Liputan6.com, Jhansi - Kebakaran melanda unit neonatal sebuah rumah sakit di India utara, menewaskan 10 bayi baru lahir dan melukai 17 lainnya, kata pihak berwenang.
Petugas tanggap darurat menyelamatkan 38 bayi baru lahir dari bangsal, yang menampung 49 bayi pada saat kejadian, kata Wakil Kepala Menteri negara bagian Uttar Pradesh, Brajesh Pathak, pada hari Sabtu (16/11/2024) seperti dikutip dari Al Jazeera.
Advertisement
Kebakaran terjadi pada hari Jumat (15/11) pukul 10:30 malam (17:00 GMT) di Maharani Lakshmibai Medical College di Jhansi, sekitar 450 km (280 mil) selatan ibu kota nasional, New Delhi.
"17 korban luka menerima perawatan di berbagai bagian dan beberapa rumah sakit swasta," kata Pathak kepada wartawan di Jhansi.
"Bayi baru lahir tersebut meninggal karena luka bakar dan sesak napas. Tujuh bayi yang meninggal telah diidentifikasi, sementara upaya sedang dilakukan untuk mengidentifikasi tiga bayi lainnya," kata Pathak.
Penyebab kebakaran masih diselidiki, tetapi polisi mengatakan kemungkinan besar disebabkan oleh konsentrator oksigen yang rusak.
Rekaman dari tempat kejadian menunjukkan tempat tidur dan dinding yang hangus di dalam bangsal sementara keluarga yang berduka menunggu di luar.
Bayi-bayi yang diselamatkan, yang semuanya baru berusia beberapa hari, dibaringkan berdampingan di tempat tidur di tempat lain di rumah sakit sementara staf memasang infus intravena pada mereka.
Ketika petugas pemadam kebakaran tiba, bangsal itu dilahap api dan asap mengepul. Tim penyelamat harus mendobrak jendela untuk mencapai bayi-bayi itu.
Insiden itu menimbulkan pertanyaan tentang langkah-langkah keselamatan di fasilitas itu.
Meskipun ada alarm kebakaran di unit perawatan intensif, orang tua dan saksi mengatakan alarm itu tidak aktif selama kebakaran terjadi, sementara staf rumah sakit bertindak hanya setelah mereka melihat asap dan api.
"Jika alarm keselamatan itu berfungsi, kami bisa bertindak lebih cepat dan menyelamatkan lebih banyak nyawa," kata Naresh Kumar, seorang orang tua yang kehilangan bayinya, kepada kantor berita The Associated Press.
Protokol Kebakaran Tak Berfungsi dengan Baik
Akhtar Hussain, yang putranya diselamatkan dan dirawat di bangsal sebelah, mengatakan tragedi itu bisa dicegah jika rumah sakit memiliki protokol keselamatan yang lebih baik.
Seorang bayi masih hilang, seorang pejabat pemerintah, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena ia tidak berwenang berbicara kepada media, mengatakan kepada kantor berita Reuters.
Pathak mengatakan audit keselamatan rumah sakit dilakukan pada bulan Februari, diikuti oleh latihan kebakaran tiga bulan kemudian.
"Jika ditemukan kelalaian, tindakan tegas akan diambil terhadap mereka yang bertanggung jawab dan tidak seorang pun akan luput," katanya.
Surat kabar Indian Express melaporkan bahwa seorang perawat, yang diidentifikasi hanya sebagai Meghna, menderita luka bakar di kakinya setelah mencoba menyelamatkan bayi yang baru lahir dan memadamkan api.
Pejabat distrik Avinash Kumar mengatakan kepada surat kabar The Hindustan Times bahwa kebakaran itu disebabkan oleh korsleting listrik di unit tersebut.
Perdana Menteri Narendra Modi menyebut kematian itu "memilukan" dalam sebuah unggahan di media sosial.
"Belasungkawa terdalam saya kepada mereka yang kehilangan anak-anak mereka yang tidak bersalah dalam hal ini," tulis Modi. “Saya berdoa kepada Tuhan agar mereka diberi kekuatan untuk menanggung kehilangan yang sangat besar ini.”
Advertisement
Kompensasi Sekitar Rp93 Juta
Kepala Menteri Uttar Pradesh Yogi Adityanath mengumumkan kompensasi yang setara dengan $5.900 atau sekitar Rp93 juta untuk setiap keluarga yang ditinggalkan.
Kebakaran gedung sering terjadi di India karena konstruksi yang buruk dan seringnya mengabaikan peraturan keselamatan. Pemeliharaan yang buruk dan kurangnya peralatan pemadam kebakaran yang memadai juga menyebabkan kematian.
Enam bulan lalu, kebakaran serupa di rumah sakit anak-anak di New Delhi menewaskan tujuh bayi baru lahir.
Bulan lalu, ledakan besar yang melibatkan kembang api menyebabkan puluhan orang terluka di negara bagian Kerala.