Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) lakukan first cut of steel atau pemotongan pertama lempeng platform lepas pantai sebagai pertanda dimulainya fabrikasi Anjungan OOA di Bintan, Kepulauan Riau.
Anjungan ini merupakan bagian dari proyek pengembangan Lapangan OO-OX yang dikelola PHE ONWJ di lepas pantai Laut Jawa.
Advertisement
Lingkup fabrikasi ini mencakup 200 metrik ton jacket atau fondasi anjungan dan 500 metrik ton anjungan bagian atas (topside), yang dilakukan PT Meindo Elang Indah, mitra kerja PHE ONWJ. Jadwal fabrikasi berlangsung lebih awal dari jadwal, yang mencerminkan komitmen kuat PHE ONWJ dalam mendukung pencapaian ketahanan energi nasional serta perekonomian lokal.
Kegiatan first cut fabrikasi ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan terkait, di antaranya SKK Migas, PT PHE selaku Subholding Upstream, Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa, Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, Perwakilan Kepala Bea Cukai Tanjung Pinang, serta pemerintah daerah setempat.
Muzwir Wiratama, General Manager PHE ONWJ, menegaskan bahwa keselamatan dan kualitas tetap menjadi prioritas utama dalam proyek ini. “Prinsip Safer, Faster, Better menjadi landasan utama Perusahaan. Kami berkomitmen untuk menyelesaikan proyek ini sesuai jadwal dengan standar kualitas tinggi, andal dan memprioritaskan aspek keselamatan kerja,” jelasnya.
Setelah fabrikasi selesai, tahap selanjutnya adalah sail-away anjungan ke lokasi kerja, yang rencananya akan dilakukan pada Juni 2025. Proses ini meliputi pengangkutan dan pengiriman Anjungan OOA menuju Laut Jawa.
Pengembangan Lapangan OO-OX sendiri adalah proyek optimalisasi lapangan minyak dan gas di lepas pantai utara Jawa yang diproyeksikan akan meningkatkan produksi minyak hingga 2.996 barel per hari (BOPD) dan gas bumi sebesar 21,26 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Selain fabrikasi Anjungan OOA, proyek ini juga mencakup pengembangan fasilitas tambahan di Onshore Processing Facility (OPF) Balongan, yang bertujuan untuk mempercepat proses penyimpanan produksi.
Industri Pelayaran Hadapi 3 Tantangan Berat, Apa Saja?
Sebelumnya, PT Pertamina International Shipping (PIS) menyebutkan sejumlah strategi utama untuk mengatasi tantangan disrupsi rantai pasok energi, mulai dari perkembangan teknologi hingga ketegangan geopolitik global. Di antaranya dengan mengoptimalkan digitalisasi serta menggunakan berbagai teknologi mutakhir seperti artificial intelligence (AI).
Dalam konferensi Abu Dhabi International Petroleum Exhibition & Conference (ADIPEC) 2024, CEO PIS Yoki Firnandi mengatakan, saat ini industri pelayaran menghadapi tiga tantangan utama, ketegangan geopolitik akibat perang di Ukraina dan Timur Tengah, perang tarif antara Amerika Serikat dan China, serta dampak perubahan iklim.
Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor maritim, PIS sangat memahami dampak negatif dari ketegangan-ketegangan tersebut.
"Kami merasakan urgensi untuk terus beradaptasi di tengah situasi yang semakin tidak menentu,” kata Yoki, Jumat (15/11/2024).
Ketegangan yang timbul akibat agresi militer Rusia telah memberikan dampak besar terhadap rantai pasokan energi global. Sebagai respon, negara-negara Uni Eropa menerapkan kebijakan yang membatasi pergerakan kapal-kapal Rusia.
Kebijakan ini menyebabkan lonjakan signifikan dalam aktivitas kapal gelap (ghost ships), yaitu kapal yang beroperasi dengan mematikan sistem AIS (Automatic Identification System), yang mempersulit pihak berwenang untuk mengidentifikasi keberadaan kapal tersebut. Hal ini tentunya meningkatkan risiko kecelakaan di perairan internasional.
“PIS secara rutin melakukan berbagai sistem verifikasi untuk memastikan kami mengetahui dengan jelas latar belakang kapal yang kami sewa dari pihak ketiga. Dalam proses pengadaan kapal charter, kami memeriksa riwayat kepemilikan kapal, termasuk sejarah operasional dan reputasi pemilik kargo. PIS juga secara berkala memantau potensi risiko yang ada serta langkah-langkah mitigasi yang perlu diambil untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” tambah Yoki.
Advertisement
Digitalisasi
Untuk menghadapi tantangan yang juga semakin beragam, Yoki mengungkapkan, PIS telah mengoptimalkan digitalisasi serta menggunakan berbagai teknologi mutakhir seperti artificial intelligence (AI) yang memungkinkan pengawasan secara real-time dan akurat terhadap kapal-kapal PIS saat berlayar di daerah rawan.
PIS juga menggalakkan upaya diversifikasi rute, khususnya di negara-negara Afrika dan Eropa. Untuk memuluskan upaya tersebut, saat ini PIS telah memiliki tiga kantor perwakilan di Singapura (PIS Asia Pacific), Dubai (PIS Middle East), dan London (PIS Europe). Letak ketiga kantor perwakilan yang berada di titik-titik strategis diharapkan dapat meningkatkan jaringan dan rute internasional PIS.
Sebagai informasi, PIS baru saja membuka rute baru ke negara-negara baltik. Hingga saat ini, PIS telah berlayar ke 65 rute internasional.
Selain melalui diversifikasi rute, PIS juga tengah meningkatkan presentasi kargo hijau dalam keseluruhan operasi bisnisnya. Bahkan, PIS menargetkan peningkatan pendapatan bisnis hijau ke angka 34% terhadap keseluruhan pendapatan perusahaan. Strategi PIS untuk meningkatkan kontribusi bisnis hijau adalah melalui pasar bahan bakar hijau, yakni LNG, LPG, dan Amonia.