Liputan6.com, Jakarta Kasus pengusaha Surabaya, Ivan Sugianto, yang akhirnya dijebloskan ke penjara akibat tindak arogansi terhadap siswa SMA, menuai banyak perhatian. Kejadian ini bermula dari dugaan perundungan terhadap anak Ivan yang kemudian memicu tindakan tidak pantas, seperti memaksa siswa lain untuk berlutut dan menggonggong.
Peristiwa ini menjadi perbincangan hangat di masyarakat, termasuk di kalangan orang tua. Salah satu yang ikut berkomentar adalah Detektif Jubun, seorang detektif swasta sekaligus ayah yang menekankan pentingnya pendekatan bijak dalam menghadapi persoalan anak di sekolah.
Advertisement
Detektif Jubun menekankan bahwa orang tua perlu bersikap bijaksana saat menangani masalah anak, termasuk saat menghadapi kasus perundungan. Jubun percaya, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengajarkan anak untuk memahami prosedur dan aturan yang berlaku.
"Saya selalu mengajarkan anak saya untuk melaporkan masalah ke wali kelas terlebih dahulu. Jika tidak ditanggapi, lanjutkan ke kepala sekolah. Bila itu tidak efektif, barulah saya turun tangan untuk berkomunikasi dengan pihak sekolah," jelas Jubun.
Menurut Jubun, mengajarkan anak cara menyelesaikan masalah secara sistematis adalah bagian penting dari pendidikan moral. Anak perlu diajarkan untuk berpikir rasional dan menyelesaikan konflik dengan pendekatan yang lebih dewasa.
Prihatin
Menanggapi tindakan Ivan Sugianto yang memaksa siswa lain berlutut, Jubun merasa sangat prihatin. Ia menilai bahwa tindakan semacam itu dapat meninggalkan trauma mendalam bagi korban.
"Saya tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi pada anak saya. Itu akan meninggalkan luka yang sulit sembuh," ujar Jubun.
Sebagai orang tua, Jubun percaya bahwa lebih baik membiarkan anak menyelesaikan sebagian besar masalahnya sendiri, selama dalam batas yang wajar. "Terkadang, anak-anak perlu belajar memaafkan dan tidak mudah tersinggung. Itu adalah bagian dari pembelajaran hidup mereka," lanjutnya.
Advertisement
Pengalaman Pribadi
Jubun juga berbagi pengalaman pribadi bersama putranya, Natan, yang pernah menjadi korban perundungan di sekolah. Jubun mengajarkan Natan untuk merespons perundungan dengan sikap yang rendah hati dan berfokus pada pengampunan.
"Saya selalu berkata kepada Natan, jangan biarkan ejekan orang lain mengganggu perasaanmu. Jika terjadi sesuatu, laporkan kepada saya, dan kita akan bicara bersama. Yang terpenting, maafkan mereka," ungkap Jubun.
Natan mengaku merasa lega dengan nasihat tersebut. "Papa selalu mengingatkan saya untuk tidak marah terus-menerus. Itu membantu saya merasa lebih baik," kata Natan, yang juga merupakan anggota klub basket ternama di Jakarta Utara.
Jubun menilai bahwa tindakan Ivan yang langsung menghukum siswa tanpa melibatkan pihak sekolah adalah keputusan yang salah dan berlebihan.
"Sebagai orang tua, kita seharusnya percaya pada pihak sekolah untuk menangani masalah ini. Jangan bertindak arogan hanya karena merasa memiliki koneksi atau kuasa," tegasnya.
Jubun juga mengingatkan bahwa melibatkan emosi berlebihan dalam menyelesaikan masalah justru dapat memperburuk situasi. Ia menekankan pentingnya pendekatan yang rendah hati untuk menghindari konflik yang tidak perlu.
Di era media sosial saat ini, di mana informasi menyebar dengan cepat, Jubun mengingatkan pentingnya menjaga sikap.
"Ketika anak mengalami perundungan, jangan langsung terbawa emosi. Kita perlu bertindak dengan kepala dingin agar situasi tidak semakin buruk," ujarnya.
Memberikan Teladan
Menurut Jubun, orang tua harus memberikan teladan dengan menghindari pertengkaran atau konfrontasi yang tidak perlu. "Mengalah sedikit tidak akan merugikan. Sebaliknya, ini membantu anak tumbuh dengan karakter yang lebih kuat dan bijaksana," tambahnya.
Bagi Jubun, mendidik anak untuk menjadi pribadi yang tangguh dan bijaksana adalah prioritas utama. "Anak-anak perlu belajar bahwa mereka tidak bisa mengontrol ucapan atau tindakan orang lain, tetapi mereka bisa mengontrol respons mereka sendiri. Itulah pelajaran hidup yang penting," jelasnya.
Dengan membiasakan anak untuk menghadapi masalah secara mandiri dan memberikan dukungan emosional yang tepat, Jubun percaya bahwa anak-anak akan tumbuh menjadi individu yang lebih kuat dan dewasa.
Kasus Ivan Sugianto menjadi pelajaran bagi semua pihak, khususnya orang tua, untuk lebih bijak dalam bertindak. Menurut Jubun, menyelesaikan masalah dengan cara yang rendah hati dan terstruktur bukan hanya menunjukkan kematangan emosional, tetapi juga memberikan contoh positif bagi anak-anak.
"Sebagai orang tua, tugas kita adalah mendidik anak dengan cara yang benar dan penuh kasih sayang. Dengan begitu, mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang bijak dan bertanggung jawab," tutup Jubun.
Baca Juga
Advertisement