Liputan6.com, Jakarta - Islam mengajarkan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, termasuk dalam hal mencari nafkah. Dalam sebuah ceramahnya, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih akrab disapa Gus Baha, menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya tholabul halal atau usaha mencari rezeki halal.
Mengutip tayangan video di kanal YouTube @AlGhifari27, Gus Baha menekankan agar umat Islam tidak merasa rendah diri atau kalah hanya karena secara sosial atau ekonomi berada di bawah orang lain.
“Ketika kita secara sosial ekonomi kalah, mungkin secara apa kalah, meskipun kita nggak ingin kalah, tapi jangan pakai ukuran itu. Nanti jangan-jangan ketika kita kalah kaya sama nyuwun sewu non-muslim atau kalah kaya sama yang sholat buruhnya orang nggak sholat, yang sujud buruhnya orang yang tidak sujud, Anda nggak perlu merasa kalah,” ujar Gus Baha dalam ceramahnya.
Menurut Gus Baha, status seseorang di mata Allah tidak diukur dari harta atau jabatan, tetapi dari keikhlasan dan usaha untuk menjalankan perintah-Nya. Bekerja mencari rezeki halal adalah salah satu bentuk ibadah yang diperintahkan Allah.
“Ketika Anda kerja dan tholabul halal, itu yang merintahkan Allah. Jadi Anda nggak pernah buruh di mata Allah. Distatuskan tholabul halal, orang mencari apa yang halal, dan itu ibadah,” tegasnya.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Jangan Gunakan Ukuran Duniawi Saja
Gus Baha mengingatkan agar umat Islam tidak menggunakan ukuran duniawi untuk menilai martabat diri. Kekayaan materi bukanlah tolok ukur kehormatan seseorang. Ia mencontohkan kisah Sayidina Ali yang pernah bekerja kepada seorang Yahudi, tetapi tetap merasa mulia karena pekerjaan tersebut halal.
“Islam hanya mengakui hukumnya Allah. Dulu Sayidina Ali pernah kerja di orang Yahudi, tapi nggak merasa hina karena halal itu perintah Allah,” imbuh Gus Baha.
Pesan ini menjadi pengingat penting di tengah masyarakat yang sering kali memandang kesuksesan dari segi materi. Gus Baha mengajak umat Islam untuk mengedepankan nilai-nilai spiritual dan kepatuhan kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam bekerja.
Tholabul halal, lanjut Gus Baha, bukan hanya soal mencari rezeki, tetapi juga melibatkan niat dan usaha yang diridhai Allah. Dalam konteks ini, pekerjaan apapun yang halal dan dilakukan dengan niat yang benar akan menjadi sumber berkah.
“Orang yang mencari rezeki halal itu dihitung ibadah oleh Allah. Jangan merasa kecil hanya karena pekerjaan Anda terlihat sederhana di mata manusia. Di sisi Allah, statusnya mulia karena mengikuti perintah-Nya,” katanya.
Gus Baha juga menegaskan bahwa umat Islam tidak perlu minder jika melihat orang lain yang lebih kaya, apalagi jika kekayaan tersebut diperoleh dengan cara yang tidak diridhai Allah. Baginya, keberkahan lebih penting daripada sekadar jumlah harta.
Advertisement
Gus Baha Kisahkan Kisah Sayidina Ali
Kisah Sayidina Ali yang disebut Gus Baha mengajarkan bahwa menjaga kehalalan dalam bekerja lebih utama daripada mengejar harta dengan cara yang tidak sesuai syariat. Hal ini menjadi teladan bagi umat Islam untuk tetap istiqamah dalam menjalankan perintah Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali godaan untuk mengambil jalan pintas demi keuntungan materi sangat besar. Namun, Gus Baha mengingatkan bahwa nilai-nilai Islam harus menjadi pegangan utama.
Melalui pesan ini, Gus Baha mengajak masyarakat untuk tidak silau dengan kesuksesan duniawi yang seringkali mengaburkan makna sejati dari keberkahan. “Jangan pernah merasa kalah hanya karena Anda tidak sekaya mereka yang tidak menjalankan shalat atau yang tidak sujud. Anda tetap mulia jika berada di jalan yang diridhai Allah,” pungkasnya.
Ceramah ini sekaligus menjadi motivasi bagi umat Islam untuk terus semangat dalam bekerja dan tetap menjaga kehalalan. Gus Baha mengingatkan bahwa tholabul halal adalah perintah Allah yang harus dijalankan dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.
Dalam dunia yang serba materialistis, pesan Gus Baha ini sangat relevan. Ia mengingatkan bahwa martabat manusia tidak ditentukan oleh ukuran duniawi, melainkan oleh sejauh mana seseorang patuh dan taat pada aturan Allah. Dengan demikian, semangat tholabul halal harus terus menjadi pegangan hidup umat Islam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul