Banyak Bayi Prematur Alami Masalah Pernapasan, Dokter Ungkap Alasannya

Bayi di bawah satu kilo atau bayi amat sangat prematur karena di bawah 28 minggu hadapi banyak masalah, terutama gangguan saluran pernapasan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 21 Nov 2024, 09:00 WIB
Dokter spesialis anak konsultan neonatologi, Adhi Teguh Perma Iskandar, soal bayi prematur. Jakarta (20/11/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta Bayi prematur acap kali mengalami berbagai masalah dalam perkembangannya. Salah satu masalah kesehatan yang paling banyak terjadi terutama pada bayi yang amat prematur adalah gangguan pada sistem pernapasan.

“Bayi di bawah satu kilo atau bayi amat sangat prematur karena di bawah 28 minggu masalahnya banyak. Masalah nomor satu paling sering itu pernapasan,” kata dokter spesialis anak konsultan neonatologi, Adhi Teguh Perma Iskandar dalam temu media peringatan Hari Prematur Sedunia di RSIA Bunda Jakarta, Rabu (20/11/2024).

“Mereka sering mengalami sesak napas yang harus dibantu dengan alat bantu napas,” tambahnya.

Lantas, mengapa banyak bayi prematur mengalami masalah pernapasan?

Terkait hal ini, Adhi menjelaskan, paru bayi prematur secara teori belum siap untuk digunakan.

“Bayi-bayi ini secara teori belum siap paru-parunya. Paru-parunya itu sulit untuk mengembang karena memang unit terkecil dari pertukaran gasnya masih sedikit. Jadi, bayi-bayi ini 90 persen mungkin akan mengalami sesak napas kalau di bawah satu kilo (berat lahirnya),” papar Adhi.

Sayangnya, lanjut Adhi, permasalahan yang dihadapi oleh bayi prematur biasanya tak sampai di situ. Ada berbagai permasalahan serius lain yang perlu ditangani secara komprehensif.


Berbagai Masalah Lain yang Bisa Dihadapi Bayi Prematur

Berbagai permasalahan lain yang dihadapi bayi prematur selain gangguan saluran pernapasan adalah kemampuan makan hingga berbagai komplikasi lainnya.

“Permasalahan enggak sampai di situ biasanya, permasalahan selanjutnya adalah, apakah tekanan darahnya bisa stabil, apakah nanti bayi ini bisa minum, apakah bayi ini terserang infeksi atau tidak karena daya imunitasnya enggak bagus,” terang Adhi.

Berbagai komplikasi lain pun bisa dihadapi oleh bayi prematur. Baik yang berkaitan dengan otak, mata, telinga, dan organ lainnya.

“Belum lagi komplikasi-komplikasi lain seperti perdarahan otak, kebutaan, kelainan bawaan yang harus kita deteksi sedini mungkin. Kemudian pengeroposan tulang, pendengaran, banyak. Ya semua organ.”


Kondisi Ibu Saat Hamil Pengaruhi Potensi Bayi Lahir Prematur

Adhi menjelaskan, komplikasi dan berbagai masalah yang bisa dihadapi bayi dapat dipengaruhi kondisi ibu selama kehamilan.

“Selain berat lahir dan usia gestasi (periode antara pembuahan hingga persalinan), yang memengaruhi kemungkinan besar komplikasi di atas adalah juga bagaimana ibu selama kehamilannya konsultasi antenatal dengan teratur pada dokter kandungan.”

Dokter kandungan berperan untuk mempersiapkan calon bayi agar bisa lahir dengan baik. Biasanya dengan memberi arahan untuk konsumsi nutrisi yang baik, injeksi pematangan paru, dijaga agar tidak kena infeksi dan lain sebagainya.

“Belum lagi memerhatikan status gizi ibu, status nutrisi ibu, komplikasi ibu selama hamil seperti hipertensi, diabetes melitus, itu juga memengaruhi persalinan prematur,” papar Adhi.


Angka Persalinan Prematur di Indonesia

Edukasi soal bayi prematur disampaikan dalam rangka peringatan Hari Prematur Sedunia yang diperingati setiap 17 November.

Ini adalah momen untuk kembali mengingat pentingnya penangan komprehensif pada bayi yang lahir sebelum 37 minggu masa kehamilan.

Terlebih, angka persalinan prematur di Indonesia masih tinggi yakni mencapai 657.700 kasus dari sekitar 4,5 juta kelahiran bayi setiap tahunnya. Ini membuat Indonesia menduduki posisi ke-5 sebagai negara dengan angka persalinan prematur tertinggi di dunia.

Menurut dokter spesialis anak RSIA Bunda Jakarta, dr. I.G.A.N. Partiwi, bayi prematur kerap memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi ketimbang bayi pada umumnya. Maka dari itu, mereka memerlukan penanganan medis yang lebih intensif dan terarah.

“Keberhasilan perawatan bayi prematur sangat bergantung pada intervensi medis yang tepat waktu, termasuk pemantauan fungsi organ vital dan pertumbuhan fisik yang berkelanjutan,” kata dokter yang akrab disapa Tiwi dalam kesempatan yang sama.

“Setiap tahap dalam perkembangan bayi prematur, dari perawatan di NICU (Neonatology Intensive Care Unit) hingga pemantauan tumbuh kembang, harus dilakukan dengan pendekatan medis yang cermat dan multidisipliner untuk memastikan mereka dapat tumbuh dengan optimal dan mengurangi potensi gangguan jangka panjang,” tambahnya.

Infografis Tahapan Tumbuh Kembang Bayi. (Dok: Liputan6.com/Trisyani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya