Ahli Kesehatan Tegaskan Tak Ada Efek Samping dari Minum Air Galon Kuat Polikarbonat

Sejumlah ahli kesehatan menegaskan bahwa meminum air dari galon berbahan polikarbonat yang mengandung Bisphenol A (BPA) tetap aman dan tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 19 Nov 2024, 13:40 WIB
Ahli Kesehatan Tegaskan Tak Ada Efek Samping dari Minum Air Galon Kuat Polikarbonat - (Yulia Lisnawati/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah perdebatan publik mengenai keamanan galon air berbahan polikarbonat yang mengandung Bisphenol A (BPA), sejumlah ahli kesehatan menegaskan bahwa meminum air dari galon tersebut tetap aman dan tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan.

Pernyataan ini disampaikan oleh Dr. Ngabila Salama MKM, seorang ahli kesehatan masyarakat dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Dr. Ngabila menegaskan bahwa meminum air dari galon kuat polikarbonat masih aman. Artinya, masyarakat tidak perlu khawatir karena meminum air dari galon tersebut tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan.

"Masih aman, dan tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan apapun," kata Dr. Ngabila, dalam keterangannya, Senin (19/11/2024).

Staf teknis komunikasi transformasi kesehatan kementerian kesehatan (kemenkes) ini mengungkapkan bahwa sebenarnya penggunaan BPA tidak hanya ada pada galon kuat polikarbonat saja. Penggunaannya banyak dipakai dalam makanan kalengan seperti ikan, daging hingga jagung beku hingga susu evaporasi.

Ngabila melanjutkan, BPA juga ditemukan dalam produk non-makanan seperti mainan, peralatan listrik, perangkat otomotif, peralatan makanan, perangkat medis, peralatan olahraga, kemasan makanan, disket, CD, kertas print dan lain-lain. Artinya, BPA banyak ditemukan dalam barang-barang sehari-hari.

"BPA aman, selama tidak bermigrasi ke manusia dalam jumlah tinggi melebihi ambang batas normal," katanya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan rerata kadar BPA pada anak di atas 3 tahun adalah 70 ng/kgBB/hari. Sedangkan dewasa 2 kali lipatnya. Kadar aman 0,05 mg/kgBB/hr dengan rerata kadar yang ditemukan pada urine manusia 0,03 mg/kgBB/hari. Sementara ambang batas di Indonesia yang ditetapkan BPOM yakni 0,06 mg/kg.

Ngabila menjelaskan bahwa 90 persen BPA yang masuk ke dalam tubuh akan dibuang melalui urine dan feses. Dia menjelaskan, BPA baru akan bermigrasi dari kemasan ke makanan apabila dipanaskan mencapai suhu lebih dari 70 derajat celcius.

"Faktor suhu tinggi menjadi terbanyak risiko migrasi ke manusia," kata Kepala seksi surveilans epidemiologi dan imunisasi di Dinas Kesehatan DKI Jakarta ini.

 


Tidak Menyebabkan Gangguan Kesehatan

 

Hal serupa juga ditegaskan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra. Dia memastikan bahwa meminum air dari galon kuat polikarbonat atau guna ulang atau polikarbonat tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan.

Dia menekankan, galon-galon tersebut sudah memiliki standar SNI dan telah melewati serangkaian penelitian dan uji kecocokan pangan. Sebabnya, pakar kesehatan masyarakat Indonesia ini meminta publik tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi air dalam galon.

"Kalau semua produk terutama kemasan itu sudah terstandar SNI ya tandanya dia juga level toleransinya terhadap cemaran itu tidak membahayakan dan itu tidak sampai menimbulkan gangguan kehamilan dan janin," kata Hermawan.

 


Galon Polikarbonat Telah Teruji dan Terstandarisasi

Ahli Epidemiologi ini menjelaskan bahwa badan akreditasi mutu telah melakukan serangkaian penelitian dan uji klinis sebelum memberikan label SNI pada galon atau kemasan pangan apapun. Dia melanjutkan, dari hasil penelitian-penelitian itu diambil kesimpulan bahwa paparan BPA dalam galon kuat polikarbonat masih dalam batas aman dan tidak membahayakan konsumen.

"Artinya dengan terstandar atau ter-SNI maka dia (galon) sudah melewati tahap evidence base komparatif atau studi perbandingan terhadap hasil penelitian dengan hasil produksi yang sudah ada," sambung Hermawan.

Infografis: Sumber Air Jakarta Bermasalah (Liputan6.com / Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya