Cegah Banjir di Cipete, Pramono Bakal Padukan Metode Ahok-Anies

Calon Gubernur Jakarta (Cagub) nomor urut tiga, Pramono Anung mengungkap metode atasi banjir di wilayah Cipete, Jakarta. Dia berencana mengkolaborasikan kebijakan Gubernur DKI Jakarta terdahulu

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 18 Nov 2024, 15:15 WIB
Pramono Anung dan Rano Karno saat blusukan ke Tanah Abang. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Calon Gubernur Jakarta (Cagub) nomor urut tiga, Pramono Anung mengungkap metode atasi banjir di wilayah Cipete, Jakarta. Dia berencana mengkolaborasikan kebijakan Gubernur DKI Jakarta terdahulu yakni Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Anies Baswedan.

Hal itu diungkapkannya usai menyapa warga Cipete Selatan, Jakarta, Senin (18/11/2024).

Kebijakan yang akan dipadukan oleh Pramono adalah pasukan oranye atau Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dan sumur resapan. Menurut Pramono, banjir yang terjadi di Cipete adalah banjir lokal. Ini disebabkan selokan yang tidak tertangani dengan baik.

"Pasukan oranyenya akan kita lebih di-massif-kan untuk me-manage saluran-saluran yang ada di daerah ini," kata Pramono dalam keterangan tertulis, Senin.

Tidak hanya itu, Pramono juga akan membangun sumur resapan yang memang telah dibangun di sejumlah titik pada wilayah itu.

"Sumur resapan akan dibuat di tempat-tempat yang tidak mengganggu aktivitas transportasi," jelas Pramono.

Pramono juga menyatakan akan menyelesaikan permasalahan-permasalahan mendasar warga seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Lansia dan sebagainya.

"Itulah yang akan saya selesaikan kalau saya terpilih jadi Gubernur," pungkas Pramono.


Pramono Anung Satukan Ahokers dan Anak Abah Anies Demi Bangun Jakarta

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta, Pramono Anung-Rano Karno saat debat ketiga Pilkada Jakarta 2024 pada Minggu, 17 November 2024.

Sebelumnya, Calon gubernur Jakarta nomor urut 03 Pramono Anung menyatakan berupaya membangun Jakarta dengan melanjutkan hal baik yang telah dicapai oleh gubernur sebelumnya, khususnya Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Dia pun mengaku mendapatkan dukungan pendukung kedua sosok tersebut, yakni Ahokers dan Anak Abah.

Awalnya, calon gubernur Jakarta nomor urut 01 Ridwan Kamil mempertanyakan cara hitung ideal koefisien luas bangunan untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk. Mantan gubernur Jawa Barat itu pun menyinggung PDIP yang kala itu menolak gagasan Anies Baswedan untuk membuat rumah menjadi empat lantai.

“Pak Ridwan Kamil yang saya hormati, dan Pak Suswono yang saya hormati, yang pertama, kalau saya dan Bang Doel menjadi gubernur dan wakil gubernur, maka kami akan menggunakan lahan-lahan yang dimiliki oleh pemerintah Jakarta dan juga BUMD untuk menjadi tempat hunian bagi warga Jakarta,” tutur Pramono dalam debat Pilkada Jakarta 2024 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/11/2024).

Pramono menyebut, dirinya bersama Rano Karno alias Si Doel akan mengembangkan kantor kecamatan, kelurahan, desa, hingga sekolah yang ada untuk membuat hunian vertikal.

Misalnya di sekolah kawasan Jakarta Selatan, untuk lantai satu hingga lima ke bawah akan menjadi tempat parkir, lantai satu hingga tiga ke atas menjadi sekolah dengan fasilitas lebih lengkap, serta lantai empat dan seterusnya ke atas sebagai hunian.

“Karena daerah sana adalah daerah premium, tentunya yang menghuni adalah kelas menengah. Tempat lainnya yang dimiliki oleh BUMD maupun pemerintah bisa kita gunakan untuk itu,” jelas dia.


Diskusi dengan Ahok

Kemudian terkait dengan perbedaan pandangan antara Anies Baswedan dengan PDIP, lanjutnya, hal itu adalah hal yang tidak masalah. Namun begitu, Pramono mengaku telah berdiskusi secara langsung dengan mantan gubernur Jakarta itu dan menyimpulkan bahwa gagasan yang ideal akan dilanjutkan.

“Walaupun fraksi saya berbeda. Untuk itu, bagi saya tidak masalah. Inilah yang akan kita bangun untuk Jakarta, apa yang baik, kami lanjutkan, baik dari Mas Anies maupun dari Pak Ahok. Saya berkomitmen untuk membangun itu,” ungkapnya.

Ridwan Kamil pun menyatakan membantah argumentasi tersebut, bahwa upaya itu tidaklah cukup hanya dengan lahan pemerintah. Baginya, harus ada kombinasi antara lahan di atas pasar dan lainnya demi mengakomodasi pertumbuhan penduduk Jakarta.

“Itulah yang disebut dengan spesifikasi, supaya tidak terjadi lagi penggusuran. Gubernur yang paling banyak menggusur adalah Pak Ahok. Itu menggusur 113 kasus penggusuran pada April 2016 menurut CNN, dan menurut JJ Rizal, gubernur paling brutal dalam penggusuran adalah Pak Ahok, dari partainya Mas Pram dan Bang Doel,” tukas Ridwan Kamil.

Infografis Debat Terakhir Pilkada Jakarta 2024 (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya