Liputan6.com, Jakarta - Ketika sedang pergi ke super market untuk membeli beberapa barang. Pasti akan melihat produk dairy seperti susu dan sejenisnya selalu di letakkan di bagian paling belakang.
Susu adalah salah satu bahan makanan yang paling sering dibeli, tetapi letaknya paling jauh dari depan.
Advertisement
Orang-orang akhirnya menyeret keranjang belanja mereka melewati puluhan produk yang menarik perhatian sebelum sampai ke konter, dan biasanya, satu (atau dua) produk yang menarik perhatian berakhir di keranjang mereka, dikutip dari Mentalfloss, Sabtu (23/11/2024).
Ini adalah skenario yang terlalu sering terjadi dimana orang-orang dialihkan untuk melewati lorong-lorong lainnya sebelum menuju tempat pembelian susu.
Dan ternyata, justru sifat manusiawi itulah yang menjadi sasaran. Sebagian besar supermarket yang sering kita kunjungi sengaja mendesain tata letaknya untuk memenuhi suatu tujuan: untuk menarik konsumen agar berbelanja, berbelanja, dan berbelanja.
Mulai dari pencahayaan hingga aroma dan penempatan produk memengaruhi cara kita membelanjakan uang kita.
Sering kali, taktik ini sangat halus sehingga tidak diperhatikan oleh pembeli. Namun, semakin banyak waktu yang Anda habiskan di toko, semakin besar kemungkinan Anda akan membeli lebih banyak barang -- termasuk barang yang tidak ingin Anda beli.
Alasan Menjaga Kualitas
Meskipun teknik pemasaran ini tidak diragukan lagi digunakan, beberapa orang berpendapat bahwa alasannya tidak selalu menipu.
Michael Pollan, penulis The Omnivore's Dilemma produk susu harus selalu dingin mengacu pada proses menjaga pendinginan untuk makanan seperti daging dan susu di setiap tahap transportasi.
Karena truk pengiriman umumnya membongkar muatan di bagian belakang gedung, menempatkan unit pendingin toko di dekat area itu akan masuk akal.
Advertisement