Liputan6.com, Hong Kong - Hong Kong terkenal sebagai destinasi belanja. Di kota metropolitan ini ada banyak sudut pasar yang bisa dijelajahi untuk belanja dan mencari oleh-oleh, seperti Ladies Market dan Sneaker Street di kawasan Mong Kok hingga Central Market yang dekat dengan distrik perkantoran.
Bersama sejumlah media dari Indonesia, Singapura, dan Malaysia, Liputan6.com berkesempatan menjelajahi Central Market. Tempat ini dulunya salah satu pasar tradisional di Hong Kong sejak abad ke-18. Pasar ini dibuka untuk umum pada 16 Mei 1842 di tepi pelabuhan Queen's Road.
Advertisement
"Pasar ini memiliki akses ke tepi laut tempat barang dan makanan diturunkan langsung dari tanggul," ungkap Joanna, pemandu wisata yang mendampingi Lifestyle Liputan6.com dan jurnalis lainnya pada Rabu, 15 November 2024, sambil menyebutkan bahwa pasar ini setua Hong Kong sebagai kota pelabuhan.
Dulunya penduduk awal Hong Kong pergi ke pasar untuk membeli daging, buah-buahan dan sayuran, unggas, ikan asin, ikan segar, dan menukarkan uang di Central Market yang masih jadi pasar tradisional. Bangunannya dulu hanya dari batu bata dan kayu, kemudian pasar bertambah besar hingga dilakukan perbaikan generasi kedua, yang berskala besar dan dibuka pada Mei 1895.
Pasar ini sempat berhenti beroperasi pada tahun 2003. Meskipun bangunan pasar bergaya Bauhaus tidak diberi status bangunan bersejarah Kelas I, upaya untuk melindungi bangunan pasar tersebut tidak sia-sia.
Bangunan bersejarah kelas tiga berusia 80 tahun ini direvitalisasi di bawah Otoritas Pembaruan Perkotaan Hong Kong (URA). Pada Februari 2021, Chinachem Group dipilih oleh URA sebagai operator utama Central Market yang telah direvitalisasi.
Termasuk Bangunan Bersejarah di Hong Kong
Pada akhir abad ke-19, ketika penyakit menular merajalela di Hong Kong, arsitek pemerintah memutuskan untuk membangun kembali pasar tersebut menjadi bangunan dari batu bata dan besi. Alasannya, besi lebih mudah dibersihkan dan lebih baik untuk ventilasi.
Pada masa itu, perubahan tersebut dianggap sebagai ide yang berani. Hal ini lantaran besi sebagai bahan bangunan mahal, baru, dan asing bagi sektor konstruksi. Namun inilah yang menjadi latar belakang pembangunan pasar neoklasik generasi kedua.
Namun, versi ini kemudian digantikan oleh versi ketiga. Pada Mei 1939, lahirlah arsitektur modernis bergaya Bauhaus, yang bisa lihat saat ini. Meski waktu itu struktur modernis tidak sesuai dengan lanskap perkotaan yang didominasi oleh arsitektur neoklasik ala Hong Kong yang terpengaruh dengan gaya Eropa dari Inggris.
Saat berkeliling, Liputan6.com tak lagi melihat pasar basah yang becek. Central Market bisa dibilang lebih mirip sebuah mal atau pusat perbelanjaan. Di dalamnya terdapat banyak kios penjual, mulai dari gerai makanan dan minuman, sampai oleh-oleh untuk turis.
Advertisement
Jadi Oase Perkotaan yang Hijau
Bangunan tiga lantai itu dibuka kembali pada Agustus 2021. Konsepnya pun berubah jadi kekinian dengan memberi pengalaman pada pengunjung yang tanpa batas, juga sebagai oasis perkotaan yang hijau.
Di salah satu sudutnya bisa ditemukan ruang terbuka hijau dengan bangku-bangku tempat pengunjung bisa duduk sambil menikmati kopi atau kudapan. Meski visualnya tampak modern, tapi bangunan tetap memberikan pengalaman warisan yang dikurasi untuk warga lokal dan turis yang berkunjung.
Disebutkan bahwa arsiteknya terinspirasi oleh garis-garis horizontal ekspresif bangunan tersebut, serta gaya asli bangunan. Arsitekturnya memang tampak unik dalam desain kios dan ruang publik untuk semua orang.
Terdapat pintu masuk yang berbeda mengarah ke ruang lantai dasar, dengan toko-toko suvenir dan oleh-oleh. Lebih dari 500 kap lampu mini tampak menghiasi langit-langitnya, menjadi simbol pasar basah klasik.
Struktur bangunan asli pasar sebagian besar tetap tidak berubah, dengan dinding bata merah bersejarah dan jam gantung di tangga utama dipertahankan sebagai bukti bangunan lama tetap dilestarikan. Kehijauan memenuhi halaman baik di dalam maupun di luar ruangan, termasuk arcade penyaring udara dengan 400 tanaman hijau di koridor.
Konsep Nostalgia Masa Lalu Hong Kong
Dari kios-kios pasar asli, tersisa 13 kios. Ada pula pajangan papan nama dan papan nama toko tradisional mengingatkan penduduk lokal maupun pendatang pada masa lalu Hong Kong.
Konsep nostalgia ini dibawa dari masa lalu, mengenang Hong Kong pada tahun 70an dan 80an. Belum lagi sisi bangunan tradisional dan plesteran Shanghai yang banyak digunakan di pasar asli telah dimasukkan ke dalam ruang yang dihidupkan kembali, dengan 35 kios F&B menampilkan jenis bangunan tradisional ini.
Para pedagang juga memberi kesan kepada warisan lokal. Hong Kong Tram Store, misalnya, menjual koleksi suvenir jadul yang membawa turis dan orang lokal kembali ke tahun-tahun terakhir Hong Kong abad ke-20. Dengan interpretasi abad ke-21, arsiteknya disebutkan membayangkan sejarah pasar akan terus berkembang dan menjadi kenangan kolektif masa depan.
Advertisement