Liputan6.com, Jakarta - Kita mengira ada 24 jam dalam sehari. Namun, pada kenyataannya, jumlah waktu yang dibutuhkan planet untuk melakukan rotasi penuh pada porosnya sedikit bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti proses di inti Bumi, pergerakan lempeng tektonik, dan gaya gravitasi bulan.
Ahli menyebut, secara umum kecepatan rotasi Bumi melambat seiring waktu, dikutip dari laman Mentalfloss, Sabtu (23/11/2024).
Advertisement
Sekitar 1 miliar tahun yang lalu, Bumi melakukan satu rotasi penuh dalam 19 jam. Selama periode Jurassic dinosaurus, yang berlangsung sekitar 199 hingga 145 juta tahun yang lalu, hari-hari berlangsung hampir sama lamanya dengan hari-hari sekarang, yaitu sekitar 23 jam.
Kini, dua penelitian baru menunjukkan bahwa hari-hari akan terasa lebih panjang dan bukan hanya karena proses alamiah, tetapi juga karena proses buatan manusia.
Dengan menggunakan jaringan saraf untuk mengukur data geofisika kompleks dari seluruh dunia, sebuah artikel yang diterbitkan di Nature Geoscience menunjukkan bahwa, selain lempeng tektonik dan tarikan gravitasi bulan, redistribusi massa Bumi melalui pencairan es kutub menjelaskan hampir 90 persen variasi rotasi sekarang, dan kemungkinan akan meningkat dalam beberapa abad mendatang.
Saat lapisan es Antartika dan Greenland mencair karena suhu global yang lebih tinggi dan faktor-faktor lainnya, berton-ton air yang tak terhitung jumlahnya memasuki lautan dan tertarik ke arah ekuator.
Massa tambahan di sekitar bagian tengah planet menonjol keluar dan memperlambat kecepatan putaran Bumi, yang memperpanjang jumlah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan rotasi penuh.
Sebuah studi selanjutnya yang diterbitkan oleh Proceedings of the National Academy of Sciences, memproyeksikan bahwa pencairan es kutub yang disebabkan oleh pemanasan global akan memperpanjang hari sekitar 2,62 milidetik per abad, dengan demikian melampaui gesekan pasang surut bulan sebagai kontributor tunggal terpenting bagi variasi LOD [panjang hari] jangka panjang.
Efeknya Terasa Bagi Manusia
Meskipun perubahan ini tidak akan terasa oleh manusia pada umumnya, kita mungkin mulai menyadari konsekuensinya.
Perlambatan kecepatan rotasi Bumi yang diproyeksikan juga diperkirakan akan memengaruhi perjalanan ke ruang angkasa. Seperti yang dikatakan Benedikt Soja, seorang profesor di Institut Geodesi dan Fotogrametri di Zurich, Swiss dan salah satu penulis artikel Nature Geoscience dalam sebuah pernyataan menyebut:
"Meskipun rotasi Bumi berubah secara perlahan, efek ini harus diperhitungkan saat bernavigasi di ruang angkasa. Misalnya, saat mengirim wahana antariksa untuk mendarat di planet lain."
Selain membuat hari menjadi lebih panjang, redistribusi massa Bumi akibat mencairnya es juga dapat menyebabkan perubahan pada sumbu Bumi, atau kemiringan terhadap Matahari yang menyebabkan planet kita bergoyang.
Advertisement