Israel Umumkan Wajib Militer 7.000 Orang Yahudi Ultra-Ortodoks, Akan Ikut Perang di Gaza dan Lebanon?

Israel pada hari Jumat (15/11/2024) mengumumkan pendaftaran bertahap 7.000 orang Yahudi ultra-Ortodoks ke dalam militer, yang akan dimulai akhir pekan ini.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 16 Nov 2024, 15:30 WIB
Bendera Israel berkibar di dekat Gerbang Jaffa di Kota Tua Yerusalem (20/3). Gerbang Jaffa adalah sebuah portal yang dibuat dari batu yang berada dalam deret tembok bersejarah Kota Lama Yerusalem. (AFP Photo/Thomas Coex)

Liputan6.com, Tel Aviv - Mendobrak tabu kontroversial yang sudah berlangsung lama di masyarakat Israel, Tel Aviv pada hari Jumat (15/11/2024) mengumumkan pendaftaran bertahap 7.000 orang Yahudi ultra-Ortodoks ke dalam militer, yang akan dimulai akhir pekan ini.

Menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Israel, perintah wajib militer akan dikeluarkan secara bertahap, dimulai pada hari Minggu (17/11), setelah evaluasi militer.

Menteri Pertahanan Israel Katz berencana untuk mengadakan diskusi dengan pihak-pihak terkait untuk mencari kompromi yang akan membantu mengintegrasikan orang Yahudi ultra-Ortodoks (Haredim) ke dalam militer sambil menghormati praktik keagamaan mereka, pernyataan itu menambahkan.

Katz menekankan bahwa tentara akan melakukan segala upaya untuk memastikan lingkungan yang mendukung, yang memungkinkan orang Yahudi religius untuk memenuhi tugas militer mereka sambil mempertahankan gaya hidup religius mereka.

Namun, rincian tentang bagaimana proses ini akan berlangsung masih belum jelas.

Mengutip laporan Anadolu yang dikutip Sabtu (16/11/2024), keputusan ini mengikuti putusan Mahkamah Agung Israel pada bulan Juni, yang mengamanatkan penyertaan orang Yahudi Haredi dalam wajib militer nasional bersama warga negara Israel lainnya.

Meskipun ada putusan ini, komunitas ultra-Ortodoks secara historis menentang dinas militer, dengan menegaskan bahwa tugas mereka terletak pada mempelajari Taurat untuk melindungi identitas Yahudi rakyat Israel.

Populasi Yahudi Haredi di Israel mencakup sekitar 13% dari total populasi negara tersebut yang berjumlah 9,9 juta jiwa.

Secara historis, mereka dikecualikan dari dinas militer wajib, yang wajib bagi semua warga Israel yang berusia di atas 18 tahun. Pengecualian ini telah memicu perdebatan selama beberapa dekade, dengan para kritikus berpendapat bahwa hal itu merusak prinsip kesetaraan dalam dinas nasional.

Ketegangan regional telah meningkat karena serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, yang telah merenggut nyawa lebih dari 43.700 orang, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, sejak Oktober tahun lalu.

Konflik tersebut juga telah meluas ke Lebanon, dengan Israel melakukan serangan mematikan di seluruh negeri, yang menandai eskalasi setelah bentrokan lintas batas selama setahun antara Israel dan Hizbullah sejak perang Gaza dimulai.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya