Liputan6.com, Jakarta - Paris berdiri di garis depan untuk memerangi polusi plastik, dengan mengusulkan program tas hadiah antipolusi untuk bayi. Inisiatif ini bertujuan mengurangi paparan bahan kimia beracun pada bayi baru lahir dan meningkatkan kesadaran akan dampak polusi terhadap kesehatan masyarakat.
Mengutip dari laman Euro News, Rabu, 20 November 2024, kota Paris akan memutuskan apakah akan meluncurkan program ini, yang terinspirasi dari program kotak bayi di negara-negara Eropa lainnya. Program ini mencakup barang-barang nonplastik yang dirancang khusus untuk bayi.
Advertisement
Anne-Claire Boux, wakil walikota Paris yang bertanggung jawab atas kesehatan dari partai Hijau, menekankan pentingnya inisiatif ini. "Kini diperkirakan sedikitnya 10 persen kanker terkait dengan faktor lingkungan, dan diyakini bahwa studi ilmiah terkini menunjukkan bahwa angka ini sebagian besar diremehkan," katanya dalam sebuah konferensi pers di Balai Kota.
Salah satu komponen utama dari rencana tersebut adalah tas hadiah antipolusi yang akan diberikan kepada orangtua baru. Tas ini berisi cangkir bayi berbahan baja antikarat, mainan kayu, tisu basah katun yang dapat dipakai ulang, dan perlengkapan pembersih tidak beracun.
Semua ini dirancang sebagai bagian dari resep ramah lingkungan yang diharapkan dapat mengurangi paparan bayi terhadap bahan kimia berbahaya. Kota Paris berharap tas hadiah ini akan tersedia pada pertengahan tahun 2025 dengan biaya awal 500 ribu Euro yang setara Rp8,4 miliar untuk tahun tersebut dan sekitar 1 juta Euro setara Rp17 miliar per tahun setelahnya.
Perlindungan Ibu dan Bayi Bebas Polutan
Upaya ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengatasi polutan harian seperti zat perfluoroalkil dan polifluoroalkil (PFAS), pengganggu endokrin, dan pestisida yang telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk infertilitas dan kanker.
Selain tas antipolusi, Paris juga berencana untuk mendirikan 44 pusat perlindungan ibu dan bayi yang bebas dari polutan. Pusat-pusat ini akan melatih tenaga kesehatan untuk membantu masyarakat mengurangi kontak mereka dengan polutan seperti pengganggu endokrin, yang diketahui memengaruhi hormon manusia.
Dengan 21.000 kelahiran per tahun, sekitar 83 persen anak-anak di Paris telah diterima di pusat-pusat perlindungan ini. Inisiatif ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kesehatan bayi dan ibu.
Program tas antipolusi Paris mengambil inspirasi dari program kotak bayi yang sudah ada di berbagai negara Eropa. Finlandia, misalnya, telah menawarkan kotak bayi sejak 1949, yang berisi lebih dari 40 barang berbeda untuk mendukung orangtua baru.
Advertisement
Program Serupa di Negara Eropa
Skotlandia juga memiliki program serupa yang bertujuan memberikan bayi awal yang sama dalam hidup. Studi yang diterbitkan di jurnal Lancet Public Health pada tahun 2023 menunjukkan bahwa program kotak bayi dapat mengurangi paparan asap tembakau dan meningkatkan pemberian ASI di kalangan ibu muda.
Meskipun dampaknya kecil, para peneliti percaya bahwa inisiatif ini dapat mengurangi stres dan mendorong perubahan perilaku positif. Paris berharap program tas antipolusi ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek tetapi juga mendorong perubahan perilaku jangka panjang di kalangan orangtua.
Laporan dari lembaga asuransi sosial Finlandia Kela menyarankan agar program-program serupa di seluruh dunia berfokus pada keberlanjutan dengan produk-produk yang ramah lingkungan.
Dengan langkah ini, Paris berharap dapat memimpin jalan menuju masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan, tidak hanya untuk warganya tetapi juga untuk generasi mendatang. Inisiatif ini menandai langkah penting dalam perang melawan polusi plastik dan bahan kimia beracun, yang telah menjadi perhatian utama di seluruh Eropa.
Ahli Desak Produksi Plastik Global
Mengutip dari kanal Global Liputan6.com, 17 November 2024, analisis para ahli mendesak produksi plastik global harus dikurangi untuk mengatasi tantangan polusi plastik. Penulis utama penelitian, Samuel Pottinger, mengatakan jika limbah plastik yang tidak dikelola dengan baik dan meresap ke lingkungan, dinilai membahayakan kesehatan.
Dilansir The Guardian, emisi gas rumah kaca tahunan dari sistem plastik akan meningkat sebesar 37 persen selama periode yang sama jika dunia tidak memberlakukan beberapa pembatasan terhadap produksi plastik. Temuan penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa empat langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi polusi plastik.
Antara lain pembatasan global terhadap produksi plastik, investasi dalam infrastruktur limbah, penggunaan pajak kemasan, dan mandat daur ulang bisa mengurangi limbah plastik yang tidak dikelola dengan baik hingga 91 persen pada tahun 2050, dan mengurangi emisi terkait plastik sekitar sepertiganya.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Science, sebelum perundingan perjanjian PBB di Busan, Korea Selatan, yang menghadirkan kesempatan terakhir bagi negara-negara untuk menyepakati cara mengurangi polusi plastik. Perundingan berlangsung sengit dengan pelobi produsen plastik dan beberapa negara yang menolak perjanjian tersebut, termasuk pembatasan atau pemotongan produksi.
Advertisement