Liputan6.com, Jakarta Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan tumbuhnya sel abnormal di dalam tubuh. Sel abnormal ini dapat tumbuh dan menyerang bagian tubuh manapun karena gangguan pada tingkat gen.
Lalu, kanker paru adalah kondisi ketika sel abnormal atau sel kanker ini tumbuh di organ paru.
Advertisement
Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia, Prof. dr. Elisna Syahruddin, Ph.D., SpP(K) menjelaskan bahwa jenis kanker paru ada dua.
Kanker paru dapat berasal dari sel epitel saluran napas yang menandakan sebagai kanker paru primer.
Sementara itu, lanjut Elisna, ada juga kanker paru sekunder atau metastasis adalah kanker yang berasal dari organ lain seperti kanker payudara, kanker serviks, kanker kolon kanker prostat yang menyebar dan tumbuh di paru.
Penyebab Kanker Paru
Hingga kini belum ada yang tahu penyebab kanker paru secara pasti.
"Penyebab pasti enggak diketahui. Makanya itu disebut unknown disease," kata Elisna.
Berbeda halnya dengan tuberkulosis yakni penyakit akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
"Jadi, pastinya siapa yang tertuduh (penyebab kanker paru) enggak diketahui," lanjut Elisna dalam Lung Cancer Awareness Month bersama Yayasan Kanker Indonesia (YKI) pada Selasa, 19 November 2024 di Jakarta.
Faktor Risiko Kanker Paru
Meski tak diketahu pasti penyebab kanker paru tapi ada faktor-faktor risiko. Bila mengetahui faktor risiko, lanjut Elisna, harusnya bisa dikendalikan.
Berikut faktor risiko kanker paru:
1. Paparan Asap Rokok
Baik perokok aktif, pasif, dan bekas perokok memiliki faktor risiko kanker paru.
"Saat rokok dibakar lalu orang merokok, itu mengandung zat karsinogen yang banyak. Hal iutu menyebabkan iritasi kronik yang menyebabkan kerusakan pada paru," katanya.
2. Tempat Kerja
Beberapa lokasi bekerja seperti pabrik, bengkel, pertambangan juga masuk faktor risiko kanker paru.
3. Polusi Udara
Partikel dalam polusi dapat menumpuk di dalam sistem pernapasan sehingga berisiko mengiritasi dan merangsang terjadinya mutasi sel di dalam paru-paru.
4. Riwayat Kanker
"Orang yang dulu pernah kanker lebih punya kerentanan terkena kanker paru," kata wanita yang sehari-hari praktik di RSUP Persahabatan Jakarta ini.
Lalu, bila ada anggota keluarga sedarah yang pernah terkena kanker juga masuk faktor risiko terlebih bila merokok.
5. Punya Riwayat Penyakit Paru Kronik
Penyakit paru kronik seperti tuberkulosis yang tidak diobati hingga tuntas, lalu penyakit paru lainnya juga lebih berisiko kena kanker paru.
Advertisement
Apa Gejala Kanker Paru?
Elisna mengatakan bahwa penyakit kanker paru tidak memiliki gejala khas. Hal ini membuat pasien tidak tahu bahwa tubuh mengalami pertumbuhan kanker. Maka dari itu kebanyakan ketahuan saat sudah stadium lanjut dimana angka harapan hidup sudah rendah.
"Secara klinis tuh gejalanya enggak jelas. Mirip juga dengan penyakit akibat jamur, COVID, gejalanya tuh mirip-mirip, enggak khas," tutur Elisna.
Berikut diantaranya gejala kanker paru:
- batuk yang tak kunjung sembuh
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
- nafsu makan menurun
- berat badan turun drastis
- nyeri menelan
- pembengkakan pada wajah dan lengan
- suara serak
- suara batuk melemah
- nyeri dada pleuritik
- kelopak mata menurun
- pupil mata mengecil
- berkurangnya keringat pada wajah
- nyeri bahu
- penyusutan otot di bahu dan lengan.
Berisiko Kanker Paru? Segera Skrining
Mengingat tidak ada gejala khas dari kanker paru maka orang yang berisiko mengalami kanker paru harus melakukan skrining.
Lebih lanjut, Elisna mengatakan bahwa di Indonesia bisa melakukan skrining kanker paru lewat program BPJS Kesehatan.
Skrining kanker paru berlaku pada asien dalam kondisi sehat dan tidak ada gejala serta memenuhi kriteria berikut:
1. Usia 45-71 tahun
2. Perokok Aktif, Bekas Perokok, Perokok Pasif
3. Riwayat kanker paru di keluarga.
"Bisa melakukan skrining kesehatan dengan pergi ke puskesmas terlebih dahulu, lalu baru nanti jika memenuhi kriteria bisa dirujuk ke rs untuk melakukan LDCT," kata Elisna.
Low Dose CT scan Thorax (LDCT) merupakan salah satu metode skrining kanker paru yang efektif. Lewat LDCT, itu akan diberikan dosis 1/7 radiasi jika dibandingkan dengan CT scan biasa. Metode ini aman digunakan untuk seseorang yang memiliki risiko tinggi terkena kanker paru.
"Jadi kalau punya faktor risiko jangan takut skrining. Pastikan untuk di cek, jangan takut," tutupnya.
Advertisement