Liputan6.com, Jakarta - Selama sepekan pada periode 11—15 November 2024, data perdagangan saham ditutup bervariasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah dipimpin oleh saham-saham sektor bahan baku (basic materials) pada perdagangan Jumat sore.
IHSG ditutup melemah 53,30 poin atau 0,74 persen ke posisi 7.161,25. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 4,00 poin atau 0,46 persen ke posisi 871,69.
Advertisement
Dikutip dari keterangan tertulis, Bursa efek Indonesia (BEI), Sabtu (16/11/2024), terjadi kenaikan tertinggi pada rata-rata volume transaksi harian Bursa sebesar 48,51% menjadi 31,99 miliar lembar saham dari 21,54 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya.
Peningkatan terjadi pula pada rata-rata nilai transaksi saham selama sepekan, yaitu mencapai 5,09% sebesar Rp 12,28 triliun dari Rp 11,67 triliun pada pekan sebelumnya.
Namun, perubahan dialami oleh kapitalisasi pasar Bursa sebesar 1,46% menjadi Rp 12.063 triliun dari Rp 12.241 triliun pada pekan sebelumnya.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan mengalami perubahan sebesar 1,73% menjadi pada level 7.161,258 dari 7.287,191 pada pekan lalu.
Perubahan terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa sebesar 1,77% menjadi 1,28 juta kali transaksi dari 1,30 juta kali transaksi pada pekan lalu.
Pergerakan investor asing hari ini mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp517,12 miliar dan sepanjang tahun 2024 investor asing mencatatkan nilai beli bersih Rp 29,11 triliun.
Selama sepekan dalam periode 11—15 November 2024, terdapat pencatatan 3 (tiga) saham, 1 (satu) waran, dan 2 (dua) obligasi, serta peluncuran Single Stock Futures di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perdagangan Jumat
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat sore ditutup melemah dipimpin oleh saham-saham sektor bahan baku (basic materials). IHSG ditutup melemah 53,30 poin atau 0,74 persen ke posisi 7.161,25.
“Pelaku pasar mencerna komentar Ketua The Fed Jerome Powell yang memberikan indikasi bahwa bank sentral tidak akan terburu-buru dalam memangkas suku bunga acuan mengingat kekuatan ekonomi AS yang masih cukup solid," sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dikutip dari Antara.
Pelaku pasar juga mencerna rilis data Producer Price Index (PPI) AS yang memperlihatkan inflasi di level produsen naik 0,2 persen month to month (mtm) atau 2,4 persen year on year (yoy) pada Oktober 2024, atau lebih cepat dari laju kenaikan 0,1 persen (mtm) atau 1,8 persen (yoy) pada September 2024.
Data inflasi (CPI dan PPI) Oktober 2024 AS yang dirilis pekan ini hanya menunjukkan sedikit kemajuan yang dicapai untuk menuju target inflasi sebesar 2 persen, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai seberapa besar Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada tahun 2025.
Dari Asia, pelaku pasar mencerna rilis perhitungan awal data Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang yang memperlihatkan ekonomi tumbuh 0,9 persen (yoy) pada kuartal III-2024, perlambatan yang mencolok dari pertumbuhan 2,2 persen (yoy) pada kuartal II- 2024, namun masih lebih tinggi dari konsensus pasar sebesar 0,7 persen (yoy).
Advertisement