Liputan6.com, Yogyakarta - Bangunan megah bergaya Eropa-Jawa bernama Rumah Putih Grezenberg masih berdiri kokoh di kawasan Kaliurang, Yogyakarta sejak tahun 1920. Arsitek F.J.L Ghijsels merancang bangunan seluas 1.200 meter persegi ini dengan memadukan arsitektur Eropa dan unsur lokal seperti pendopo serta ornamen ukiran bermotif batik pada dindingnya.
Bangunan yang memiliki 12 kamar utama dan ruang bawah tanah ini sempat berganti nama menjadi Wisma Widya Mandala atau Pesanggrahan Sarjanawiyata pada tahun 1990-an. Perpaduan budaya terlihat jelas dari detail arsitekturnya yang mencerminkan harmonisasi gaya kolonial Belanda dengan kearifan lokal Jawa.
Mengutip dari berbagai sumber, pada masa revolusi kemerdekaan 1945-1949, Rumah Putih Grezenberg memainkan peran penting sebagai markas gerilya TNI dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Berdasarkan dokumen sejarah perjuangan Yogyakarta, Jenderal Sudirman pernah singgah di rumah ini saat melakukan perjalanan gerilya melawan Belanda.
Baca Juga
Advertisement
Penemuan lorong-lorong rahasia yang menghubungkan rumah ini dengan beberapa titik di Kaliurang menjadi bukti fisik sejarah perjuangan. Kesaksian warga setempat memperkuat fakta bahwa lorong-lorong tersebut digunakan sebagai jalur evakuasi para pejuang pada masa revolusi kemerdekaan.
Kini Rumah Putih Grezenberg berdiri sebagai bangunan sejarah yang menyimpan kisah perjuangan bangsa Indonesia. Bangunan bersejarah ini menjadi pengingat bagi generasi penerus tentang semangat juang para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Karena kondisi bangunan yang sudah sangat memprihatinkan akibat kerusakan parah dan ketidaklayakan strukturnya, Rumah Putih Grezenberg terpaksa ditinggalkan begitu saja. Warga setempat melarang keras kunjungan pada malam hari. Hal ini dikarenakan minimnya pencahayaan di lokasi pada malam hari dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan.
Penulis: Ade Yofi Faidzun