Studi Ungkap Tanaman yang Dapat Atasi Limbah Mikroplastik

Namun kabar baik datang dari para ilmuwan University of British Columbia (UBC). Mereka disebut berhasil menemukan cara mengatasi limbah mikroplastik.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 23 Nov 2024, 05:00 WIB
Ilmuwan Temukan Sembilan Jenis Mikroplastik di Jantung Manusia (Sumber: Ilustrasi Depositphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Mikroplastik menjadi salah satu masalah pencemaran lingkungan yang tengah jadi sorotan. Pasalnya, pencemaran mikroplastik di lingkungan masih sulit untuk diatasi hingga saat ini.

Namun kabar baik datang dari para ilmuwan University of British Columbia (UBC). Mereka disebut berhasil menemukan cara mengatasi limbah mikroplastik.

Melansir laman Science Daily pada Jumat (22/11/2024), sebuah studi mengenai mikroplastik di UBC mengungkap adanya potensi pada tanaman untuk digunakan menjadi solusi dari pencemaran mikroplastik. Potensi tanaman untuk mengatasi mikroplastik ini ditemukan pada metode bioCap atau metode bio-based capturing materials (material penangkap berbasis bio).

Dr. Orlando J. Rojas, salah satu peneliti pada riset ini menjelaskan, bioCap dibuat dengan mereaksikan serbuk kayu dengan asam tanin dari tanaman. Dalam studi ini, berbagai jenis mikroplastik dapat dihilangkan dengan memanfaatkan interaksi molekuler yang berbeda di sekitar asam tanin.

Penelitian ini menggunakan mikroplastik dari limbah kantong teh sebagai representasi pencemar mikroplastik dalam sistem perairan. Tanaman yang dimanfaatkan dalam studi ini meliputi serbuk kayu dan zat asam tanin yang diekstraksi dari buah-buahan tertentu.

Serbuk kayu dipilih karena memiliki sejumlah keunggulan, seperti ketahanan fisik yang tinggi, stabilitas terhadap tekanan, ketersediaan yang melimpah, kemudahan diperoleh, serta biaya yang rendah. Sedangkan asam tanin, yang merupakan senyawa alami dari tanaman, juga mudah ditemukan dan digunakan dalam berbagai aplikasi biologis.

Hasil eksperimen tim peneliti dari Institute of BioProducts UBC ini pada mikroplastik polipropilena dari limbah kantong teh adalah sebanyak 95,2 persen sampai 99,9 persen partikel mikroplastik dapat dihilangkan secara efisien, termasuk pada percobaan in vivo pada tikus. Eksperimen pada tikus membuktikan bahwa akumulasi mikroplastik pada organ-organ tikus tersebut dapat dicegah.

Meski begitu, penelitian bioCap baru dilakukan pada skala laboratorium.

 


Bahaya Limbah Mikroplastik

Mikroplastik merupakan partikel plastik dengan ukuran kurang dari 5 milimeter. Temuan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan di laut, pada hewan dan tumbuhan, serta dalam air keran dan air kemasan.

Bahkan, penelitian terbaru dari Universitas New Mexico menunjukkan bahwa mikroplastik juga dapat memasuki tubuh manusia dan berpindah ke bagian tubuh lainnya. Para peneliti dari universitas ini memberikan tikus air minum dengan jumlah mikroplastik yang diperkirakan ditelan manusia setiap minggunya.

Hasilnya menunjukkan bahwa mikroplastik ini berpindah dari usus tikus ke jaringan lain di tubuh, termasuk ginjal, hati, dan otak. Para peneliti juga menemukan bahwa tikus yang terpapar mikroplastik menunjukkan tanda-tanda perubahan fisik setelah beberapa minggu.

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa mikroplastik dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia. Mikroplastik dapat mengubah sel kekebalan yang disebut makrofag, yang bertanggung jawab untuk melindungi tubuh dari partikel asing.

Perubahan pada sel kekebalan ini dapat menyebabkan peradangan pada tubuh manusia, yang pada gilirannya dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Studi selanjutnya yang dilakukan oleh tim peneliti ini akan meneliti bagaimana pola makan berdampak pada penyerapan mikroplastik oleh tubuh.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa mikroplastik tidak dapat dihindari, bahkan dalam makanan sehat seperti protein nabati. Sebuah penelitian lain yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Pollution menemukan bahwa 90 persen protein, termasuk alternatif vegan, mengandung mikroplastik.

Hal ini menunjukkan bahwa mikroplastik telah menyebar luas dalam rantai makanan dan dapat memiliki konsekuensi kesehatan yang negatif.

(Tifani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya