Menteri Rosan Segera Tindak Lanjuti Komitmen Investasi Rp 134,9 Triliun dari Inggris

BKPM akan segera menfasilitasi minat-minat yang telah disampaikan, sekaligus mengawal apabila ada kendala yang dihadapi dalam implementasi di lapangan terkait komitmen investasi perusahaan Inggris.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 23 Nov 2024, 10:42 WIB
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani, akan segera menindaklanjuti komitmen investasi dari 10 perusahaan Inggris senilai USD 8,5 miliar, atau setara Rp 134,93 triliun (kurs Rp 15.875 per dolar AS).(Foto: Tira Santia/Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani, akan segera menindaklanjuti komitmen investasi dari 10 perusahaan Inggris senilai USD 8,5 miliar, atau setara Rp 134,93 triliun (kurs Rp 15.875 per dolar AS).

Komitmen tersebut merupakan salah satu hasil yang diperoleh dari lawatan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Inggris pada 21-22 November 2024.

Rosan Roeslani mengatakan, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM akan segera menfasilitasi minat-minat yang telah disampaikan, sekaligus mengawal apabila ada kendala yang dihadapi dalam implementasi di lapangan. 

"Komitmen-komitmen itu kita akan lanjutkan implementasinya secara cepat. Beberapa kendala yang harus kita selesaikan, kita bicara secara terbuka. Kami di Kementerian Investasi/BKPM, beliau (presiden) sampaikan merupakan ujung tombak untuk menuju pertumbuhan Indonesia 8 persen," kata Rosan dalam keterangan tertulis, Sabtu (23/11/2024).

Sebagai salah satu upaya untuk segera merealisasikan komitmen tersebut, Rosan mengaku akan bertemu dengan beberapa perusahaan yang telah menyatakan komitmennya untuk ber-investasi di Indonesia. 

"Besok saya akan melanjutkan pertemuan dengan 8 perusahaan yang sudah bertemu, di antaranya adalah BP dan Swire," imbuh dia.

Selain itu, ia juga menangkap antusiasme investor untuk menanamkan modal di Indonesia. Menurut dia, ketertarikan investor tidak terlepas dari kondisi politik nasional yang stabil. "Mereka mengapresiasi juga transisi pemerintahan yang berjalan dengan damai. Hal ini yang meningkatkan kepercayaan dari investor," ungkapnya.

 


Fokus Pemerintah

Dalam sebuah pernyataan resmi disebutkan, pertemuan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menandai 75 tahun hubungan bilateral kedua negara. (Mina Kim/POOL/AFP)

Presiden Prabowo juga mengungkapkan fokus pemerintah untuk menyediakan perumahan yang terjangkau dengan biaya efisien. Didukung tata kelola yang transparan dan bebas konflik kepentingan. 

"Jadi, bagaimana membangun 3 juta rumah setiap tahunnya dalam waktu 10 tahun ke depan. Tentunya itu adalah opportunity untuk investor berinvestasi," sebut Rosan.

Sebelumnya, Presiden Prabowo telah menekankan bahwa kepercayaan global terhadap Indonesia terus meningkat, sebagaimana terlihat dari kunjungan sebelumnya ke Brasil, Amerika Serikat, dan China. Selain itu, komitmen pemerintah terhadap tata kelola yang bersih dan efisien juga menjadi salah satu daya tarik utama bagi investor. 

"Saya kira ini cukup bagus menunjukkan kepercayaan global terhadap ekonomi Indonesia. Tentunya pemerintah yang bersih mereka sangat menghargai itikad kita," ucap Prabowo.


Prabowo Jemput Bola Investasi Raksasa Migas Inggris Rp 111 Triliun

Presiden Prabowo Subianto dan PM Inggris Keir Starmer berpose di 10 Downing Street, London, pada Kamis (21/11/2024). (Dok. 10 Downing Street)

Sebelumnya, raksasa minyak dan gas asal Inggris, bp, mengumumkan investasi lanjutan senilai USD 7 miliar atau sekitar Rp 111,1 triliun untuk pengembangan proyek LNG Tangguh Ubadari di Papua.

Keputusan investasi itu dijemput langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dalam kunjungannya ke Inggris, dan menghadiri pertemuan dengan Kepala Eksekutif bp, Murray Auchincloss.

"bp, atas nama mitra kontrak bagi hasil Tangguh, hari ini mengumumkan keputusan investasi akhir pada proyek Tangguh Ubadari, CCUS, Compression (UCC) senilai USD 7 miliar, yang berpotensi untuk membuka sekitar 3 triliun kaki kubik sumber daya gas tambahan di Indonesia untuk membantu memenuhi permintaan energi yang terus meningkat di Asia," ungkap Murray Auchincloss dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (22/11/2024).

Ia menambahkan, Proyek ini tidak hanya membuka sumber daya gas yang fantastis, tetapi juga merupakan yang pertama di Indonesia melalui penggunaan CCUS untuk memaksimalkan pemulihan gas. BP telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari 55 tahun, dan kekuatan hubungan memungkinkan pihaknya untuk menghadirkan pengalaman teknis yang mendalam dalam membantu mewujudkan pengembangan yang inovatif ini.

"Kami sangat menghargai dukungan berkelanjutan dari Pemerintah Indonesia dan para mitra dan berharap dapat membantu kawasan ini memenuhi kebutuhan energinya yang terus meningkat," tuturnya.

bp menjelaskan, Proyek UCC meliputi pengembangan ladang gas Ubadari, peningkatan pemulihan gas melalui penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS) dan kompresi darat.

Proyek ini diharapkan dapat memperluas dan memanfaatkan infrastruktur yang ada di fasilitas LNG Tangguh di Papua Barat, Indonesia.

Adapun produksi di ladang Ubadari diharapkan akan dimulai pada tahun 2028, ungkap bp.

 


Pertama di Indonesia

Murray Auchincloss, lebih lanjut menyampaikan, proyek ini tidak hanya membuka sumber daya gas yang fantastis, tetapi juga merupakan yang pertama di Indonesia melalui penggunaan CCUS untuk memaksimalkan pemulihan gas.

"BP telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari lima puluh lima tahun, dan kekuatan hubungan kami memungkinkan kami untuk menghadirkan pengalaman teknis yang mendalam dalam membantu mewujudkan pengembangan yang inovatif ini.

"Kami sangat menghargai dukungan berkelanjutan dari Pemerintah Indonesia dan para mitra dan berharap dapat membantu kawasan ini memenuhi kebutuhan energinya yang terus meningkat," ia menambahkan.

 

Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya