Liputan6.com, Jakarta - Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi umat Islam. Rasulullah SAW bersabda, “Tholabul ilmi faridhotun 'ala kulli muslimin.” Arti hadis ini adalah menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.
Mendapatkan ilmu tentunya harus dengan berguru, terlebih jika berkaitan dengan agama. Syekh Abu Yazid Al-Busthami pernah menyinggung soal belajar tanpa guru dalam kitab tafsir Ruhul Bayan.
من لم يكن له شيخ فشيخه الشيطان
Artinya: "Barangsiapa yang tidak mempunyai guru, maka gurunya adalah setan."
Baca Juga Advertisement
Pendakwah kondang Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam salah satu kajiannya menjelaskan betapa pentingnya berguru dalam mempelajari ilmu agama. Belajar seperti ini juga telah dicontohkan oleh para sahabat juga nabi.
"Anda bisa bayangkan, nabi punya guru, sahabat punya guru, tabi'in punya guru, ulama punya guru. Antum bukan nabi bukan rasul, bukan sahabat, bukan ulama, bukan tabiin, mau belajar sendiri gak punya guru. Bagaimana bisa memahami dengan baik?" kata UAH dikutip dari YouTube Ceramah Pendek, Kamis (21/11/2024).
Saksikan Video Pilihan Ini:
Pewaris Ilmu Nabi SAW
UAH mengatakan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah dengan berguru. Guru akan memahamkan ilmu dan membimbing muridnya agar lebih baik.
UAH menjelaskan bahwa Rasulullah SAW berguru kepada Malaikat Jibril AS, kemudian Rasulullah mengajarkan kepada para sahabatnya, sahabatnya mengajarkan kepada tabi'in. Maka, tabi'in berguru kepada sahabat, sahabat berguru kepada Nabi SAW
Lalu, kepada siapa hendaknya kita berguru?
"Disebut oleh nabi, hadis riwayat ibnu majah, rawinya dari sahabat Abu Darda. 'Wainnal ulama warasatul anbiya, dan sungguh para ulama itu pewarisnya para nabi," tutur UAH.
Rasulullah SAW tidak mewariskan harta dunia, akan tetapi Nabi SAW mewariskan ilmu untuk umatnya. Pewaris nabi adalah mereka para ulama dan wali yang sanad belajarnya bersambung hingga Rasulullah SAW.
"Jadi nabi mewariskan ilmu kepada para sahabat, sahabat mewariskan ilmu pada tabi'in, tabi’in mewariskan ilmu. Nah, pewaris ilmu ini disebut kemudian oleh nabi langsung dengan ulama. Jadi, ulama itu pewaris para nabi," jelas UAH.
Advertisement
Ciri Pewaris Ulama untuk Dijadikan Guru
Kemudian UAH menjelaskan ciri-ciri ulama pewaris para nabi yang layak untuk dijadikan guru. Menurut UAH, ciri-ciri ini terdapat dalam Al-Qur’an.
"Ketika disebutkan ciri ulama oleh Al-Qur'an, tidak sekadar pintar, tapi khosyah. Kepintarannya bisa menuntun ia untuk takut kepada Allah SWT," terang UAH.
UAH menyarankan ketika muslim ingin mencari guru, baik secara langsung maupun melalui media, carilah guru yang dijelaskan dalam Al-Qur'an, yakni yang membuat dia takut kepada Allah SWT.
"Kalau Anda mencari guru, maka carilah kata Al-Qur'an, yang punya rasa takut kepada Allah. Jadi, ilmunya membuat dia takut kepada Allah, bukan sekadar pintar," saran UAH.
Wallahu a’lam.