Liputan6.com, Jakarta - Sosok KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Presiden ke-4 RI, kerap dikenang dengan kisah-kisah luar biasa yang sulit dijelaskan secara logika. Salah satu cerita yang mengharukan terjadi saat Gus Dur melakukan kunjungan kerja ke daerah Malang, Jawa Timur.
Peristiwa tersebut bermula ketika Gus Dur dan rombongannya dalam perjalanan pulang setelah menyelesaikan rangkaian agenda kunjungan. Saat itu, di pinggir jalan, rombongan melihat seorang ibu tua yang tengah menjajakan durian. Pemandangan ini mengundang perhatian Gus Dur.
Dalam sebuah video di kanal YouTube @SPORTS_30626, kisah ini kembali diceritakan dengan rinci. Gus Dur, yang saat itu berada di dalam kendaraan, tiba-tiba meminta rombongan untuk berhenti. Keputusannya mengejutkan banyak orang di sekitarnya.
“Ada ibu-ibu di sana, kita berhenti sebentar,” ujar Gus Dur kepada ajudannya.
Permintaan ini membuat suasana rombongan berubah, karena perjalanan sebenarnya dijadwalkan ketat. Namun, Gus Dur tampak yakin dengan tindakannya.
Setelah kendaraan berhenti, Gus Dur turun dan mendekati sang ibu tua yang terlihat lelah tetapi tetap menjajakan dagangan duriannya. Ia lalu meminta ajudannya untuk memberikan amplop yang telah dibawanya kepada ibu tersebut.
Ajudan tersebut sempat terkejut mendengar perintah Gus Dur. Dengan ragu, ia berbisik, “Pak, ini isinya Rp10 juta.” Namun Gus Dur hanya tersenyum dan berkata, “Sudah, berikan saja.”
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Ternyata Anak Ibu Tua Tak Bisa Keluar Rumah Sakit
Tanpa banyak pertanyaan lagi, amplop itu pun diserahkan kepada ibu tua tersebut. Reaksi yang terjadi kemudian sungguh mengharukan. Ibu itu langsung bersimpuh di hadapan Gus Dur dengan tangis penuh syukur.
“Alhamdulillah, ya Allah! Terima kasih, Pak Gus Dur. Baru saja anak saya tidak bisa dibawa pulang dari rumah sakit kalau tidak bisa membayar uang Rp10 juta,” ujar sang ibu dengan suara bergetar.
Momen itu membuat seluruh rombongan terdiam. Tidak ada yang menyangka bahwa uang dalam amplop tersebut menjadi jawaban atas masalah besar yang sedang dihadapi ibu tua tersebut.
Kejadian tersebut menunjukkan sisi humanis Gus Dur yang tidak hanya memimpin dengan kebijakan, tetapi juga dengan kepekaan luar biasa terhadap sesama. Banyak orang dalam rombongan yang kemudian terinspirasi oleh tindakan spontan itu.
Sang ibu akhirnya kembali ke rumah dengan rasa lega setelah mendapatkan bantuan yang tak disangka-sangka. Peristiwa itu menyisakan kesan mendalam, baik bagi ibu tersebut maupun rombongan yang menyaksikan langsung.
Gus Dur dikenal sebagai sosok yang tidak pernah memandang siapa pun berdasarkan status sosial atau latar belakangnya. Baginya, membantu sesama adalah panggilan hati yang tidak memerlukan pertimbangan rumit.
Advertisement
Pentingnya Memberikan Harapan kepada Sesama
Banyak yang percaya bahwa tindakan seperti ini tidak hanya kebetulan. Karomah yang dimiliki Gus Dur dianggap mampu membaca situasi yang tidak diketahui oleh orang lain. Hal ini membuat kisah-kisah tentangnya terus dikenang dan diceritakan.
Ibu tua penjual durian itu bukan satu-satunya yang pernah merasakan bantuan spontan dari Gus Dur. Kisah-kisah lain dengan tema serupa sering muncul, menguatkan pandangan masyarakat tentang kebaikan hati yang dimiliki oleh Gus Dur.
Dalam berbagai kesempatan, Gus Dur sering menekankan pentingnya empati dalam kehidupan sehari-hari. Bagi masyarakat yang mengenalnya, tindakan seperti ini sejalan dengan prinsip yang selalu ia perjuangkan.
Bantuan yang diberikan Gus Dur bukan hanya soal materi, tetapi juga soal memberi harapan kepada mereka yang sedang dilanda kesulitan. Tindakan ini menjadi bukti nyata dari keberpihakan kepada rakyat kecil.
Kini, kisah tentang ibu tua penjual durian di Malang menjadi salah satu dari banyak cerita yang memperkuat warisan moral yang ditinggalkan oleh Gus Dur. Sosoknya tetap menjadi teladan bagi banyak orang.
Pengalaman ini mengajarkan bahwa tindakan kecil yang dilakukan dengan tulus dapat mengubah kehidupan seseorang secara besar. Gus Dur telah menunjukkan bahwa seorang pemimpin sejati adalah mereka yang selalu hadir untuk rakyatnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul