Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mendorong pemerataan pembangunan bendungan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Dalam rangka mendukung program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto untuk swasembada pangan, energi, dan air.
Wakil Menteri PU Diana Kusumastuti mengatakan, pemerintah menargetkan swasembada pangan 2028 dan mendorong penerapan energi baru dan terbarukan (EBT). Indeks ketahanan air Indonesia diharapkan mencapai 200 m3 per kapita per tahun dengan sebaran yang merata di seluruh Indonesia.
Advertisement
"Pembangunan bendungan yang merata sangat penting untuk optimalisasi penyediaan air irigasi guna mendukung swasembada pangan, energi baru terbarukan, dan pemenuhan kebutuhan air baku untuk ketahanan air," kata Diana dalam keterangan tertulis, Senin (18/11/2024).
Indonesia memiliki 259 bendungan yang memberikan layanan irigasi seluas 1.271.415 ha, potensi energi listrik sebanyak 15.628 MW, dan melayani air 59,6 m3 per kapita per tahun.
Pemerintah sudah membangun 187 bendungan sampai tahun 2014, ditambah 61 bendungan yang telah dan akan diselesaikan dari 2015 hingga 2025, plus tambahan 11 bendungan baru lainnya. Sehingga total 259 bendungan akan dimiliki oleh pemerintah.
Namun, sebaran lokasi bendungan tersebut belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Baru sebagian wilayah yang memiliki ketahanan air lebih dari 120 m3 per kapita per tahun, sesuai target Visium Kementerian PUPR 2030. Sedangkan beberapa wilayah lain masih belum memiliki bendungan.
"Ini adalah tugas kita bersama, saya harap INACOLD/KNI-BB dapat ikut berperan aktif dan berkolaborasi untuk mewujudkan pemerataan pembangunan bendungan ini. Ke depannya kita terus dorong untuk dapat menambah bendungan lagi, terutama di wilayah yang bendungannya masih sedikit seperti di Kalimantan," imbuh Diana.
Dukung Swasembada Pangan Prabowo, Proyek 2 Bendungan di Aceh Dikebut
Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mempercepat penyelesaian konstruksi dua bendungan di Aceh, yakni Bendungan Rukoh dan Bendungan Keureuto. Kedua bendungan ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas irigasi pertanian, mendukung pengendalian banjir, serta menyediakan air baku dan energi listrik bagi masyarakat Aceh.
Menteri PU Dody Hanggodo mengatakan, pembangunan bendungan ini jadi langkah Kementerian PU dalam mendukung ASTA Cita Presiden Prabowo Subianto. Khususnya dalam mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan.
"Kehadiran bendungan ini juga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani, sekaligus mendukung ketahanan pangan yang menjadi prioritas nasional," kata Dody dalam keterangan tertulis, Rabu (30/10/2024).
Bendungan Rukoh terletak di Kabupaten Pidie, memiliki kapasitas tampungan sebesar 128 juta m³ dan luas genangan 716,7 ha. Bendungan ini nantinya akan melayani area irigasi seluas 11.950 ha. Dengan pola tanam padi-padi-palawija serta intensitas tanam yang mencapai 300 persen (eksisting 140 persen).
Di samping itu, Bendungan Rukoh juga berfungsi untuk pengendalian banjir di wilayah Krueng Rukoh dengan potensi pengurangan banjir hingga 89,62 persen, serta menyuplai air baku sebesar 0,90 m³ per detik.
Bendungan ini dibangun sejak akhir 2018 dengan biaya APBN sebesar Rp 1,5 triliun. Pelaksanaan pembangunan dilakukan secara bertahap melalui dua paket dengan masing-masing kontraktor.
Paket 1 dengan progres fisik 96,16 persen dikerjakan PT Nindya Karya (Persero) senilai Rp 377 miliar. Paket 2 progres fisik 92,42 persen dikerjakan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (KSO) PT Adhi Karya (Persero) dan PT Andesmont Sakti Senilai Rp 1,7 triliun.
Advertisement
Bendungan Keureuto
Waduk lain di Aceh yang sedang dikerjakan yakni Bendungan Keureuto di Kabupaten Aceh Utara, dengan kapasitas tampungan 215,94 juta m³ dan luas genangan 896,6 ha.
Diharapkan bendungan ini dapat melayani kebutuhan irigasi pada lahan seluas 9.455 ha, menyediakan air baku sebesar 0,5 m³ per detik, serta menghasilkan energi listrik 6,34 MW, yang diharapkan dapat mendukung keberlanjutan sektor pertanian dan ketahanan pangan. Selain itu, Bendungan Keureuto dapat mereduksi potensi banjir di wilayah Lhoksukon hingga 30 persen.
Bendungan Keureuto dibangun sejak 2015 dengan biaya APBN sebesar Rp 2,7 triliun. Pekerjaan ini terbagi menjadi 4 paket pekerjaan dengan masing-masing kontraktor, PT. Brantas Abipraya (Persero)-PT. Pelita Nusa Perkasa (KSO) untuk paket 1, PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk paket 2, PT. Hutama Karya-Perapen paket 3 dan paket penyelesaian pembangunan bendungan oleh PT Brantas Abipraya (Persero) - PT Indrapurindo Marga Bakti Utama - PT Pelita Nusa Perkasa (KSO). Progres fisik pembangunan bendungan ini 96,69 persen.
Jokowi Selesai Bangun 4 Bendungan dalam 10 Tahun di NTT
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (2/10/2024).Dengan demikian bendungan itu menjadi waduk keempat yang dibangun kabinet pemerintahan Jokowi di provinsi tersebut.
Jokowi mengatakan, air merupakan kebutuhan sangat vital dalam kehidupan sehari-hari, utamanya di NTT. Dengan air, masyarakat bisa menanam padi, singkong, jagung, dan makanan pokok lainnya.
"Kunci kemakmuran di NTT adalah air. Tanpa air jangan membayangkan Provinsi NTT kita ini akan makmur dan sejahtera. Oleh sebab itu, pemerintah dalam 10 tahun ini telah selesai membangun 4 bendungan di NTT, yaitu Rotiklot, Raknamo, Napun Gete, dan sekarang Bendungan Temef di Timor Tengah Selatan," bebernya.
Bendungan Temef dibangun selama 7 tahun sejak 2017 hingga 2024. Dengan luas genangan 299 ha, Bendungan Temef bisa menampung air 45 juta m2.
"Sehingga bisa mereduksi banjir di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Malaka. Dengan biaya Rp 2,7 triliun, Bendungan Temef bisa mengairi 4.500 ha sawah, sangat besar sekali," Jokowi menambahkan.
Setelah Bendungan Temef selesai dibangun, airnya akan segera terisi (impounding) dan diperkirakan mencapai 100 persen pada Januari 2025.
"Jadi Pak Bupati manfaatkan betul Bendungan Temef ini untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat kita di Timor Tengah Selatan dan juga masyarakat sekitarnya," pinta Jokowi.
Pada kesempatan sama, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bob Arthur Lombogia menerangkan, Bendungan Temef memiliki manfaat sumber air baku dengan kapasitas 131 liter per detik. Juga dapat mengaliri irigasi seluas 4.500 ha, mereduksi banjir seluas 3.750 ha, dan meningkatkan indeks pertanaman dari semula 150 persen menjadi 250 persen.
"Manfaat langsung lainnya adalah pengendalian banjir. Kalau untuk irigasi, sudah ada saluran eksisting yang sudah fungsional, ada irigasi potensial dan pasti akan kita lanjutkan. Kita perlu optimalkan fungsi bendungannya," ujar Bob.
Advertisement