Biden Izinkan Ukraina Gunakan Senjata AS untuk Serang Wilayah Rusia, Perang Dunia III di Depan Mata?

Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri AS belum berkomentar mengenai kabar ini.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 18 Nov 2024, 08:19 WIB
Presiden AS Joe Biden (kanan) dipeluk oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) saat berkunjung di Kyiv, Ukraina pada 20 Februari 2023. Presiden AS Joe Biden melakukan kunjungan mendadak ke Kyiv pada 20 Februari 2023, menjelang peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina. Zelensky menyambut gembira kunjungan Presiden AS Joe Biden. (Dimitar DILKOFF/AFP)

Liputan6.com, Washington, DC - Pemerintahan Joe Biden dilaporkan telah mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan Amerika Serikat (AS) untuk menyerang jauh ke Rusia. Demikian konfirmasi dua pejabat AS dan seorang sumber yang mengetahui keputusan itu pada hari Minggu (17/11/2024).

Ini merupakan pembalikan signifikan kebijakan AS dalam konflik Ukraina-Rusia.

Ukraina berencana untuk melakukan serangan jarak jauh pertamanya dalam beberapa hari mendatang, kata sumber tersebut, tanpa mengungkapkan rincian karena masalah keamanan operasional.

Langkah ini diambil dua bulan sebelum presiden terpilih Donald Trump menjabat pada 20 Januari dan mengikuti permohonan selama berbulan-bulan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy agar mengizinkan militer Ukraina menggunakan senjata AS untuk menyerang target militer Rusia yang jauh dari perbatasannya.

Seorang pejabat AS dan seorang sumber yang mengetahui keputusan tersebut menuturkan bahwa perubahan ini sebagian besar terjadi sebagai tanggapan terhadap pengerahan pasukan darat Korea Utara untuk memperkuat pasukan Rusia, sebuah perkembangan yang telah menimbulkan kekhawatiran di AS dan Ukraina.

Zelenskyy mengatakan dalam pidato malamnya bahwa rudal-rudal itu akan "memberikan jawabannya sendiri".

"Saat ini, banyak media yang melaporkan bahwa kami telah menerima izin untuk mengambil tindakan yang tepat," kata dia seperti dilansir CNA, Senin (18/11).

"Namun, serangan tidak dilakukan dengan kata-kata. Hal-hal seperti itu tidak diumumkan."

Rusia telah memperingatkan bahwa mereka akan melihat langkah pelonggaran batasan penggunaan senjata AS oleh Ukraina sebagai eskalasi besar.

"Keputusan AS untuk membiarkan Ukraina menyerang jauh ke Rusia dengan rudal jarak jauh AS dapat menyebabkan Perang Dunia III dan akan mendapat respons cepat," ujar Wakil Kepala Pertama Komite Urusan Internasional Majelis Tinggi Rusia Vladimir Dzhabarov seperti dilaporkan kantor berita TASS.

Serangan mendalam pertama Ukraina kemungkinan akan dilakukan dengan menggunakan roket ATACMS, yang memiliki jangkauan hingga 306 km. Sementara beberapa pejabat AS telah menyatakan skeptisisme bahwa mengizinkan serangan jarak jauh akan mengubah arah perang secara keseluruhan, keputusan itu dapat membantu Ukraina pada saat pasukan Rusia memperoleh keuntungan dan mungkin menempatkan Ukraina dalam posisi negosiasi yang lebih baik jika perundingan gencatan senjata terjadi.

Tidak jelas apakah Trump akan membatalkan keputusan Biden saat dia menjabat. Trump telah lama mengkritik skala bantuan keuangan dan militer AS ke Ukraina dan berjanji mengakhiri perang dengan cepat, tanpa menjelaskan caranya.

Juru bicara Trump tidak segera menanggapi permintaan komentar. Namun, salah satu penasihat kebijakan luar negeri terdekat Trump, Richard Grenell, mengkritik keputusan ini.

"Meningkatkan perang sebelum dia meninggalkan jabatan," kata Grenell, dalam sebuah unggahan di X.

Beberapa anggota Kongres dari Partai Republik telah mendesak Biden untuk melonggarkan aturan tentang bagaimana Ukraina dapat menggunakan senjata yang disediakan AS.

Sejak kemenangan Trump pada 5 November, pejabat senior pemerintahan Biden telah berulang kali mengatakan bahwa mereka akan menggunakan waktu yang tersisa untuk memastikan Ukraina dapat berperang secara efektif tahun depan atau menegosiasikan perdamaian dengan Rusia dari "posisi yang kuat".


Keputusan yang Terlambat?

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) menyambut dan menyalami Presiden AS Joe Biden (tengah) saat setelah tiba di Kyiv, Ukraina pada 20 Februari 2023. Zelensky menyambut gembira kunjungan Presiden AS Joe Biden. Biden bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di ibu kota Ukraina, dalam kunjungan pertamanya ke negara itu sejak dimulainya konflik. (Dimitar DILKOFF/AFP)

AS yakin lebih dari 10.000 tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia timur dan sebagian besar dari mereka telah pindah ke wilayah Kursk dan mulai terlibat dalam operasi tempur melawan Ukraina.

Ukraina mengaku telah bentrok dengan beberapa pasukan Korea Utara yang dikerahkan ke Kursk.

Karena kekurangan personel, pasukan Ukraina telah kehilangan sebagian wilayah yang mereka rebut dalam serangan bulan Agustus ke Kursk yang menurut Zelenskyy dapat menjadi alat tawar-menawar.

"Menghapus pembatasan penargetan akan memungkinkan Ukraina untuk berhenti bertempur dengan satu tangan terikat di belakang mereka," kata peneliti senior nonresiden di Atlantic Council Alex Plitsas.

"Namun, seperti hal lainnya, saya yakin sejarah akan mengatakan keputusan itu datang terlambat. Sama seperti ATACMS, HIMARS, Bradley Fighting Vehicles, Tank Abrams, dan F-16. Semuanya dibutuhkan jauh lebih cepat."

Meskipun Zelenskyy telah lama memohon, Gedung Putih enggan mengizinkan senjata yang dipasok AS digunakan untuk menyerang target jauh di dalam Rusia karena khawatir hal ini dapat meningkatkan konflik.

Sekutu Ukraina lainnya telah memasok senjata, namun dengan pembatasan tentang bagaimana dan kapan senjata tersebut dapat digunakan di dalam Rusia karena khawatir serangan semacam itu dapat memicu pembalasan yang menyeret negara-negara NATO ke dalam perang atau memicu konflik nuklir.

Menteri luar negeri Polandia Radoslaw Sikorski juga menyebut langkah terbaru AS sebagai respons terhadap keterlibatan Korea Utara.

"Presiden Biden menanggapi masuknya pasukan Korea Utara ke dalam perang dan serangan rudal besar-besaran Rusia dalam bahasa yang dipahami V Putin - dengan menghapus pembatasan penggunaan rudal Barat oleh Ukraina," kata Sikorski via X.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya