Portofolio Green Loan BNI Tumbuh Double Digit Sejak 2021

Pembiayaan berkelanjutan atau Green Loan BNI tersebut dibagi menjadi empat kategori.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Nov 2024, 22:34 WIB
Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI). (Foto BNI)
Gedung BNI (Dok: BNI)

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mencatatkan portofolio green loan BNI tercatat mencapai Rp71 triliun, hingga September 2024. Ini menunjukkan komitmen BNI dalam mendukung pembiayaan berkelanjutan melalui Sustainability Linked Loan (SLL).

Analis Lotus Andalan Sekuritas Sharlita Malik mengungkapkan, lebih dari seperempat portofolio kredit BNI terkait dengan pembiayaan berkelanjutan. "Ini merupakan porsi yang cukup besar. Tren penyaluran SLL BNI juga terus tumbuh, menunjukkan peluang pertumbuhan yang masih terbuka lebar," ujar dia, Jumat (22/11/2024).

Pembiayaan berkelanjutan tersebut dibagi menjadi empat kategori. Antara lain energi baru terbarukan (Rp 10,2 triliun), Pengelolaan sumber daya alam hayati dan pemanfaatan lahan yang berkelanjutan secara lingkungan (Rp 31,9 triliun), pencegahan polusi (Rp 3,4 triliun) dan lainnya (Rp 25,4 triliun).

Setiap kategori memiliki peran strategis. Pembiayaan energi baru terbarukan, misalnya, mencakup proyek pembangkit listrik tenaga hidro, surya, dan biogas. Sementara itu, sektor lain seperti pengelolaan air dan air limbah yang berkelanjutan turut mendukung pencapaian target keberlanjutan.

Menurut Sharlita, pembiayaan ini mencerminkan komitmen kuat BNI terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). “Hal ini menunjukkan bahwa tata kelola ESG dapat terintegrasi dengan bisnis dan memberikan dampak positif,” tambahnya.

Dia juga menilai penguatan ESG di internal BNI dapat meningkatkan skor ESG perusahaan, menjadikannya lebih atraktif bagi investor.

"Investor kini semakin mempertimbangkan skor ESG sebagai salah satu faktor dalam keputusan investasi, selain ukuran perusahaan," jelas Sharlita.


Jadi Nilai Tambah

Gedung BNI (Foto:BNI)

Pembiayaan berkelanjutan ini dinilai tidak hanya mendukung prinsip keberlanjutan, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

“Integrasi ESG ke dalam proses bisnis tidak hanya meningkatkan sentimen positif dari investor, tetapi juga memperkuat tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance),” tegas Sharlita.

Portofolio green loan BNI telah konsisten mencatatkan pertumbuhan dua digit sejak 2021. Pada 2021, nilainya mencapai Rp55 triliun, meningkat menjadi Rp68 triliun pada 2023, dan terus bertumbuh hingga Rp71 triliun pada September 2024. Portofolio ini kini mencapai 26% dari total pinjaman, didorong oleh pertumbuhan signifikan dalam sektor pembiayaan hijau.

Berdasarkan data BNI, SLL semakin diminati, terutama di empat sektor utama, yaitu pengolahan unggas dan pertanian, pabrik semen, industri baja, serta manufaktur pengemasan. Total pembiayaan yang disalurkan untuk sektor-sektor tersebut mencapai USD363 juta.

 


Penerapan Climate Risk Stress Test

Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI. (Dok BNI)

Sebagai bagian dari upaya mitigasi risiko perubahan iklim, BNI telah menerapkan Climate Risk Stress Test (CRST) sejak Juli 2024. Tes ini mencakup 50% dari total portofolio kredit BNI, melibatkan tujuh kategori industri utama, termasuk sektor energi. Langkah ini merupakan tahap awal dalam menilai risiko debitur dari aspek lingkungan.

BNI juga memberikan insentif melalui SLL berupa penurunan bunga bagi debitur yang berhasil mencapai target keberlanjutan yang telah disepakati.

Hingga Juni 2024, BNI telah menyalurkan SLL sebesar Rp5,9 triliun ke sektor-sektor strategis seperti unggas, manufaktur besi, semen, dan pengemasan.

Pencapaian BNI dalam portofolio green loan juga terbilang impresif, dengan pertumbuhan 13% secara tahunan pada 2023. Hingga Juni 2024, BNI berhasil mencapai 101% dari target 2024 sebesar Rp71,27 triliun.

Seiring dengan meningkatnya tantangan perubahan iklim, taksonomi keuangan berkelanjutan akan terus menjadi pilar utama untuk mengarahkan investasi ke proyek-proyek yang mendukung keberlanjutan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya