Dukungan Ikatan Alumni Geologi ITB untuk Eksplorasi dan Pengembangan SDA di Hulu

Keseriusan pemerintah ditunjukkan oleh presiden dengan berkali-kali mengeluarkan pernyataan yang menekankan kemandirian

oleh Tim Regional diperbarui 24 Nov 2024, 23:26 WIB
Seminar Nasional dan Sarasehan bertajuk Astacita sebagai tonggak untuk Kedaulatan Energi dan Masa Depan Indonesia di Sabuga ITB, Bandung, Sabtu (23/1/2024)

Liputan6.com, Bandung - Dukung pemerintah memperkuat sektor migas dan Minerba di Indonesia, Ikatan Alumni Geologi Institut Teknologi Bandung (IAGL-ITB) dorong keterlibatan di sektor eksplorasi dan juga pengembangan sumber daya alam di hulu.

“Ada sumbangsih tenaga-tenaga dari ITB, khususnya untuk sektor eksplorasi dan juga pengembangan sumber daya alam di hulu. Harapannya dari kami adalah tenaga-tenaga eksplorasi dari ITB bisa dimanfaatkan oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas negara dan dalam pengembangan sumber daya alam,” kata Ketua IAGL-ITB, Abdul Bari di sela-sela Seminar Nasional dan Sarasehan bertajuk Astacita sebagai tonggak untuk Kedaulatan Energi dan Masa Depan Indonesia di Sabuga ITB, Bandung, Sabtu (23/1/2024).

Disampaikannya, seminar dan sarasehan merupakan bentuk komitmen dan dukungan terhadap pemerintah untuk mewujudkan kemandirian energi dan minerba. Dengan menghadirkan sejumlah tokoh sebagai pembicara, kegiatan ini membedah berbagai kendala hingga rekomendasi di sektor pertambangan.

“Beberapa hal yang kita soroti diantaranya kendala tantangan eksplorasi dan produksi minyak, gas, batubara dan mineral di Indonesia,” ungkapnya.

Menurut Bari, sejumlah kendala di sektor pertambangan dan energi yang akan dibedah oleh IAGL-ITB antara lain menyangkut kebijakan yang masih tumpang tindih serta belum mendukung masuknya investasi secara optimal, hingga tata kelola bidang energi dan minerba yang belum mendorong terciptanya multiplier effect. Di samping itu, perizinan kompleks yang sering kali menghambat percepatan eksplorasi serta acapkali tumpang tindih dengan sektor lain seperti kehutanan dan perkebunan. Ada pula persoalan keterbatasan data geologi , akses wilayah terbatas, keamanan dan konflik sosial, volatilitas harga komoditas dan kenaikan hiaya oroduksi , serta pengelolaan lingkungan.

"IAGL-ITB melalui Seminar dan Sarasehan ini akan memberikan rekomendasi untuk terus memperkuat sektor migas dan Minerba di Indonesia. Kami berharap dapat berperan memberi masukan dan implementasi kebijakan eksplorasi, hingga hilirisasi dengan menghadirkan alumni-alumni terbaik dan pemikiran terbaik untuk NKRI," tukasnya.

Di lokasi yang sama, Wakil Direktur Utama MIND.ID, Dany Amrul Ichdan menekankan pentingnya peran alumni dan civitas akademik dalam mewujudkan visi besar kemandirian yang dicanangkan Presiden Prabowo.

"Akademisi itu adalah sumber RnD (research and development) yang kuat. Kampus harus kita jadikan sebagai center of excellent di dalam kekuatan RnD. Kalau kita bayar konsultan mesin misalny, mahal. Kenapa gak kita optimalkan peranan kampus?" paparnya.

Dany mengingatkan, kampus juga harus terus diarahkan untuk terus mengupgrade kemampuan dengan berbagai update, baik teknologi, SDM, dosen-dosennya. Akademisi dikemukakannya juga harus memahami tataran korporasi dan tataran industri.

"Link and match kampus dan tataran industry musti kuat. Oleh karenanya kampus itu harus kita jadikan sebagai rantai center of exxelence untuk penguatan RnD korporasi," pesannya.

 

 

 


Berikan Benefit BUMN dan BUMNS

Lebih jauh Dany menuturkan saat ini Indonesia masih banyak bergantung dari pihak luar. Keseriusan pemerintah ditunjukkan oleh presiden dengan berkali-kali mengeluarkan pernyataan yang menekankan kemandirian.

"Bahkan sambungnya, visi besar presiden mengenai kemandirian adalah untuk memerkuat bargaining position kita. SDM kita harus bagus, penguasaan teknologi kita harus belajar lebih intensif lagi, ilmu pertambangan baru harus kita perkuat. Di samping itu, juga kita harus menstimulus kementerian tehnis yang lain, perindustrian, ESDM, keuangan, perdagangan untuk memperkuat industrialisasi.

Hal lain yang tak kalah penting kata Dany yaitu. memberi masukan kepada regulator agar stimulasi-stimulasi diberikan betul-betul memberikan benefit, baik kepada BUMN maupun BUMS yang fokus dalam pengembangan sumber daya alam.

“Semua harus terorkestrasi dengan baik. BUMN menggerakkan orkestrasi baik dari BUMN secara korporasi, rantai suplai, rantai pasok. Dan juga regulatornya ni perlu harmoni antar lembaga untuk mewujudkan visi besar dari pemerintah," tandasnya.

Sementara Komisaris Independen PT Vale Indonesia, Raden Sukhyar mengemukakan, yang terpenting bagi pihak swasta adalah bagaimana pemerintah memberi fasilitasi dengan cepat, kemudahan sampai perizinan dan lain sebagainya.

"Itu harus menjadi fokus Indonesia saat ini," tegasnya.

Senada dengan Dany, ia menekankan pentingnya update kemampuan SDM.

"Teman-teman geologi, pertambangan, harus memperkuat, bukan hanya mencari tapi menciptakan teknologi yang baru di dalam eksplorasi. Kedua, dalam konteks hilirisasi sendiri kita harus memperkuat link antara kementerian atau sektor-sektor yang menghasilkan energi dengan sektor manufaktur. Sinergi itu jadi penting," ucapnya. 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya