Liputan6.com, Jakarta - Saat cuaca sedang terik dan panas, rasanya minum minuman dingin dengan es batu pastinya terasa menyegarkan tenggorokan. Terlebih setelah itu, beberapa orang akan mengunyah es batu untuk melepas dahaga mereka. Apakah Anda termasuk salah satunya?
Melansir dari Calm Sage, Jumat (22/11/2024), secara ilmiah keinginan untuk makan es batu biasanya berhubungan dengan kekurangan zat besi atau kalium. Namun, tahukah Anda bahwa secara psikologis hal tersebut secara kompulsif dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental Anda?
Advertisement
Ya, kondisi ini disebut juga dengan pagophagia yang menyebabkan orang menginginkan dan mengunyah es secara kompulsif. Bisa dibilang, pagophagia adalah jenis pica (Problem Identification and Corrective Action) yang merupakan gangguan makan.
Pica melibatkan keinginan dan makan barang-barang yang tidak mengandung nilai gizi atau tidak dianggap sebagai makanan. Misalnya, orang yang menginginkan dan makan pasir atau kapur mungkin didiagnosis dengan pica. Jika Anda menginginkan dan makan es sesekali, Anda harus tahu bahwa tidak normal untuk terlibat dalam kebiasaan seperti itu.
Seseorang yang secara kompulsif menginginkan dan makan es didiagnosis dengan pagophagia. Dalam artikel ini, kita akan memahami lebih lengkap tentang pagophagia.
Seperti mengenai gejalanya, penyebabnya, efek sampingnya dan masih banyak lagi yang lainnya. Hal ini tentunya untuk menjaga kesehatan dan apa saja yang mesti Anda lakukan untuk mengatasi kebiasaan kurang baik ini. Yuk, baca sampai habis!
Gejala dari Pagophagia
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kompulsi merupakan salah satu tanda atau gejala penting dari pagophagia. Keinginan untuk makan es secara kompulsif dan terus-menerus dalam waktu lama merupakan salah satu gejala terbesar yang harus dikenali dari pagophagia.
Dalam kondisi ini, seseorang tidak hanya menginginkan es batu tetapi juga menginginkan frosting di dalam freezer, minum minuman dingin, dan makan es batu langsung dari freezer. Pagophagia yang terkait dengan pica juga dapat disebabkan oleh adanya kondisi kesehatan mental seperti gangguan spektrum autisme, skizofrenia, dan disabilitas intelektual.
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala pagophagia lainnya:
- Sakit kepala
- Kulit kering
- Kelelahan
- Depresi
- Pusing
- Detak jantung cepat
- Lidah sakit
- Nafsu makan buruk
Advertisement
Penyebab Pagophagia
Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada penyebab pasti yang diketahui di balik perkembangan pagophagia. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh berbagai alasan, seperti:
1. Kekurangan Zat Besi
Karena kekurangan zat besi dalam tubuh atau anemia, orang cenderung makan es. Gejala kekurangan zat besi seperti lemas, kulit pucat, lidah bengkak, dan kelelahan dapat membuat orang menginginkan es.
Penelitian menunjukkan bahwa kekurangan zat besi juga dapat menyebabkan pagophagia karena memberikan kelegaan untuk gejala seperti lidah bengkak, kelelahan, dan lainnya.
2. Gangguan kejiwaan
Gangguan kejiwaan seperti autism spectrum disorder (ASD), skizofrenia, dan obsessive-compulsive disorder (OCD) dapat menyebabkan pagophagia. Penelitian menunjukkan bahwa kompulsi yang terkait dengan pagophagia juga dapat berkembang sebagai respons terhadap obsesi.
Beberapa orang mungkin juga makan es sebagai respons terhadap situasi yang membuat stres atau cemas.
Selain itu, kehamilan juga dapat dikaitkan dengan perkembangan pagophagia. Penelitian menunjukkan bahwa wanita hamil biasanya menginginkan es selama masa kehamilan dan keinginan tersebut biasanya hilang setelah melahirkan.
Efek Samping Pagophagia
Berikut ini adalah beberapa efek samping yang diketahui dari mengonsumsi es secara teratur dan kompulsif:
- Kerusakan gigi seperti gigi retak, mulut sakit, dan gusi teriritasi
- Kekurangan nutrisi atau malnutrisi
- Gangguan metabolisme seperti hiponatremia
- Komplikasi terkait anemia seperti jantung membesar, detak jantung tidak teratur, dan peningkatan infeksi
- Masalah jantung
- Masalah selama kehamilan seperti berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur
- Masalah pertumbuhan dan perkembangan
Diagnosis dan Pengobatan Pagophagia
Mengunyah es tidak berbahaya, tetapi bisa menjadi tanda kondisi kesehatan fisik atau mental yang mendasarinya. Itulah sebabnya, selalu disarankan untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan dan mencari diagnosis yang tepat untuk keinginan makan yang tidak sehat atau kebiasaan mengunyah.
Selama proses diagnosis, dokter kemungkinan akan melakukan beberapa tes darah. Setelah diagnosis dan konseling, dokter dapat mengarahkan ke psikolog tergantung pada tingkat keparahan dan adanya gejala. Jika Anda merasa Anda atau orang yang Anda cintai mungkin berjuang dengan gejala pagophagia, hubungi penyedia layanan kesehatan hari ini.
Sebelum menjalani proses pengobatan, pertama-tama, diperlukan resep dari penyedia layanan kesehatan fisik. Misalnya, jika keinginan makan terkait dengan kekurangan zat besi, dokter mungkin akan meresepkan suplemen yang dapat membantu menghentikan keinginan makan.
Dalam hal ini, dokter Anda juga dapat menghubungkan Anda dengan ahli diet terdaftar untuk diet kaya zat besi. Dalam kasus gejala atau masalah yang berhubungan dengan kesehatan mental, dokter dapat mengarahkan klien ke psikolog untuk diagnosis dan pengobatan lebih lanjut.
Penelitian menunjukkan bahwa gejala depresi juga dapat dikaitkan dengan perkembangan pagophagia. Dalam kasus seperti itu, psikoterapi yang dikombinasikan dengan obat-obatan dan suplemen mungkin diresepkan.
Dalam kasus kondisi kesehatan mental mendasar lainnya, psikolog dapat menjalankan beberapa tes diagnostik dan meresepkan pilihan psikoterapi yang sesuai. Umumnya, cognitive behavioral therapy (CBT) diresepkan. CBT membantu orang mengganti pikiran atau pola negatif mereka dengan yang positif.
Advertisement