Liputan6.com, Jakarta - Ceramah Gus Baha sering kali mengupas kisah lucu yang menyentuh sisi filosofis dan religius. Salah satu cerita menarik yang disampaikan adalah kisah seorang tokoh dari kelompok Mu’tazilah yang akhirnya bertobat berkat hal yang terkesan sederhana, namun penuh hikmah.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Menikmatihalal, Gus Baha menceritakan tentang seorang tokoh Mu’tazilah yang memiliki pandangan bahwa manusia sepenuhnya menentukan ikhtiarnya sendiri. "Kelompok ini percaya bahwa semua perbuatan manusia murni dari keinginannya sendiri. Kalau mau duduk, ya duduk. Mau berdiri, ya berdiri. Tidak ada campur tangan Allah," jelas Gus Baha.
Namun, pandangan tersebut justru berubah drastis ketika tokoh ini menikahi seorang perempuan yang sangat cantik. Wanita cantik itu, menurut cerita, secara tak langsung menjadi alasan perubahan pandangan hidup sang tokoh melalui interaksi sederhana dalam kehidupan rumah tangga mereka.
Kisah dimulai ketika suatu malam, setelah berhubungan suami istri, sang istri bertanya dengan nada santai, "Mas, masih ingin lagi?" Pertanyaan itu, meski terdengar ringan, ternyata menyentuh aspek mendalam dari keyakinan sang suami.
Tokoh Mu’tazilah itu terdiam sejenak. Niat untuk mengulangi aktivitas tersebut ada, tetapi tubuhnya tidak mampu melakukannya. Sang istri pun menimpali dengan nada bercanda, "Katanya manusia bisa menentukan sendiri apa yang diinginkan? Kok sekarang tidak bisa?"
Respons ini seakan menjadi pukulan telak bagi sang suami. Pandangannya tentang kebebasan mutlak manusia runtuh hanya karena pengalaman sederhana bersama istrinya. Ia mulai menyadari bahwa meski manusia memiliki kehendak, tetap ada keterbatasan yang tidak bisa dilampaui tanpa izin dari Sang Pencipta.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Terlihat Remeh Taubatnya
Gus Baha menjelaskan bahwa momen ini menjadi titik balik dalam hidup sang tokoh. Dengan penuh kesadaran, ia meninggalkan keyakinan lama yang bertentangan dengan ajaran Ahlu Sunnah wal Jamaah. "Taubatnya benar-benar karena pengalaman sehari-hari yang terkesan remeh, tapi justru sangat mendalam," tutur Gus Baha.
Cerita ini, meski kocak, membawa pesan penting bahwa hidayah bisa datang melalui cara yang tidak terduga. Bahkan interaksi sederhana dalam rumah tangga dapat menjadi sarana Allah untuk membuka hati seseorang.
Gus Baha menambahkan bahwa kisah ini juga menggambarkan betapa indahnya kebersamaan dalam rumah tangga yang dilandasi dengan saling menghormati dan memahami. Sang istri, tanpa sengaja, menjadi jalan hidayah bagi suaminya melalui dialog ringan yang justru mematahkan argumen filosofis yang selama ini diyakini.
Jamaah yang mendengar cerita ini tertawa, tetapi juga merenungkan pesan yang terkandung di dalamnya. Humor yang disampaikan Gus Baha tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pemahaman tentang pentingnya tawakal dan pengakuan akan keterbatasan manusia.
Pandangan Mu’tazilah yang menolak campur tangan Allah dalam setiap perbuatan manusia, menurut Gus Baha, memang sering kali terbantahkan oleh pengalaman hidup. "Hanya Allah yang benar-benar berkuasa atas segala sesuatu, termasuk hal-hal kecil yang kita anggap sepele," ujar Gus Baha.
Melalui cerita ini, Gus Baha juga mengingatkan bahwa argumen teologis yang rumit sering kali kalah oleh kenyataan sehari-hari yang sederhana. Bahkan tokoh yang terkenal dengan logika kuat pun akhirnya menyadari kekeliruannya melalui pengalaman pribadi.
Advertisement
Dakwah Gus Baha Jembatani Humor dengan Dakwah
Kisah ini menjadi salah satu bukti bahwa dakwah Gus Baha mampu menjembatani humor dengan hikmah. Ia menjadikan kisah tersebut sebagai pelajaran tentang pentingnya menyadari posisi manusia di hadapan Allah.
Dalam kehidupan, sering kali manusia terlalu percaya pada kemampuannya sendiri tanpa menyadari bahwa ada batasan yang hanya bisa dilampaui dengan izin Allah. Melalui cerita ini, Gus Baha mengajak jamaah untuk lebih bersyukur dan berserah diri kepada-Nya.
Pesan penting lainnya adalah tentang keindahan peran perempuan dalam kehidupan. Sang istri dalam cerita ini, meskipun tidak berniat memberikan pelajaran, justru menjadi medium yang membawa suaminya kepada kebenaran.
Ceramah Gus Baha ini membuktikan bahwa dakwah tidak harus selalu serius dan berat. Humor ringan yang dibalut dengan pesan mendalam justru mampu menjangkau hati jamaah dari berbagai kalangan.
Kisah taubat tokoh Mu’tazilah ini menjadi pengingat bahwa hidayah bisa datang kapan saja dan dari mana saja. Bahkan hal yang terlihat sederhana seperti percakapan rumah tangga dapat membawa perubahan besar dalam keyakinan seseorang.
Melalui kisah ini, Gus Baha mengajarkan bahwa tidak ada yang terlalu kecil atau sepele jika Allah sudah berkehendak untuk memberikan petunjuk kepada hamba-Nya. Pesan ini diakhiri dengan senyum Gus Baha yang menandakan bahwa hidup ini, meskipun penuh misteri, selalu indah dalam rencana-Nya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul