Bagaimana jika Terlanjur Terima Amplop dari Calon Bupati? Ini Solusi Tegas Buya Yahya

Menurut Buya Yahya, langkah pertama yang harus dilakukan adalah bertobat. “Kalau sudah terlanjur terima, apalagi sudah dipakai untuk beli nasi, jawabannya harus tobat. Tobatnya bagaimana? Jangan pilih dia!” ungkapnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Nov 2024, 20:30 WIB
Buya Yahya (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang gelaran Pemilihan Bupati, Wakil Bupati, Gubernur, dan Wakil Gubernur yang akan dilaksanakan secara serentak pada 27 November mendatang, berbagai persoalan seputar praktik politik uang kembali mencuat.

Salah satu pertanyaan yang kerap diajukan adalah, bagaimana jika seseorang sudah terlanjur menerima amplop sogokan dari calon kepala daerah?

KH Yahya Zainul Ma'arif atau yang akrab disapa Buya Yahya, memberikan jawaban lugas terhadap pertanyaan tersebut dalam sebuah ceramahnya.

Dikutip dari ceramah di kanal YouTube @syamsudinbatang5673, dalam ceramahnya, Buya Yahya mengingatkan bahwa menerima uang dari calon kepala daerah bukan hanya persoalan moral, tetapi juga dapat membuka pintu bagi perbuatan yang lebih buruk.

"Kalau ada calon bupati memberikan amplop kepada Anda, jangan diterima. Kasihan dia. Nanti kalau dia jadi bupati atau keluar sebagai pemenang, dia harus mengembalikan uang itu. Dari mana dia dapat uang? Itu mengundang dia berbuat jahat," tegasnya.

Buya Yahya menjelaskan bahwa uang yang digunakan untuk politik uang biasanya akan menjadi beban bagi calon kepala daerah jika terpilih.

Hal ini, menurutnya, sering kali menjadi awal dari praktik korupsi karena mereka harus mencari cara untuk mengganti uang yang telah dikeluarkan.

“Jangan mau menerima, karena itu bisa membuat hati Anda terbeli. Nanti Anda memilih bukan karena kejujuran, tapi karena uang,” tambahnya.

Pesan ini ia sampaikan dengan harapan masyarakat dapat memilih berdasarkan hati nurani, bukan berdasarkan iming-iming materi.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Jika Sudah Terima Bagaimana Selanjutnya Buya?

Namun, bagaimana jika seseorang sudah terlanjur menerima amplop dan bahkan menggunakan uang tersebut? Buya Yahya memiliki jawaban tegas untuk kondisi ini.

Menurut Buya Yahya, langkah pertama yang harus dilakukan adalah bertobat. “Kalau sudah terlanjur terima, apalagi sudah dipakai untuk beli nasi, jawabannya harus tobat. Tobatnya bagaimana? Jangan pilih dia!” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa tobat dalam hal ini berarti tidak memberikan dukungan kepada calon kepala daerah yang memberikan amplop tersebut.

"Kalau Anda memilih dia, artinya Anda tidak tobat. Itu dua kali kesalahan," tegasnya.

Buya Yahya juga mengingatkan bahwa memilih seseorang karena uang berarti mengkhianati hak suara yang seharusnya digunakan untuk memilih pemimpin yang benar-benar layak.

Dengan nada bercanda, ia mengatakan, “Kalau calon bupati itu duduk di sini, pasti tidak akan berani.”

 


Menjaga Suara dari Politik Uang

Untuk wilayah Provinsi Maluku Utara terdapat 8 kabupaten kota menggelar Pilkada 2020. Kota Ternate masuk pada urutan ketiga di Indonesia paling rawan politik uang.
Potret amplop berisi uang . (Sumber: Instagram/awreceh.id)

Ceramah ini menjadi pengingat penting tentang bahaya politik uang dalam proses demokrasi. Buya Yahya menegaskan bahwa menerima amplop tidak hanya merusak integritas diri, tetapi juga dapat merugikan masyarakat secara keseluruhan.

Ia mendorong masyarakat untuk memilih pemimpin yang memiliki rekam jejak baik dan komitmen yang jelas untuk kesejahteraan rakyat. “Pilihlah pemimpin karena akhlaknya, karena programnya, bukan karena uangnya,” pesannya.

Buya Yahya juga mengingatkan bahwa setiap suara adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, masyarakat harus berhati-hati dalam menggunakan hak pilihnya.

Selain memberikan pesan kepada masyarakat, Buya Yahya juga menyampaikan nasihat untuk para calon kepala daerah. Ia meminta mereka untuk bersaing secara sehat tanpa menggunakan politik uang. Menurutnya, pemimpin yang baik adalah mereka yang dipercaya karena integritas dan kemampuannya, bukan karena uang yang dibagikan.

“Kalau Anda memberikan amplop, itu artinya Anda sudah tidak percaya diri dengan kemampuan Anda sendiri. Jangan bawa masyarakat ke dalam keburukan karena uang,” katanya.

Dengan pendekatan yang sederhana namun mengena, Buya Yahya kembali mengingatkan pentingnya menjaga integritas dalam berdemokrasi. Pesannya tidak hanya relevan untuk masyarakat, tetapi juga menjadi bahan refleksi bagi para calon kepala daerah.

“Kalau ingin jadi pemimpin yang diridhoi Allah, jangan mulai dengan cara yang tidak halal,” pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya