Liputan6.com, Seoul - Dalam wawancara televisi pada Jumat (22/11/2024), penasihat keamanan utama Korea Selatan Shin Won-sik mengungkapkan bahwa Kremlin mulai memenuhi bagian mereka dalam kesepakatan dengan mengirimkan teknologi dan bantuan kepada Korea Utara sebagai "balasan" atas pengiriman lebih dari 10.000 pasukan Korea Utara ke Ukraina.
"Peralatan dan rudal anti-pesawat yang bertujuan untuk memperkuat sistem pertahanan udara Pyongyang yang rentan teridentifikasi telah dikirim ke Korea Utara," ujar Shin dalam wawancara dengan stasiun televisi SBS seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (23/11).
Advertisement
Shin tidak memberikan rincian mengenai bagaimana pejabat intelijen mengonfirmasi kedatangan dukungan militer Rusia di Korea Utara.
"Korea Utara juga telah menerima berbagai bentuk dukungan ekonomi dan kemungkinan telah memperoleh teknologi Rusia untuk program satelit mata-mata mereka yang bermasalah," tutur Shin.
Korea Utara mengatakan telah menempatkan satelit mata-mata pertama mereka ke orbit pada November tahun lalu setelah dua percobaan gagal. Namun, para ahli meragukan apakah satelit tersebut dapat menghasilkan gambar yang berguna bagi militer mereka. Peluncuran satelit lainnya pada Mei berakhir dengan kegagalan.
Para ahli menduga Korea Utara setuju mengirimkan pasukan ke wilayah perbatasan barat Kursk sebagai imbalan atas teknologi militer, mulai dari satelit pengintai hingga kapal selam, serta kemungkinan jaminan keamanan dari Rusia.
Saat bertemu di Pyongyang pada Juni, Kim Jong Un dan Presiden Vladimir Putin menandatangani perjanjian saling membantu yang mengharuskan kedua negara memberikan bantuan militer "tanpa penundaan" jika salah satu negara diserang.
Kedua pemimpin juga diperkirakan sepakat untuk bekerja sama menentang sanksi-sanksi Barat yang menargetkan Rusia serta program rudal balistik dan senjata nuklir Korea Utara.
Pejabat intelijen Korea Selatan mengatakan kepada anggota parlemen pekan ini bahwa mereka percaya pasukan Korea Utara telah ditempatkan di brigade terjun payung dan unit marinir Rusia, serta beberapa di antaranya sudah terlibat dalam pertempuran.
Korea Utara diperkirakan sangat ingin memperkuat pertahanan udaranya di Pyongyang setelah menuduh Korea Selatan menggunakan drone untuk menjatuhkan selebaran propaganda di atas ibu kota pada Oktober lalu.
Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan paling khawatir tentang kemungkinan transfer teknologi nuklir dan rudal Rusia ke Korea Utara, yang terus mengembangkan persenjataan nuklir meskipun sudah bertahun-tahun dikenakan sanksi internasional.
Shin tidak menyebutkan apakah Rusia telah melakukan transfer tersebut. Para ahli berpendapat Kremlin tidak akan setuju memberikan teknologi sensitif seperti itu, mengingat pengerahan pasukan Korea Utara di Ukraina masih dalam tahap awal.
Sebagian besar bantuan militer tampaknya mengalir dalam satu arah. Bulan lalu, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan menyatakan bahwa Korea Utara telah mengirimkan lebih dari 13.000 kontainer berisi artileri, rudal, dan senjata konvensional lainnya ke Rusia sejak Agustus 2023.