BI Tahan Suku Bunga 6% di November 2024

Bank Indonesia (BI) terus mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan dengan tetap memperhatikan prospek inflasi, nilai tukar rupiah, dan pertumbuhan ekonomi.

oleh Tira Santia diperbarui 20 Nov 2024, 14:49 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur BI dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) 6,00%, suku bunga Deposit Facility  5,25%, dan suku bunga Lending Facility  6,75% pada November 2024.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 19-20 November memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 6 persen, Deposit Facility  tetap 5,25%, dan suku bunga Lending Facility tetap 6,75%," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024).

Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi pada sasaran 2,5±1% pada tahun 2024 dan 2025 serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Perry menegaskan, fokus kebijakan moneter dalam jangka pendek ini diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak meningkatnya ketidakpasian pasar keuangan global dan perkembangan politik di Amerika Serikat.

"Ke depan Bank Indonesia terus mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan dengan tetap memperhatikan prospek inflasi, nilai tukar rupiah, dan pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran juga terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk UMKM dan ekonomi hijau, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

Dengan demikian, kebijakan sistem pembayaran diarahkan juga untuk turut mendorong pertumbuhan, khususnya sektor perdagangan baik besar maupun ritel maupun UMKM, memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran.

 

 

 

 


Prediksi Ekonom

Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan BI-Rate pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI November 2024 karena inflasi terkendali dan untuk menjaga stabilitas rupiah.

“Untuk proyeksi hasil RDG hari ini, kami melihat BI masih akan mempertahankan BI-Rate di level 6 persen dengan melihat perkembangan eksternal dan juga domestik,” kata Reny dikutip dari Antara.

Reny menuturkan volatilitas di pasar uang masih cukup tinggi dengan rupiah yang masih melemah di kisaran level Rp15.800 per dolar AS meskipun inflasi domestik cukup terkendali.

Sementara dari faktor risiko eksternal, pernyataan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang mengatakan akan berhati-hati dan tidak terburu-buru memangkas suku bunga membuat ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) ke depan akan kurang agresif.

Begitu pula dengan kebijakan Presiden terpilih AS Donald Trump terkait Trump yang diprediksi akan berpotensi membuat inflasi AS meningkat sehingga mempengaruhi waktu (timing) penurunan suku bunga FFR lebih lanjut.


Rapat Sebelumnya

Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI sebelumnya, yang berlangsung pada 15-16 Oktober 2024, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6 persen, suku bunga Deposit Facility 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.

BI mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate tetap di level 6 persen guna mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

“Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG Bulan Oktober 2024 di Jakarta, Rabu (16/10).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya