Liputan6.com, Stockholm - Ketakutan seorang menteri Swedia terhadap pisang menjadi bahan perbincangan di seluruh negeri setelah email yang bocor mengungkapkan stafnya berusaha "mensterilkan" ruangan di manapun dari pisang sebelum dia masuk.
Menteri Kesetaraan Gender dan Kehidupan Kerja Swedia Paulina Brandberg sebelumnya telah mengakui masalahnya dengan pisang, menyebutnya sebagai "fobia paling aneh di dunia".
Advertisement
Email-email yang bocor pekan ini menunjukkan bahwa staf Paulina melakukan berbagai upaya untuk memastikan dia tidak bersentuhan dengan buah tersebut.
Email-email yang diterbitkan oleh surat kabar Expressen termasuk yang dikirim ke kantor Ketua Parlemen Swedia pada bulan September yang mengharuskan "tidak ada jejak pisang di ruangan" sebelum Paulina menghadiri rapat. Alasannya, alergi parah.
Menurut email lainnya, staf Paulina menyatakan bahwa tidak boleh ada pisang di ruang manapun yang akan dimasuki oleh sang menteri pada acara yang dia hadiri.
"Kami akan mengamankan konferensi agar tidak ada pisang," balas mereka yang dikirimi email.
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson, mengatakan pada hari Kamis (14/11) bahwa masalah yang dialami Paulina tidak memengaruhi pekerjaannya.
"Saya sangat menghormati orang-orang yang memiliki berbagai fobia," ujar Kristersson. "Saya merasa terganggu ketika seorang menteri kabinet yang bekerja keras hampir dipermalukan karena fobianya dan orang-orang justru mengolok-oloknya. Saya rasa itu tidak seharusnya terjadi."
Paulina mengatakan kepada Expressen bahwa ini adalah masalah yang sedang atasi dengan bantuan profesional.
Menteri Pendidikan Johan Pehrson, yang merupakan kolega sesama dari Partai Liberal, mengatakan perhatian media terhadap fobia Paulina tersebut sangat absurd.
"Dia adalah seorang liberal yang teguh dan mantan jaksa. Seringkali dalam banyak kasus dia berpihak pada perempuan yang rentan. Kita semua seharusnya fokus pada itu, bukan?" tulisnya di platform media sosial X.
Anggota oposisi juga menyuarakan dukungan untuk Paulina. Teresa Carvalho dari Partai Sosial Demokrat mengatakan dia juga memiliki fobia yang sama.
"Kami telah banyak berdiskusi tentang kondisi kerja, tetapi dalam masalah ini kami bersatu melawan musuh yang sama," ujarnya.