meraih dukungan.

Kampanye negatif biasanya menggunakan isu provokatif mengandung suku, agama, ras dan antar golongan. Isu ini biasa menggunakan media sosial karena jangkauannya lebih luas dan cepat beredar.

"Masyarakat harus bijak bermedia soal, bijak mencerna kabar yang beredar, jangan mudah percaya, biasakan cek dan ricek," imbuh Ulik.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya