Liputan6.com, Jakarta Adinia Wirasti berbagi cerita serunya persiapan syuting film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu bareng Ajil Ditto. Akting keduanya diarahkan sutradara Kuntz Agus, yang sukses lewat Surga Yang Tak Dirindukan.
Dalam film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu, Adinia Wirasti sebagai Mera, yang menjalin hubungan dengan Sadali, mahasiswa asal Bukittinggi, Sumatra Barat. Sadali belasan tahun lebih muda dari Mera.
Advertisement
Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu menandai kali pertama Adinia Wirasti adu akting dengan Ajil Ditto. Agar tampil meyakinkan di depan kamera, persiapan makan waktu sekitar sebulan.
“Sangat proper. Kami rehearsal sekitar satu bulan. Di situ kami punya waktu dan kesempatan menganalisis apa yang ingin kami sampaikan,” kata Adinia Wirasti kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta, baru-baru ini.
Yang Membuat Spesial Adalah...
Bintang film Ada Apa Dengan Cinta? itu menilai karakter Mera dan Sadali spesial sekaligus menantang. Penokohannya dibuat detail termasuk lukisan hasil karya Sadali pun punya karakter spesifik.
“Yang membuat spesial adalah dunia Sadali dibuat bulat dan (ciri khas) lukisan seperti itu. Semangat kami yakni membangun imajinasi (agar hubungan Mera dan Sadali belivable),” ujarnya.
Advertisement
Tokoh Ini Bersenang-senang
Daya tarik lain dari film ini, masih menurut Adinia Wirasti, latar belakang cerita yakni Indonesia di era 1998. Kala itu, Presiden Soeharto lengser setelah lebih dari tiga dekade menjabat. Reformasi diwarnai kerusuhan. Ponsel belum sepopuler sekarang.
“Prosesnya kami jalani bersama, terus-menerus berdiskusi, ngobrol lebih banyak tentang apa yang terjadi tahun 1998-1999. Yang saya sadar, tokoh ini bersenang-senang karena enggak ada yang pegang HP. Mereka hidup kaya, imajinasinya bebas,” Adinia Wirasti menyambung.
Awalnya Canggung Banget
Dalam kesempatan itu, aktris peraih 2 Piala Citra ini berterima kasih kepada Kuntz Agus, Pidi Baiq, dan Titien Wattimena yang menyiapkan cerita serapi Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu. Namun, Adinia Wirasti mengakui, awalnya sulit beradaptasi dengan Ajil Ditto.
“Awalnya canggung banget. Saya sampai berpikir: Aduh, kenapa ya anak ini? Rasanya awkward, seperti salah gerakan,” akunya. Adinia Wirasti bersyukur, keterbukaan dan diskusi intens membuatnya dan Ajil Ditto menemukan chemistry natural dengan takaran pas.
Advertisement