Liputan6.com, Jakarta Harga emas spot naik untuk hari keempat berturut-turut pada Kamis, mencapai level tertinggi dalam lebih dari seminggu. Peningkatan harga emas ini didorong oleh lonjakan permintaan aset safe haven setelah prospek pendapatan Nvidia yang mengecewakan dan meningkatnya ketegangan Rusia-Ukraina.
Advertisement
Dikutiip dari CNBC, Jumat (22/11/2024), harga emas spot naik 0,8% menjadi USD 2.670,49 per ounce. Sementara emas berjangka AS ditutup 0,9% lebih tinggi di USD 2.674,90 per ounce.
“Faktor geopolitik menjadi pendorong utama pasar emas dalam beberapa hari terakhir. Ketegangan yang meningkat antara Ukraina dan Rusia adalah yang paling menonjol,” ujar David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.
Permintaan Safe Haven Melonjak di Tengah Krisis Global
Investor cenderung beralih ke aset safe haven seperti emas saat krisis global memuncak. Harga emas telah mencapai beberapa level tertinggi sejak konflik Timur Tengah pecah pada Oktober tahun lalu.
Dengan Amerika Serikat yang memveto resolusi gencatan senjata PBB di Gaza dan ketegangan baru antara Rusia dan Ukraina, risiko geopolitik tetap tinggi, memperkuat daya tarik emas sebagai aset perlindungan.
“Penurunan di pasar saham, terutama setelah laporan pendapatan Nvidia, jelas mendukung logam mulia dari perspektif safe haven,” tambah Meger.
Harga Emas Pulih dari Penurunan Tajam Minggu Lalu
Pasar saham global melemah setelah proyeksi pertumbuhan pendapatan Nvidia tidak memenuhi ekspektasi investor. Namun, harga emas spot telah naik 4% minggu ini, kinerja terbaik sejak April, setelah pulih dari penurunan mingguan tajam minggu lalu yang merupakan yang terbesar dalam tiga tahun terakhir. Penurunan sebelumnya dipicu oleh penguatan dolar AS yang luar biasa akibat euforia "Trump Trade".
“Target selanjutnya bagi bullish harga emas batangan adalah mencapai penutupan di atas resistensi kuat di USD 2.700,00 per ounce,” ujar Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals.
Fokus Pasar pada Kebijakan Moneter dan Tarik Ulur Geopolitik
Proyeksi kebijakan Presiden terpilih Donald Trump, termasuk tarif perdagangan baru, diperkirakan akan memicu volatilitas pasar global dan inflasi, membatasi kemampuan bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Sementara itu, survei Reuters menunjukkan sebagian besar ekonom memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada Desember, dengan penurunan lebih kecil diproyeksikan pada 2025.
Perhatian investor juga tertuju pada pidato beberapa pejabat Fed yang dijadwalkan minggu ini. Namun, ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga Desember telah menurun drastis, dengan kemungkinan kini berada di 56%, turun tajam dari 82,5% minggu sebelumnya.
Advertisement