Kebiasaan Muluk, Makan Menggunakan Tangan yang Sarat Filosofi dan Manfaat

Kebiasaan makan menggunakan tangan ini bisa ditemukan di budaya Jawa. Bagi masyarakat Jawa, makan dengan cara muluk memiliki sensasi tersendiri dan dapat memberikan kenikmatan lebih pada makanan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 24 Nov 2024, 02:00 WIB
Ussy Sulistiawaty (YouTube/ Ussy Andhika Official)

Liputan6.com, Yogyakarta - Kekayaan budaya Indonesia tak hanya terbatas pada tradisi, tarian, alat musik, maupun upacara adatnya. Ternyata, kebiasaan makan dengan muluk juga merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang masih dilestarikan hingga sekarang.

Muluk merupakan cara makan tanpa menggunakan perantara alat makan, seperti sendok dan garpu. Kebiasaan makan ini umumnya menggunakan tangan secara langsung untuk menyuapkan makanan ke dalam mulut.

Mengutip dari surakarta.go.id, kebiasaan makan menggunakan tangan ini bisa ditemukan di budaya Jawa. Bagi masyarakat Jawa, makan dengan cara muluk memiliki sensasi tersendiri dan dapat memberikan kenikmatan lebih pada makanan.

Muluk menekankan penggunaan lima jari tangan dalam sekali suap. Kelima jari ini bekerja sebagai satu kesatuan dengan gerak dan fungsi yang saling melengkapi.

Namun, kebiasaan makan ini tak bisa diterapkan pada makanan berkuah. Biasanya menu makanan yang dinikmati dengan cara muluk adalah makanan tanpa kuah yang dilengkapi dengan sambal, salah satumya nasi bungkus.

Bagi beberapa restoran berkonsep lesehan dan warung pinggir jalan biasanya juga menerapkan konsep cara makan ini. Mereka akan menyediakan area cuci tangan atau langsung memberikan air kobokan di mangkuk kecil.

Kebiasaan muluk juga masih sering diterapkan masyarakat Jawa saat makan di rumah sebagai kebiasaan makan sehari-hari. Bahkan, kebiasaan ini juga telah melekat sebagai salah satu cara menyantap nasi padang.

 


Filosofi Muluk

Tak hanya membuat makanan terasa lebih nikmat, kebiasaan makan muluk ternyata juga memiliki filosofi tersendiri. Makan dengan cara muluk berarti mengambil makanan seperlunya dan tidak berlebihan.

Kebiasaan makan ini juga dianggap lebih menghargai makanan yang telah diambil. Filosofi lainnya adalah setiap satu suap muluk mengandung ucapan syukur yang disimbolkan dengan posisi tangan yang menengadah ke atas.

Kebiasaan muluk memiliki pesan bahwa sesuatu yang telah berhasil diperoleh melalui kerja keras harus bisa dimanfaatkan sebaik dan semaksimal mungkin, salah satunya dengan selalu mengucapkan syukur.

 


Manfaat

Selain menambah kenikmatan dan mengandung nilai filosofi tersendiri, kebiasaan makan muluk juga memiliki dampak baik bagi kesehatan. Tangan menjadi salah satu anggota tubuh yang menyimpan bakteri baik.

Bakteri baik pada tubuh mampu melindungi diri dari bakteri berbahaya yang ada di lingkungan. Saat makan menggunakan tangan, enzim pencernaan akan terlepas dan memicu jutaan saraf di jari untuk menyampaikan pesan bahwa kamu akan makan.

Hal ini akan memicu perut untuk menyiapkan dan melakukan proses pencernaan. Proses ini tentu bermanfaat bagi kesehatan sistem pencernaan.

Meski demikian, perlu digarisbawahi bahwa kebiasaan muluk harus dilakukan setelah mencuci tangan dengan benar. Dengan melestarikan kebisaan muluk berarti kita telah melestarikan salah satu budaya Indonesia.

 

Penulis: Resla

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya