Liputan6.com, Jakarta - Sasando adalah alat musik tradisional khas dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Alat musik tradisional ini memiliki keunikan dari bentuk dan suara yang memukau.
Alat musik ini termasuk dalam kategori alat musik dawai, dengan prinsip kerja yang mirip harpa, tetapi memiliki konstruksi yang sangat khas. Nama sasando berasal dari kata dalam bahasa Rote, yakni sasandu yang berarti alat yang bergetar atau alat yang berbunyi.
Sasando telah menjadi simbol kebanggaan masyarakat NTT dan salah satu warisan budaya yang bernilai tinggi di Indonesia. Secara fisik, sasando memiliki struktur utama berupa tabung panjang yang terbuat dari bambu.
Baca Juga
Advertisement
Pada tabung ini, terdapat deretan dawai yang direntangkan dari atas ke bawah. Dawai-dawai ini akan menghasilkan nada saat dipetik.
Salah satu ciri khas utama sasando adalah penggunaan daun lontar yang dilipat dan dibentuk seperti kipas besar yang mengelilingi bagian bambu. Daun lontar ini berfungsi sebagai resonator alami yang memperkuat suara sasando, menciptakan nada yang lembut dan harmonis.
Suara yang dihasilkan oleh sasando sering dianggap seperti kombinasi dari harpa, kecapi, dan gitar, sehingga memberikan kesan magis dan menenangkan. Sasando umumnya dimainkan dalam berbagai acara adat, upacara keagamaan, dan hiburan rakyat di Nusa Tenggara Timur.
Alat musik ini digunakan untuk mengiringi tarian tradisional, lagu daerah, hingga berbagai ritual penting. Di samping itu, sasando juga sering dimainkan secara solo, menampilkan keindahan melodi yang kompleks dan ekspresif.
Pengaruh Modernisasi
Permainan sasando membutuhkan keterampilan tinggi, karena pemain harus memetik dawai dengan jari-jari yang lincah sambil menjaga nada agar tetap harmonis. Namun, keberadaan sasando kini menghadapi tantangan besar.
Modernisasi dan pengaruh budaya luar telah menyebabkan generasi muda di NTT semakin jarang mengenal atau mempelajari alat musik tradisional ini. Selain itu, proses pembuatan sasando yang rumit dan memerlukan bahan baku alami, seperti bambu dan daun lontar, membuat produksinya semakin berkurang.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk melestarikan sasando, mulai dari mengenalkan alat musik ini di sekolah-sekolah hingga mempromosikannya melalui berbagai festival seni dan budaya, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Sebagai salah satu aset budaya Indonesia, sasando adalah bukti nyata kekayaan tradisi yang dimiliki bangsa ini. Keunikan bentuk dan suara sasando menunjukkan kreativitas masyarakat lokal dalam menciptakan alat musik yang tidak hanya memiliki fungsi hiburan, tetapi juga nilai spiritual dan simbolis.
Pelestarian sasando tidak hanya menjadi tanggung jawab masyarakat NTT, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia, sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya nenek moyang.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement