Rupiah Ambles ke Level 15.850 per USD Jumat 15 November 2024

Rupiah melemah menjelang akhir pekan pada Jumat, 15 November 2024. Rupiah ditutup melemah 12 point terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada Jumat (15/11/2024).

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 15 Nov 2024, 19:40 WIB
Bank Indonesia (BI) menegaskan akan memastikan keseimbangan supply dan demand di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Rupiah melemah menjelang akhir pekan pada Jumat, 15 November 2024. Rupiah ditutup melemah 12 point terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada Jumat (15/11), setelah sebelumnya sempat melemah 50 point di level Rp.15.874 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15,862.

“Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.860 - Rp.15.940,”ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Jumat (15/11/2024).

lDolar melonjak ke level tertinggi dalam satu tahun di tengah meningkatnya ketidakpastian atas prospek suku bunga jangka pendek dan Pasar juga tidak yakin atas prospek suku bunga di bawah Trump,” katanya.

Sementara itu, investor tengah mencerna pembacaan ekonomi yang beragam dari Tiongkok. AS mencatat inflasi konsumen dan produsen yang stagnan di bulan Oktober.

Pejabat Federal Reserve menyatakan bank sentral AS lebih berhati-hati dalam memangkas suku bunga lebih lanjut.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan ketahanan ekonomi AS berarti bank sentral perlu waktu untuk memangkas suku bunga lebih lanjut. “Komentarnya membuat para pedagang mengurangi ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga Desember.

Para pedagang terlihat memperkirakan peluang 61% untuk pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada bulan Desember, turun dari peluang 85,7% yang terlihat pada hari Kamis,” papar Ibrahim.

 


Suku Bunga The Fed

Teller menghitung mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Alat CME Fedwatch menunjukkan, para pedagang melihat peluang 39% suku bunga The Fed tidak berubah. Sementara itu, di Asia. industri Tiongkok naik lebih rendah dari yang diharapkan pada bulan Oktober, seperti halnya investasi aset tetap.

Harga rumah juga menyusut selama bulan tersebut, menandakan tekanan berkelanjutan pada pasar properti. Namun, penjualan ritel tumbuh lebih tinggi dari yang diharapkan. Capaian tersebut sebagian besar didorong oleh liburan Golden Week.

Pembacaan tersebut mendorong beberapa harapan bahwa belanja ritel akan lebih membaik, terutama karena Beijing memobilisasi lebih banyak stimulus.

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya