Generasi Z dan Milenial, Siapkan Soft Skill Ini untuk Bersaing di Dunia Kerja

Banyak tenaga kerja baru yang tidak sesuai dengan kriteria perusahaan atau kurang memiliki kemampuan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 22 Nov 2024, 13:08 WIB
Ilustrasi persaingan di dunia kerja. (Photo by Werner Pfennig from Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia sedang menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di era digital. Demi mendukung kebutuhan ini, EF EFEKTA English for Adults bersama WIDE Edu menggelar webinar bertajuk “Digital Gold Rush: Explore In-demand Careers in Tech!” pada Senin (18/11/2024).

Webinar tersebut dipandu oleh Michael Tan dari WIDE Edu sebagai moderator dan menghadirkan Fiyarni Pamuntjak, seorang konsultan SDM dengan pengalaman lebih dari 18 tahun di berbagai sektor seperti teknologi, keuangan, hukum, hingga komunikasi.

Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, kebutuhan talenta digital di Indonesia diproyeksikan terus meningkat, dari 1,2 juta orang pada 2022 menjadi 2 juta orang pada 2025. Namun, peningkatan ini belum diimbangi oleh ketersediaan tenaga kerja yang mumpuni.

Tantangan Besar dalam Dunia Kerja Digital

Menurut Fiyarni Pamuntjak, salah satu hambatan utama dalam memenuhi kebutuhan industri teknologi adalah rendahnya keterampilan fundamental di bidang IT. Selain itu, banyak tenaga kerja baru yang tidak sesuai dengan kriteria perusahaan atau kurang memiliki kemampuan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

“Dengan kemajuan teknologi, kebutuhan tenaga kerja di dunia teknologi tetap tinggi. Tapi, pekerja juga harus mampu beradaptasi dan terus meningkatkan kemampuan diri agar bisa diterima di dunia pekerjaan,” ujar Fiyarni.

Ia menjelaskan bahwa ada lima kluster pekerjaan yang paling diminati di era digital saat ini: Developer, Cybersecurity, Digital Infrastructure, Data Analyst, dan IT Consultant. Untuk itu, para calon pekerja perlu menguasai keterampilan teknis seperti algoritma dan bahasa pemrograman, serta kemampuan nonteknis atau soft skill.

 


Pentingnya Soft Skill di Era Digital

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, Fiyarni menekankan bahwa soft skill justru menjadi faktor pembeda yang signifikan. “Hard skill bisa dipenuhi oleh teknologi, tetapi soft skill tidak. Itu hanya bisa datang dari manusia itu sendiri,” jelasnya.

Ia menyoroti empat kemampuan utama yang harus dikuasai generasi muda: pemikiran kritis, kemampuan memecahkan masalah (problem solving), kolaborasi, dan komunikasi. Keempat hal ini menjadi elemen penting untuk bersaing di dunia kerja yang semakin kompleks.

“Hal-hal ini harus menjadi fokus utama dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja di tengah kemajuan teknologi dan informasi,” imbuhnya.

 


Bahasa Inggris sebagai Kunci Daya Saing

Selain keterampilan teknis dan soft skill, penguasaan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, menjadi syarat mutlak di era digital dan globalisasi. “Hampir semua pekerjaan membutuhkan kemampuan berbahasa Inggris. Apalagi jika ingin bekerja di perusahaan multinasional,” kata Fiyarni.

Kemampuan ini tidak hanya membuka peluang kerja baru, tetapi juga memperbesar kemungkinan untuk mengembangkan karier, baik bagi fresh graduate maupun profesional.

Hal senada disampaikan oleh Stefany Yacop, Marketing Director EF EFEKTA English for Adults Indonesia. Ia menjelaskan bahwa penguasaan bahasa Inggris adalah bagian penting dari upskilling profesional di era digital.

“Banyak siswa kami yang berasal dari berbagai industri, seperti teknologi, keuangan, hingga kreatif, merasakan manfaat langsung dari kemampuan bahasa Inggris yang lebih baik,” ungkap Stefany.

EF EFEKTA English for Adults menyediakan kelas fleksibel dengan akses 24/7 dan pengajar bersertifikat, memungkinkan para profesional untuk belajar sesuai kebutuhan mereka. “Upskilling ini tidak hanya membuka peluang kerja baru tetapi juga memperluas jaringan profesional di tingkat global,” tambah Stefany.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya