Liputan6.com, Beijing - Salah satu wilayah China memberikan subsidi untuk obat pereda nyeri saat melahirkan guna mendorong lebih banyak orang untuk punya anak.
Dilansir SCMP, Jumat (22/11/2024), Hainan berjanji untuk memberikannya dalam encana asuransi kesehatan pemerintah untuk mengurangi biaya melahirkan dan membantu meredakan kecemasan selama proses melahirkan.
Advertisement
Langkah tersebut merupakan salah satu pendekatan untuk menerapkan strategi Tiongkok dalam membangun komunitas yang ramah terhadap kelahiran.
"Kurangi biaya melahirkan, pengasuhan anak, dan pendidikan, sehingga lebih banyak orang berani dan bersedia memiliki anak," bunyi salah satu komentar di sebuah surat kabar.
"Menjaga tingkat kesuburan yang wajar dan struktur populasi yang seimbang sangat penting bagi pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan serta stabilitas jangka panjang."
Secara tradisional, penghilang rasa sakit selama persalinan alami dihindari karena kekhawatiran terkait efek samping, dan jika digunakan, seluruh biayanya sering ditanggung oleh pasien.
Untuk mendukung orang tua baru, pemerintah Hainan juga mengatakan akan memasukkan teknologi reproduksi berbantuan dalam sistem asuransi kesehatan negara, menaikkan standar penggantian biaya untuk pemeriksaan pranatal, dan memprioritaskan keluarga dengan banyak anak dalam kebijakan perumahannya.
Inisiatif tersebut sejalan dengan arahan pemerintah pusat yang dikeluarkan pada bulan Oktober, yang menyatakan para pemimpin pemerintah daerah harus mengambil alih dan memikul tanggung jawab langsung dalam hal memberi insentif kelahiran.
Rendahnya Angka Kelahiran di China
Dalam beberapa tahun terakhir, China telah melaporkan rekor angka kelahiran rendah, yang memicu kekhawatiran atas efek jangka panjang dari penurunan populasi yang akan terjadi pada ekonomi negara tersebut.
Menurut Biro Statistik Nasional, angka kelahirannya turun menjadi 6,39 per 1.000 orang pada tahun 2023, yang terendah sejak tahun 1949.
Jumlah bayi baru lahir turun menjadi 9,02 juta, kurang dari setengah angka tahun 2016 dan menandai penurunan selama tujuh tahun berturut-turut.
Advertisement