Tempat Kerja Tak Ada Mushola jadi Alasan Tidak Bisa Sholat, Ini Kata UAH dan Pandangan Prof Quraish Shihab

UAH juga menyoroti ketidakseimbangan antara upaya mencari dunia dan mendekatkan diri kepada Allah. "Kok bisa mencari dunia nyaman, tapi ibadah malah enggak nyaman?" tanyanya.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Nov 2024, 08:30 WIB
UAH (SS. YT. Adi Hidayat Official)

Liputan6.com, Jakarta - Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam sebuah ceramah menegaskan pentingnya menyeimbangkan pekerjaan dan ibadah. Ia menolak alasan seseorang tidak bisa sholat karena sibuk bekerja. Hal ini membahas urgensi menyisipkan ibadah dalam rutinitas kerja.

"Enggak ada alasan enggak bisa ibadah. Anda kerja di mana pun, pasti ada ruang untuk sholat. Kalau tempatnya memungkinkan untuk duduk, pasti memungkinkan untuk sujud," ujar UAH dengan tegas.

Menurutnya, seseorang tidak harus menunggu adanya mushola atau ruang khusus di kantor untuk menjalankan sholat. Bahkan, sekadar meluangkan waktu untuk berdzikir di sela-sela pekerjaan juga menjadi bentuk pengabdian kepada Allah.

Ustadz Adi Hidayat juga menyoroti ketidakseimbangan antara upaya mencari dunia dan mendekatkan diri kepada Allah. "Kok bisa mencari dunia nyaman, tapi ibadah malah enggak nyaman?" tanyanya, seperti dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Jedasesaat.

Ia menekankan bahwa perjalanan hidup manusia akan berakhir dengan kembali kepada Allah. Oleh karena itu, kenyamanan dalam ibadah harus menjadi prioritas. "Kalau pulang kepada Allah ingin nyaman, maka mulailah dengan membiasakan kenyamanan itu dalam ibadah sejak sekarang," tambah UAH.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Pandangan Prof Quraish Shihab, Menyeimbangkan Ibadah dan Pekerjaan

Mutiara Hati Quraish Shihab: Doa

Ustadz Adi juga mengingatkan jamaah untuk introspeksi diri mengenai alasan yang sering dibuat-buat untuk meninggalkan ibadah. "Kalau alasan sibuk bekerja terus dipakai, kapan Anda mau menata diri? Sholat itu kebutuhan, bukan beban," tegasnya.

Pesan ini bukan hanya kritik, tetapi juga motivasi agar umat Islam tidak menjadikan kesibukan duniawi sebagai penghalang untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Menurut UAH, melalaikan ibadah sama saja dengan melupakan tujuan hidup.

"Mencari rezeki itu ibadah, tapi jangan sampai lupa bahwa tujuan akhir kita adalah kembali kepada Allah," katanya mengingatkan.

Ustadz Adi pun mengakhiri pesannya dengan ajakan agar umat Islam memanfaatkan waktu dengan seimbang. "Kerja boleh keras, tapi jangan tinggalkan ibadah. Dua-duanya harus berjalan beriringan," pungkasnya.

Cendekiawan muslim Indonesia, Prof. Quraish Shihab, memiliki pandangan unik tentang keseimbangan antara ibadah dan pekerjaan. Dalam acara Shihab & Shihab yang ditayangkan di kanal YouTube @NajwaShihab, ia menyebut bahwa melalaikan pekerjaan karena sibuk beribadah adalah bentuk dosa.

"Jika ibadah sunnah sampai mengganggu kewajiban, maka itu tidak dibenarkan. Tuhan sudah berkata, tidak perlu sholat sunnah jika sampai mengganggu tugas utama," jelasnya.

Prof Quraish menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan spiritual dan material. Ia mengingatkan, meskipun bulan Ramadhan memberikan dorongan khusus untuk meningkatkan ibadah, hal tersebut tidak boleh sampai melalaikan tanggung jawab duniawi.


Jangan Pisahkan Amal Dunia dan Akhirat

ilustrasi akhirat : Pixabay

"Ada keseimbangan yang harus dijaga antara jasmani dan rohani. Dunia dan akhirat itu satu kesatuan, tidak bisa dipisahkan," tuturnya.

Menurutnya, seseorang tidak boleh bekerja keras hanya untuk mengejar harta tanpa batas. Namun, ia juga menegaskan pentingnya mengisi waktu dengan hal-hal positif yang mendukung kebutuhan keluarga dan masyarakat.

Ia menjelaskan bahwa waktu harus diatur sedemikian rupa agar mencakup berbagai aspek kehidupan. "Ada waktu untuk berdialog dengan Tuhan, memikirkan alam semesta, introspeksi diri, memenuhi kebutuhan keluarga, hingga bercanda," ujarnya.

Prof Quraish juga menolak konsep yang memisahkan amal dunia dan amal akhirat. "Keduanya adalah dua sisi dari satu mata uang. Memisahkan keduanya hanya akan merusak keseimbangan," jelasnya.

Menurutnya, jika amal hanya berorientasi pada dunia, maka seseorang akan terjerumus dalam dosa. Namun, jika pekerjaan dunia dilakukan sesuai dengan ajaran agama, maka manfaatnya akan dirasakan di dunia dan akhirat.

Ia menutup pesannya dengan mengutip hadis yang menyatakan pentingnya bekerja keras sambil tetap berorientasi pada Allah. "Bekerjalah untuk dunia seakan-akan hidup selamanya, dan untuk akhirat seakan-akan mati esok hari. Namun, jangan hanya fokus pada salah satunya," tegasnya.

Prof Quraish menekankan bahwa dalam setiap upaya manusia, penting untuk selalu menyandarkan hasilnya kepada Allah. "Usaha kita harus maksimal, tetapi jangan lupa berserah diri kepada-Nya. Itu kunci keseimbangan hidup," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya