Liputan6.com, Jakarta - Umumnya haul diartikan sebagai tradisi yang dilakukan untuk memperingati hari kematian seseorang, biasanya seorang kiai atau ulama. Haul merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa dan memiliki nilai-nilai religiusitas. Haul biasanya dilakukan setahun sekali dan diselenggarakan oleh ahli waris dari orang yang meninggal.
Haul sebenarnya memiliki makna yang lebih dalam menurut KH Yahya Zainul Ma'arif (Buya Yahya). Buya Yahya menjelaskan bahwa haul bukanlah sekadar memperingati hari kematian seseorang, melainkan lebih kepada menghidupkan kembali kebaikan dan semangat orang yang telah meninggal.
Menurut Buya Yahya, memperingati kematian dengan cara meratapi atau mengulang-ulang kesedihan adalah salah kaprah. “Salah besar jika haul dianggap sebagai memperingati kematian, karena kematian itu bukan untuk diperingati dengan kesedihan. Kenapa harus diulang-ulang? Kematian itu adalah takdir yang harus diterima,” ujar Buya Yahya dalam tayangan tersebut.
Lebih lanjut, Buya Yahya menegaskan bahwa haul sejatinya adalah sebuah momen untuk mengingat kehidupan orang yang telah meninggal.
"Yang seharusnya kita ingat bukanlah kematiannya, tetapi kehidupan yang telah dijalani dan kebaikan yang telah ditinggalkan oleh almarhum," katanya, dikutip dari kanal YouTube @maptvpalembang.
Dalam penjelasan lebih rinci, Buya Yahya mengungkapkan bahwa tujuan dari haul adalah untuk menghidupkan kembali semangat, kebiasaan, dan ilmu yang telah ditinggalkan oleh orang yang telah meninggal. "Haul itu menghidupkan kembali semangat beliau, ilmunya, dan kebiasaan baik beliau yang mungkin mulai memudar seiring berjalannya waktu," ujarnya.
Menurut Buya Yahya, haul adalah cara untuk tetap mengingat kebaikan-kebaikan almarhum dan membawa semangat tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. "Dengan haul, kita bukan mengingat kematian, tapi justru kita menghidupkan kembali apa yang telah ditinggalkan oleh orang tersebut," tambahnya.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Bukan Sekadar Tradisi
Buya Yahya juga mengingatkan bahwa haul bukanlah sebuah ritual yang hanya dilakukan sebagai kewajiban, tetapi harus dipahami sebagai suatu bentuk penghormatan terhadap orang yang telah meninggal.
"Haul bukanlah sekadar acara atau tradisi, melainkan sebuah upaya untuk menghidupkan nilai-nilai dan harapan yang telah ditanamkan oleh orang yang telah pergi," katanya.
Penting untuk diingat bahwa haul memiliki tujuan yang jauh lebih besar daripada sekadar mengenang hari kematian seseorang. Haul adalah momen untuk refleksi, untuk membawa kembali inspirasi dan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh orang yang telah meninggal. "
Ini adalah upaya untuk tetap menjalin hubungan batin dengan almarhum melalui kenangan akan kebiasaan baik dan kebaikan yang telah ditinggalkan," ungkap Buya Yahya.
Sebagai contoh, banyak orang yang datang dalam acara haul untuk membaca doa atau memperdalam ilmu yang pernah diajarkan oleh almarhum. Buya Yahya menjelaskan bahwa dengan melakukan ini, kita memberikan penghormatan kepada orang yang telah meninggal dan menjadikan kehidupannya sebagai teladan yang bisa diteruskan oleh generasi berikutnya. "Jika kita hanya meratapi kematian, maka kita tidak akan mendapatkan manfaat apa pun dari momen tersebut," jelasnya.
Dalam pandangan Buya Yahya, setiap orang yang telah meninggal meninggalkan warisan yang dapat menjadi bekal bagi orang-orang yang masih hidup. "Oleh karena itu, kita tidak boleh hanya mengingat kematian, tetapi kita harus mengingat bagaimana kehidupan almarhum memberikan pengaruh positif bagi kita," tambahnya.
Bagi Buya Yahya, haul seharusnya menjadi pengingat bagi orang yang masih hidup untuk terus memperbaiki diri. "Ketika kita mengingat almarhum, kita tidak hanya merenung tentang kematiannya, tetapi juga tentang apa yang bisa kita pelajari dari kehidupan yang telah dijalani," ujarnya.
Advertisement
Bisa Diartikan Memperbarui Komitmen
Haul, dalam pandangan Buya Yahya, adalah kesempatan untuk memperbarui komitmen kita terhadap kebaikan yang telah diajarkan oleh orang yang telah meninggal. "Ketika kita mengingat seseorang yang telah meninggal, kita bukan hanya mengenang, tetapi juga berusaha untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan beliau dalam diri kita," tambahnya.
Dengan demikian, menurut Buya Yahya, haul memiliki makna yang sangat dalam dan tidak boleh dipahami secara salah. "Haul bukanlah untuk mengingat kematian dengan kesedihan, tetapi untuk menghidupkan kembali kebaikan dan harapan yang telah ditinggalkan oleh orang yang telah meninggal," ujar Buya Yahya.
Penting untuk diingat bahwa setiap tradisi dalam Islam, termasuk haul, harus dilakukan dengan niat yang baik dan tujuan yang benar. "Haul itu harus dipahami dengan benar, agar tujuan dari acara tersebut tercapai, yaitu menghidupkan kembali nilai-nilai positif dari almarhum," katanya.
Dalam akhirnya, Buya Yahya menyampaikan bahwa kita harus terus menghargai dan menghidupkan kebaikan yang telah ditanamkan oleh orang-orang yang telah meninggal. "Dengan cara ini, kita bisa merasakan kehadiran mereka dalam hidup kita, meskipun mereka sudah tiada," tutupnya.
Buya Yahya menekankan bahwa haul bukanlah sekadar ritual atau kebiasaan, melainkan sebuah momen untuk memperkuat ikatan batin antara yang masih hidup dan yang telah meninggal. "Kita bukan hanya mengenang, tetapi kita hidupkan kembali semangat dan kebaikan mereka dalam kehidupan kita sehari-hari," pungkasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul