Liputan6.com, Garut - Yayasan Bakti Barito mengawali pembangunan sekolah SDN 3 Barusari, Kecamatan Pasirwangi, Garut, Jawa Barat, yang menjadi salah satu fasilitas pendidikan terdampak gempa Garut-Bandung megnitudo 5.0 beberapa waktu lalu, menggunakan bahan materian bata plastik daur ulang.
Direktur Yayasan Bakti Barito, Dian Purbasari, mengatakan, penggunaan material bata plastik daur ulang dinilai lebih teruji di daerah gempa seperti Garut, sama halnya apa yang pernah diterapkan di Sumba dan Lombok.
Advertisement
“Bahan ini lebih tahan gempa karena dia ringan, dan kemudian tidak menggunakan paku, tidak menggunakan bahan-bahan yang berat, sehingga mudah-mudahan ini bisa lebih tahan gempa,” ujar dia, Jumat (22/11/2024).
Dalam prakteknya, pembangunan ini melibatkan Yayasan Kita Bisa dan Happy Hearth Indonesia. Dian menargetkan proses pembangunan sekolah ini selesai di bulan Desember sehingga dapat digunakan di tahun ajaran baru.
“Sebagai daerah yang berada di dekat patahan, dan cukup rawan gempa, maka bangunan seperti ini bisa lebih mengakomodasi situasi kondisi di Garut,” ujar dia.
Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Suryana, menyatakan gempa Garut-Bandung magnitudo 5.0 September lalu, menyebabkan 28 bangunan sekolah terdampak.
“Namun baru dua sekolah, yaitu SDN 3 Barusari dan SDN 4 Barusari, yang mendapat bantuan pembangunan,” kata dia.
Menurutnya, material yang digunakan dalam pembangunan ini berasal dari sampah plastik daur ulang, sehingga lebih ramah lingkungan. Selain menjadi solusi pasca bencana, penggunaan bata daur ulang plastik, mengingatkan pemanfaatan sampah daur ulang plastik menjadi barang bermanfaat.
"Dari segi material sangat ringan sekali. Tapi ada beberapa yang perlu diperhatikan ketika kan ini terbuat dari bahan plastik, mungkin plastik bakal mudah terbakar juga itu perlu diperhatikan,” kata dia.
Kepala SDN 3 Barusari, Nenden, mengaku lega dengan pembangunan gedung baru ini, sehingga memberikan rasa nyaman bagi seluruh siswa dan seluruh pengajar dalam proses belajar mengajar.
“Kami juga guru melaksanakan proses belajar mengajarnya lebih tenang, lebih aman. Digunakan di awal Februari mas, kita nunggu peresmian ya," tandasnya.
Bangunan baru ini mencakup empat ruang kelas, satu gedung yang direnovasi, serta dua toilet. Harapannya, langkah ini dapat mendorong semangat belajar siswa dan menjadi awal pemulihan pendidikan di wilayah terdampak bencana.