Ukraina Vs Rusia Kembali Memanas, Harga Emas Berkilau Lagi

Salah satu pendorong kenaikan harga emas ini adalah pengumuman oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tentang rudal jarak jauh bagi Ukraina untuk mencapai lebih dalam ke wilayah Rusia.

oleh Arthur Gideon diperbarui 19 Nov 2024, 07:30 WIB
Harga emas di pasar spot melonjak 1,8% menjadi USD 2.608,19 per ons pada pukul 01:44 p.m. ET, menjauh dari level terendah dalam dua bulan yang dicetak pada peragangan Kamis. Ilustrasi harga emas hari ini (dok: Foto AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melonjak pada perdagangan Senin. Harga emas kembali menguat setelah mengalami tekanan yang cukup besar dalam enam hari perdagangan sebelumnya.

Kenaikan harga emas ini terjadi karena lonjakan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhenti dan meningkatnya ketidakpastian atas konflik Rusia-Ukraina yang memicu kembali permintaan safe haven.

Mengutip CNBC, Selasa (19/11/2024), harga emas di pasar spot melonjak 1,8% menjadi USD 2.608,19 per ons pada pukul 01:44 p.m. ET, menjauh dari level terendah dalam dua bulan yang dicetak pada peragangan Kamis.

Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik 1,7% menjadi USD 2.614,60 per ons.

Analis senior RJO Futures Daniel Pavilonis menjelaskan, salah satu pendorong kenaikan harga emas ini adalah pengumuman oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tentang rudal jarak jauh bagi Ukraina untuk mencapai lebih dalam ke wilayah Rusia.

"Saya pikir sebagian dari itu mendorong permintaan safe haven untuk emas,” kata dia.

Emas, yang dianggap sebagai investasi yang aman selama kekacauan ekonomi dan geopolitik, membukukan penurunan mingguan tertajamnya dalam lebih dari tiga tahun pada perdagangan minggu lalu. Penurunan ini karena tarif yang diusulkan Presiden terpilih Donald Trump dipandang sebagai pendorong potensial inflasi, yang dapat mendorong Fed untuk memperlambat laju pemotongan suku bunga.

Lawan Dolar AS

Hal ini pada gilirannya mendorong indeks dolar untuk diperdagangkan pada level tertinggi satu tahun pada perdagangan hari Kamis. Namun, greenback turun 0,4% pada hari Senin setelah naik 1,6% minggu lalu.

Dolar AS yang lebih lemah membuat emas lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

"Apakah Federal Reserve memangkas atau tidak, saya pikir emas secara teknis tampak ingin kembali mendekati level USD 2.700," kata Pavilonis.

Bank sentral AS diharapkan memberikan pemotongan suku bunga ketiga kalinya pada Desember, meskipun data terbaru menunjukkan kemajuan dalam mengembalikan inflasi ke target 2% telah terhenti. Setidaknya tujuh pejabat Fed dijadwalkan untuk berbicara minggu ini.

Suku bunga yang lebih tinggi, yang membuat aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas kurang menarik, dapat semakin menekan logam tersebut.

"Tujuan kenaikan harga (emas) berikutnya bagi para investor adalah menghasilkan penutupan di atas resistensi solid di USD 2.650," kata Kinesis Money.


Prediksi Harga Emas Minggu Ini

Ilustrasi harga emas dunia (Foto By AI)

Harga emas mengalami tekanan signifikan dalam beberapa hari terakhir, dengan sejumlah faktor utama menjadi penyebab, termasuk euforia risk-on pasca pemilu Presiden Amerika Serikat, sikap hawkish Federal Reserve (Fed), serta penguatan dolar AS.

Pada awal minggu kemarin, harga emas spot dibuka di level USD 2.683,02 per ons dan bertahan di atas USD 2.660 per ons sebelum mulai melemah. Penurunan tajam terjadi pada Senin sore (11/11), saat harga emas turun mendekati USD 2.610 per ons dan terus melandai hingga menyentuh level terendah mingguan di USD 2.592 per ons pada Selasa pagi (12/11).

Tekanan pada harga emas utamanya disebabkan oleh sikap hawkish Fed yang mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk mengendalikan inflasi.

Sikap ini mendorong investor untuk mengalihkan aset mereka ke instrumen berisiko rendah seperti dolar AS, yang menguat signifikan. Kondisi ini berimbas pada pelemahan harga emas yang secara tradisional dianggap sebagai aset safe haven.


Prediksi Pergerakan Harga Emas

Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)

Menurut survei Kitco News, dikutip Liputan6.com, Senin (17/11/2024), mayoritas memprediksi bahwa harga emas akan terus melemah dalam waktu dekat.

Sebanyak 50% memperkirakan penurunan lebih lanjut, 25% melihat potensi konsolidasi dengan bias menurun, dan hanya 25% yang optimis terhadap kenaikan harga emas.

Namun, para analis juga menyebutkan bahwa harga emas masih memiliki potensi stabilisasi di kisaran USD 2.600 hingga USD 2.625 per ons. Mereka mengingatkan bahwa penurunan signifikan ke level sekitar USD 2.400 per ons dapat membawa harga kembali ke rata-rata pergerakan 200 hari, yang dianggap sebagai titik support jangka panjang.


Data Ekonomi dan Pengaruhnya terhadap Emas

Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)

Kalender ekonomi minggu depan menjadi faktor penting yang dapat memengaruhi pergerakan harga emas. Beberapa data utama yang akan dirilis, termasuk laporan pembangunan perumahan dan izin bangunan AS serta indeks manufaktur Philly Fed, dapat memberikan gambaran tentang kondisi ekonomi AS dan dampaknya terhadap pasar emas.

Alex Kuptsikevich dari FxPro melihat penurunan ini lebih sebagai koreksi daripada akhir dari tren bullish jangka panjang emas. Sementara itu, Adam Button dari Forexlive.com mencatat bahwa meskipun emas telah kehilangan banyak keuntungan dalam beberapa bulan terakhir, ada peluang untuk kembali ke kisaran USD 2.600 hingga USD 2.625.

Di sisi lain, Marc Chandler dari Bannockburn Global Forex memperkirakan fase konsolidasi harga emas dapat berlanjut, dengan potensi kenaikan terbatas. Namun, ia mengingatkan bahwa berbagai faktor eksternal, termasuk data ekonomi AS, dapat memengaruhi dinamika harga emas dalam minggu-minggu mendatang.


Kesimpulan

Ilustrasi harga emas hari ini (dok: Foto AI)

Meskipun harga emas sedang mengalami tekanan, analis optimis bahwa dalam jangka panjang emas tetap menjadi instrumen investasi yang menarik. Dukungan dari faktor fundamental seperti inflasi dan potensi koreksi di pasar dapat membuka peluang pemulihan harga emas ke level yang lebih tinggi.

  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya