Thailand Agresif Kembangkan Wisata Medis Berbasis Operasi Plastik, Kontur Tubuh dan Bedah Wajah Jadi Prosedur Favorit

Thailand mengklaim layanan wisata medis berbasis operasi plastik di negaranya jauh lebih murah biayanya dibandingkan di Korea Selatan.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 19 Nov 2024, 08:00 WIB
Ilustrasi layanan wisata medis berbasis operasi plastik. (dok. Shine Show)

Liputan6.com, Jakarta - Wisata medis terus dikembangkan Thailand yang menerima kunjungan 23 juta orang turis asing pada 2023. Negeri gajah putih itu terus memantapkan diri menjadi salah satu destinasi utama operasi plastik di dunia, bersaing dengan Korea Selatan.

Mengutip laman The Nation Thailand, Selasa (19/11/2024), The World Travel & Tourism Council menempatkan Thailand dalam daftar lima negara teratas secara global terkait pengeluaran wisata medis pada 2019. Mayoritas, atau 60 persen wisatawan medis mencari prosedur estetika.

Sementara, Grand View Research memperkirakan bahwa sektor perawatan estetika Thailand bernilai USD1,46 miliar pada 2023. Sektor tersebut diperkirakan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan mencapai 11,6 persen antara 2024--2030.

Sejumlah faktor menjadi pendorong, seperti semakin populernya prosedur non-invasif, berkembangnya wisata medis, dan populasi lansia. Tapi, daya tarik utamanya adalah tarif operasinya yang lebih murah dibandingkan Korea Selatan yang menawarkan prosedur serupa.

Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, beberapa waktu lalu, rata-rata biaya untuk menjalani prosedur kecantikan di Thailand bisa 50--80 persen lebih murah dibandingkan di Korea Selatan. Misalnya, biaya rhinoplasty di Thailand mulai dari Rp15 juta, sedangkan di Korea Selatan mulai dari Rp35 juta.

Prosedur yang ditawarkan juga beragam, mulai dari perawatan non-invasif seperti botox hingga bedah kompleks seperti facelift, kontur tubuh, dan augmentasi payudara. Berdasarkan data International Society of Aesthetic Plastic Surgery (ISAPS), Thailand masuk dalam lima besar dunia untuk prosedur kontur tubuh dan bedah wajah.

 


Agen Penghubung Layanan Operasi Plastik

Ilustrasi Phuket, Thailand (dok.unsplash/ Deepain Jindal)

Untuk meyakinkan calon pasien, Thai Medical Association dan Medical Council of Thailand memastikan klinik serta tenaga medisnya memenuhi standar internasional. Saat ini, lebih dari 400 dokter bedah plastik di Thailand telah tersertifikasi oleh Konfederasi Internasional untuk Bedah Plastik, menurut laporan dari Society of Plastic Surgeons of Thailand (ThPRS) dengan Bangkok dan Phuket menjadi destinasi prosedur kosmetik utama di Thailand.

Di sisi lain, lonjakan permintaan terhadap layanan operasi plastik di Thailand dimanfaatkan oleh agensi seperti Shine Show untuk mempermudah akses pasien asal Indonesia dalam mendapatkan layanan bedah plastik berkualitas. "Kami melihat adanya kebutuhan di kalangan masyarakat Indonesia untuk mendapatkan layanan operasi plastik dengan kualitas terbaik namun tetap terjangkau," ujar Zhafira, Client Account Manager, Shine Show.

Layanan yang ditawarkan meliputi konsultasi awal hingga pendampingan pasca-operasi untuk memastikan pengalaman yang aman dan nyaman. Pasien akan dihubungkan dengan klinik terpercaya yang telah memenuhi standar internasional dan menawarkan pelayanan optimal. Selain itu, pasien juga didampingi oleh penerjemah saat konsultasi pra dan pasca-operasi.

 

 


Perubahan Demografi Pasien Operasi Plastik

Ilustrasi Wanita Oplas Wajah Demi Mangkir dari Polisi (Sumber: pexels/Shvetsa)

Sementara, Asisten Prof Dr Chanchai Wongchuensoontorn, ahli bedah mulut dan maksilofasial di Rumah Sakit ViMUT Thailand menyebut terjadi perubahan signifikan terkait demografi pasien bedah kosmetik. Meskipun perempuan Generasi Y dan komunitas LGBTQIA+ secara tradisional menjadi pelanggan utama, minat meningkat di kalangan Generasi Z dan laki-laki berusia 20 hingga 45 tahun.

Meskipun terjadi penurunan ekonomi di sektor lain, perluasan basis pelanggan ini mendorong pertumbuhan jangka panjang. Tren ini tidak hanya terjadi di Thailand, namun menyebar ke seluruh dunia.

Ia mencatat bahwa tren tersebut mencerminkan bagaimana media sosial telah memengaruhi persepsi anak muda terhadap penampilan fisik mereka.

"Di era media sosial saat ini, citra menjadi hal yang lebih penting dari sebelumnya dan peningkatan kecantikan tidak lagi bersifat spesifik gender. Tujuan dari operasi kontur wajah terkadang tidak hanya untuk memperbaiki penampilan, namun juga untuk memperbaiki masalah seperti bibir sumbing, kelainan yang diakibatkan kecelakaan atau penyakit tertentu, dan masalah rahang yang menyebabkan gigi tidak sejajar," ujarnya.


Pertimbangkan Masak-masak

Ilustrasi operasi plastik (Unsplash/Piron Guillaume)

Meski sudah banyak yang menjalaninya, jangan terburu-buru ikut arus. Tidak semua prosedur operasi plastik sukses dijalani. Risikonya tinggi, bahkan bisa menyebabkan kematian, seperti yang dialami seorang perempuan di China sai menjalani enam kali operasi plastik dalam kurun waktu 24 jam.

Kejadian ini bermula ketika wanita bermarga Liu, dari daerah pedesaan di Guigang, provinsi Guangxi, China selatan, mengunjungi sebuah klinik di Nanning, tempat ia mengambil pinjaman lebih dari 40.000 yuan (Rp87,1 juta) untuk membiayai enam prosedur kosmetik. Dilansir SCMP, Selasa, 12 November 2024, pada sore harinya, ia menjalani operasi kelopak mata ganda dan operasi hidung, yang memakan waktu lima jam.

Setelah itu, ia menjalani prosedur sedot lemak di pahanya, kemudian lemak disuntikkan ke wajah dan payudaranya keesokan paginya yang juga berlangsung selama lima jam. Namun, pada 11 Desember 2023, tepat saat Liu keluar dari rumah sakit dan saat mencapai lift, ia tiba-tiba pingsan di klinik.

Meskipun ada upaya darurat dari staf klinik, dia dipindahkan ke Rumah Sakit Rakyat Nanning Kedua. Nyawanya tak terselamatkan, dia dinyatakan meninggal pada sore harinya. Laporan autopsi menunjukkan bahwa dia meninggal karena "gagal pernapasan akut akibat emboli paru setelah sedot lemak".

Infografis Fenomena Operasi Plastik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya