Tak Hanya Sekadar Memadu Cinta, Ini Tujuan Menikah Sebenarnya Menurut UAH

UAH menukil Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21, yang menegaskan pernikahan sebagai tanda kebesaran Allah. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang,”

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Nov 2024, 08:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat (SS: YT. Ustadz Adi Hidayat Official)

Liputan6.com, Jakarta - Penceramah muda, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menegaskan bahwa menikah tidak semata-mata tentang memadu cinta. Dalam ceramahnya, ia menjelaskan bahwa tujuan menikah adalah menjaga amanah Allah untuk saling membantu meningkatkan ketakwaan.

“Rumusnya sederhana. Jika ingin pernikahan langgeng hingga akhirat dan dihiasi sakinah, mawaddah, rahmah, maka tingkatkan takwa,” ujarnya.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, menikah termasuk dalam kategori ibadah universal yang dikenal di semua agama. Ia membandingkan dengan ibadah sholat dan haji, yang tidak terdapat dalam tradisi agama lain seperti Kristen atau Yahudi.

“Namun, menikah itu universal, bahkan ideal, karena membawa misi besar: membentuk keluarga,” katanya, seperti dikutip dari video di kanal YouTube @Jedasesaat.

UAH mengingatkan bahwa pernikahan bukan sekadar perjalanan mudah. Ia menyebutnya sebagai perjuangan berat namun penuh kenikmatan, baik secara lahir maupun batin. “Meski berat, pernikahan adalah ibadah yang juga mendatangkan kebahagiaan,” tambahnya.

Dalam ceramahnya, UAH menukil Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21, yang menegaskan pernikahan sebagai tanda kebesaran Allah. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang,” kutipnya.

UAH menjelaskan, ayat tersebut menggambarkan bahwa pernikahan adalah manifestasi dari kebesaran Allah. Semua yang ada di alam semesta membutuhkan pasangan, kecuali Allah sebagai Dzat yang absolut. Pernikahan, menurutnya, adalah salah satu bentuk nyata dari tanda-tanda kebesaran Allah.

Selain itu, ia juga mengupas makna kata “kholaqo” dalam ayat tersebut. Kata tersebut menunjukkan bahwa jodoh adalah ciptaan dan monopoli Allah. Namun, membangun keluarga yang sakinah membutuhkan usaha dari pasangan, sebagaimana ditunjukkan oleh penggunaan kata “ja’ala” yang berarti menjadikan.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Pernikahan Salah Satu Persiapan Menuju Akhirat

Ilustrasi pasangan muslim, menikah. (Photo Copyright by Freepik)

Dalam membangun keluarga, pasangan suami istri diingatkan untuk tidak hanya mencari mawaddah (kasih sayang), tetapi juga rahmat. Mawaddah, menurut UAH, memiliki sifat fisik dan mungkin terbatas oleh usia. Sementara rahmat membawa keberkahan hingga usia tua, bahkan menuju akhirat.

UAH juga menekankan pentingnya ketenangan dalam rumah tangga, yang ia kaitkan dengan konsep sakinah. “Sakinah itu langsung dari Allah, masuk ke dalam hati orang-orang yang beriman,” jelasnya, sambil mengutip surat Al-Fath ayat 4 sebagai dasar pemahaman ini.

Lebih jauh, UAH menekankan bahwa pernikahan tidak hanya soal cinta, tetapi juga pengabdian. Ia menjelaskan bahwa suami istri harus saling melayani dengan baik agar mendapatkan keberkahan. “Sikap baik kepada pasangan adalah bagian dari cara kita mendapatkan rahmat Allah,” tambahnya.

Menurut UAH, pasangan yang mampu menjaga ketenangan dan saling menghormati akan mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin. Ia juga mengingatkan bahwa keluarga sakinah bukan sesuatu yang datang begitu saja, tetapi hasil dari upaya yang konsisten.

Selain membahas pentingnya ketenangan, UAH juga menjelaskan makna mawaddah sebagai cinta yang tulus dan rahmat sebagai bentuk kasih sayang Allah yang abadi. Kedua elemen ini menjadi kunci bagi pasangan untuk membangun hubungan yang harmonis.

Dalam ceramahnya, UAH juga menyampaikan bahwa menikah adalah bentuk penghambaan kepada Allah. Ia mengingatkan bahwa pernikahan bukan sekadar urusan duniawi, tetapi juga persiapan menuju kehidupan akhirat.

UAH juga memberikan tips praktis bagi pasangan yang ingin menjaga keharmonisan rumah tangga. Salah satunya adalah dengan rutin mendengarkan nasihat agama bersama pasangan dan menjaga komunikasi yang baik.

Dengan pendekatan yang sederhana namun mendalam, UAH mengajak semua pasangan untuk menjadikan pernikahan sebagai jalan menuju ridha Allah. Ia menutup ceramahnya dengan doa agar semua rumah tangga diberkahi dengan sakinah, mawaddah, dan rahmat.


Pernikahan sebagai Ibadah Universal

Ilustrasi pasangan pengantin yang menikah. (AP Photo/Tatan Syuflana)

Mengutip dari nu.or.id, pernikahan tidak hanya bersifat universal, tetapi juga ideal dan perennial. Syariat pernikahan membawa misi besar, yaitu ta'sisul usroh atau pembentukan keluarga, yang menjadi salah satu tanggung jawab utama manusia. Pernikahan adalah perjuangan yang berat, tetapi juga menyenangkan karena memberikan kenikmatan lahir dan batin.

Dalam konteks ini, nikah menjadi ibadah yang langgeng, karena pasangan yang baik akan membawa keluarga mereka menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika dilakukan dengan niat dan cara yang benar, pernikahan tidak hanya menjadi kebahagiaan sementara, tetapi juga abadi hingga ke surga.

Pernikahan adalah manifestasi nyata dari tanda-tanda kebesaran Allah. Dalam pernikahan, terlihat bagaimana Allah menampakkan kekuasaan-Nya melalui penciptaan pasangan hidup, yang dirancang secara sempurna untuk saling melengkapi.

Dalam Al-Qur'an menunjukkan bahwa jodoh adalah ciptaan Allah, sedangkan keluarga yang sakinah membutuhkan usaha dari manusia. Proses mencapai sakinah memerlukan kerja sama, ketekunan, dan doa yang konsisten dari kedua pasangan.

Selain itu, mawaddah (kasih sayang) dan rahmat (kasih karunia) menjadi dua elemen penting yang harus diwujudkan dalam rumah tangga. Mawaddah lebih bersifat fisik dan terbatas oleh usia, sedangkan rahmat bersifat abadi, membawa keberkahan hingga akhir hayat.

Keluarga yang harmonis juga memerlukan pengorbanan dan perhatian dari kedua pasangan. Suami istri diingatkan untuk saling menghormati, melayani, dan menjaga keharmonisan agar pernikahan mereka selalu diberkahi oleh Allah.

Mengutip Al-Qur’an surat Al-Fath ayat 4, yang menyebutkan bahwa ketenangan dalam hati orang-orang beriman adalah salah satu rahmat Allah. Dengan iman yang terus bertambah, pasangan suami istri dapat membangun rumah tangga yang penuh kebahagiaan dan keberkahan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya