Wamen ESDM: Indonesia Masih Sangat Bergantung Batu Bara

Meskipun ketergantungan pada batu bara masih besar, Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat besar.

oleh Tira Santia diperbarui 20 Nov 2024, 16:30 WIB
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung Yuliot dalam Electricity Connect 2024, di JCC, Jakarta, Rabu (20/11/2024). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan, Indonesia masih sangat bergantung terhadap pembangkit listrik tenaga batu bara. Bahkan, penggunaannya telah melebihi target yakni 67 persen, dari target 65 persen.

Yuliot menjelaskan, target pemerintah dalam penggunaan pembangkit listrik batu bara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah 65 persen.

Kemudian target penggunaan pembangkit dari gas bumi sebesar 17,72 persen, dan energi baru terbarukan (EBT) lainnya diperkirakan mencapai 25 persen. Sumber-sumber EBT ini terdiri dari biomassa 1,02 persen, BBM + BBN 3,06 persen, air 6,88 persen, dan panas bumi 5,33 persen.

"Tetapi dari realisasi, ya ternyata ketergantungan kita terhadap energi batu bara ini masih relatif tinggi dibandingkan yang target sekitar 67 persen," kata Yuliot dalam Electricity Connect 2024, di JCC, Jakarta, Rabu (20/11/2024).

Maka salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana mengurangi ketergantungan terhadap batu bara dan meningkatkan porsi EBT untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, seiring dengan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi karbon secara signifikan.

"Ya tentu dalam rangka bagaimana kita mengurangi emisi, ya khususnya emisi rumah kaca, kita mengharapkan ke depan untuk bauran energi ini bisa kita lakukan penyesuaian, jadi sehingga mayoritas energi baru terbarukan itu bisa disediakan," ujarnya.

Kendati, ketergantungan pada batu bara masih besar, Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat besar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Menurut data yang ada, Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 3.294 gigawatt, namun pemanfaatannya baru mencapai 675 megawatt.

"Kita bisa melihat disini untuk surya kita memiliki potensi sebesar 3.294 gigawatt, sementara yang baru termanfaatkan itu adalah sekitar 675 megawatt," katanya.

 


Gasifikasi Batu Bara

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung Yuliot dalam Electricity Connect 2024, di JCC, Jakarta, Rabu (20/11/2024). (Tira/Liputan6.com)

Begitu juga dengan energi hidro, Indonesia memiliki potensi sebesar 95 gigawatt, namun baru dimanfaatkan sekitar 6,6 gigawatt. Potensi bioenergi mencapai 57 gigawatt, namun yang sudah dimanfaatkan hanya sekitar 3,4 gigawatt.

Selain itu, gasifikasi batu bara juga menjadi alternatif yang cukup menjanjikan, dengan potensi yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Untuk energi angin, meskipun memiliki potensi besar sebesar 155 gigawatt, pemanfaatannya baru mencapai 152 megawatt. Data ini menunjukkan adanya gap yang signifikan antara potensi dan pemanfaatan energi baru terbarukan yang perlu segera dikembangkan.

"Ya sementara di dalam pelaksananya ini kita sudah memanfaatkan gasifikasi batubara sebesar 250 megawatt, sementara untuk angin kita memiliki potensi sekitar 155 gigawatt, baru termanfaatkan sekitar 152 megawatt. Jadi, ini potensinya rangenya cukup besar," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya