Ajakan Turis Jadi Gladiator di Colosseum Picu Amarah Warga Roma, Dianggap Menghina Situs Bersejarah

Colosseum, simbol sejarah Roma, jadi arena pertarungan baru. Keinginan Airbnb menjadikan tempat bersejarah ini sebagai lokasi gladiatorial modern memicu kontroversi dan kritik dari para politikus dan penduduk setempat yang khawatir warisan sejarah Roma ternodai.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 19 Nov 2024, 12:00 WIB
Foto udara pagi pada 30 Maret 2020, jalan-jalan sepi dan monumen Colosseum selama penerapan penutupan nasional atau lockdown di Roma. Roma menjelma bak kota mati pasca pemerintah Italia memberlakukan aturan lockdown di seantero wilayah untuk mencegah penyebaran virus corona. (Elio CASTORIA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kesepakatan yang ditandatangani perusahaan penyewaan akomodasi Airbnb dan Taman Arkeologi Colosseum berbuah kritik pedas warga Roma. Kedua organisasi itu sebelumnya menandatangani kesempatan senilai USD1,5 juta untuk membuka situs warisan sejarah tersebut bagi 16 turis terpilih merasakan pengalaman jadi gladiator.

Kesempatan itu merupakan bagian dari promosi film Gladiator II rilisan Paramount yang disutradarai oleh Ridley Scott. Mengutip CNN, Selasa (19/11/2024), turis diajak merasakan adrenalin, pasir di antara jari-jari, dan memakai baju zirah, kostum gladiator di masa lalu. 

"Anda akan mendengar gema gladiator masa lalu di katakombe Colosseum dan dentang baja yang tak terlupakan di arenanya. Anda akan melihat pantulan bulan di batu travertine melalui keringat yang menetes di wajah Anda. Anda akan menjadi gladiator," bunyi iklan Airbnb yang diluncurkan sejak minggu lalu.

Calon gladiator yang tertarik dapat mendaftar di platform penyewaan jangka pendek mulai 27 November 2025. Mereka akan diseleksi menjadi hanya 16 orang yang memenuhi syarat untuk ikut serta dalam pertempuran simulasi satu sama lain dengan pakaian gladiatorial lengkap pada Mei 2025. Pengalaman ini gratis, tetapi pemenang harus memesan transportasi dan akomodasi sendiri di Kota Roma.

Terdengar menyenangkan bagi turis, tidak demikian dengan warga Roma. Anggota dewan budaya Roma, Massimiliano Smeriglio meminta platform penyewaan untuk menarik rencana tersebut, tetapi meninggalkan uangnya, dengan mengatakan promosi tersebut adalah penghinaan terhadap kehebatan sejarah Colosseum.

"Masalahnya bukan hubungan publik-swasta atau keinginan merek besar untuk mendukung perlindungan dan konservasi," kata Smeriglio dalam sebuah pernyataan. "Tetapi untuk menghindari penggunaan warisan sejarah-artistik kita yang merendahkan, terutama ketika menyangkut monumen yang unik di dunia seperti Colosseum."

 


Dianggap Menghina Situs Bersejarah

Seorang pria menjual payung dan kipas mini portabel di depan Colosseum saat suhu udara diperkirakan akan mencapai 39 derajat Celcius (102,20 Fahrenheit) di Roma, Italia, Sabtu (10/8/2024). (AP Photo/Gregorio Borgia)

Smeriglio tidak sendirian dalam pendiriannya. Presiden Komisi Kebudayaan Roma, Erica Battaglia, telah memperingatkan bahwa situs warisan UNESCO tidak dapat diubah menjadi taman hiburan.

"Untuk apa yang diwakilinya, Colosseum adalah situs warisan dunia dan seseorang harus melindunginya, tetapi juga membuatnya dapat diakses oleh semua orang, serta mencegahnya menjadi tempat lelucon untuk beberapa orang terpilih," katanya dalam sebuah pernyataan pada Jumat, pekan lalu.

Enzo Foschi, seorang politikus Partai Demokrat sayap kiri tengah yang saat ini mengendalikan Roma juga mengkritik Taman Arkeologi Colosseum, yang beroperasi di bawah kementerian budaya nasional, karena setuju dengan kesepakatan Airbnb pada saat banyak kota Italia sedang berjuang melawan pariwisata berlebihan.

"Sebuah aksi publisitas Airbnb yang setelah secara efektif mengambil alih pusat kota bersejarah, benar-benar mendistorsikannya dan mengubahnya menjadi taman wisata besar, sekarang ingin mencemooh Colosseum," katanya. "Kita tidak berada di Disneyland, kita berada di Roma. Setiap saat seseorang tampaknya lupa itu."


Argumen Pengelola Colosseum

Wisatawan mengambil gambar burung camar saat mengunjungi Colosseum di Roma, Sabtu (7/3/2020). Italia menjadi negara Eropa dengan kasus virus corona (COVID-19) tertinggi sehingga kondisi itu membuat sejumlah destinasi wisata semakin dijauhkan oleh pengunjung. (AP Photo/Andrew Medichini)

Namun, Taman Arkeologi Colosseum bersikukuh dengan pendiriannya. Mereka menyatakan bahwa acara tersebut akan berlangsung di luar jam buka Colosseum dan tidak akan mengganggu akses ke situs tersebut.

Pihak manajemen mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rencananya sebenarnya adalah untuk meningkatkan warisan sejarah dan budaya amfiteater melalui kegiatan imersif dengan penuh hormat terhadap monumen, berdasarkan penelitian sejarah yang ketat. Sementara, Airbnb mengarahkan setiap pertanyaan kepada otoritas di Roma.

"Kolaborasi ini bertujuan untuk menggabungkan konservasi, pendidikan, dan inovasi untuk membawa khalayak yang semakin luas lebih dekat dengan kekayaan budaya amfiteater," demikian bunyi pernyataan itu. "USD1,5 juta akan dialokasikan untuk konservasi dan pemulihan situs yang sedang berlangsung."

Kolaborasi kontroversial ini juga didukung oleh partai pendukung Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Brothers of Italy. Federico Mollicone, anggota partai yang mengepalai Komisi Kebudayaan Majelis Rendah Parlemen memuji ide inovatif tersebut.

"Taman Arkeologi Colosseum melakukan hal yang baik dengan menandatangani nota kesepahaman dengan asosiasi re-enactment sejarah juga menjamin turis pertunjukan gladiator berkualitas tinggi yang dikoordinasikan oleh pejabat kementerian Kebudayaan," katanya menanggapi kritik Smeriglio.


Tambah Daftar Kontroversi

Air mancur Trevi di Roma, Italia. (dok. Andreas SOLARO / AFP)

Isu Colosseum itu menambah daftar kontroversi pengelolaan objek wisata bersejarah di Roma. Sebelumnya, Air Mancur Trevi yang sedang dipugar jadi bahan olok-olokan warganet lantaran memasang kolam renang plastik di salah satu sudut dan diisi dengan air.

Menurut pejabat kota, kolam disediakan sebagai tempat menampung koin yang dilemparkan pengunjung dengan harapan impiannya terkabulkan. Selain itu, menurut pejabat kota, kolam renang yang dibangun dengan kayu lapis itu untuk melindungi pekerja di dalam air mancur dari lemparan koin.

Kolam itu juga akan memastikan bahwa situs tersebut terus memanen 1,5 juta euro (sekitar Rp26 miliar) per tahun dalam koin, yang diberikan kepada badan amal Katolik Caritas. Koin dikeluarkan dua kali sehari dan kolam dikosongkan dan diisi ulang setiap pagi.

"Kolam, yang tentu saja bersifat sementara dan dipasang selama pekerjaan pemeliharaan luar biasa pada air mancur, digunakan untuk mengumpulkan koin yang dilemparkan oleh wisatawan," kata Claudio Parisi Presicce, pengawas Capitoline untuk warisan budaya, dikutip dari CNN, Rabu, 6 November 2024. "Ini adalah tradisi yang mapan dan sangat disukai."

Namun, banyak uang receh berserakan di sekitar perimeternya, tak masuk ke kolam. Selain itu, bentuk kolam yang seadanya menuai kritik pedas warganet di dunia maya. Ada yang mengejeknya di X sebagai 'bak cuci kaki', 'infantilisme arsitektur', hingga 'kolam renang anak-anak kecil tempat mereka buang air kecil di musim panas.

Wisata urban adalah wisata yang menjadikan ruang-ruang publik kota dan pengalaman hidup di perkotaan sebagai atraksi utama. (Dok: Liputan6.com/Trisyani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya